Bab 26 : Quality Time

4.8K 462 9
                                    

Sham, Jems dan Jesica makan malam bersama. Setelah sebelumnya Jems dan Sham memutuskan untuk mempending acara ngobrol mereka dan mengisi perut terlebih dahulu.

Jesica terlihat senyum-senyum sendiri dan sedikit salah tingkah atas perilaku Jems dan Sham. Bagaimana tidak, Jesica merasa seperti sedang menjadi obat nyamuk bagi keduanya, itu terlihat dari bagaimana cara Sham memperhatikan Jems, dia akan menambahkan lauk buat Jems atau menuangkan air minum.

"Ehem," Jesica sedikit berdeham saat melihat Jems yang akan membersihkan area bibir Sham yang terlihat ada sebutir nasi. Bukannya tidak mendengar, Jems hanya pura-pura tidak mendengarkan dehaman Jesica itu dan tetap melanjutkan kegiatannya.

"Jesica, menurutmu Galih itu seperti apa?" tiba-tiba Jems menanyakan tentang Galih kepada Jesica.

"Galih? Beliau orang yang baik," jawab Jesica seadanya.

"Tidak ada yang spesial?" kali ini yang bertanya bukanlah Jems, tetapi Sham.
"Hmm tidak," Jesica menjawab pertanyaan Sham sambil meliriknya dengan sinis, dia sedikit segan jika langsung melotot kepada Sham di depan Jems.

"kalau gak spesial matanya biasa aja dong Mbak" ledek Sham yang terlihat tersenyum jenaka ke arah Jesica.

Jems berdiri dari duduknya menuju meja telepon yang tidak terlalu jauh dari meja makan dan mengambil sepucuk undangan dari sana.

"Besok, Galih mengadakan acara ulang tahun anaknya, dia meminta aku untuk mengundang kamu Jes" ucapnya sambil menyerahkan undangan tersebut kepada Jesica.

"Galih sudah menikah?" tanya Sham dengan ekspresi wajah kecewa mendengar perkataan Jems dan undangan yang sedang dibuka oleh Jesica.

"Iya dia sudah menikah dan kamu bisa pergi bersamaku dan Sham," tawar Jems kepada Jesica.

"Yah!" desah Sham kecewa.

"Ada apa dengan ekspresimu itu? Tidak ingat kamu sudah punya calon suami," tegur Jems saat melihat kekecewaan Sham.

"Aku tuh kecewa karena aku gagal buat comblangin Galih sama Mbak Jesica" kata Sham dengan bibirnya yang manyun.

"Galih memang sudah pernah menikah, tetapi dia bercerai dan statusnya sekarang duda anak satu" jelas Jems dengan wajah datarnya.

"Kenapa gak bilang dari tadi sih! Tinggal bilang aja kalau Galih duda kok susah banget!" rutuk Sham kepada Jems yang justru hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Sham. Lain halnya dengan Jesica yang hanya diam saja dan sudah mulai melanjutkan kembali makan malamnya.

"Jadi orang yang menolong aku itu sebenarnya Mas Jems kan?" Jems mengangguk membenarkan pertanyaan Jesica tersebut.

"Pasti atas permintaan Sham ya," tambah Jesica lagi yang menatap Sham dengan penuh rasa berterima kasih.

"Aduh Mbak jangan tatap aku kayak gitu dong," ucap Sham sedikit salah tingkah.

"Terima kasih atas bantuan kalian," ucap Jesica tulus.

Setelah makan malam, Sham dan Jems memilih melanjutkan obrolan mereka di ruang tengah sambil menonton film. Jesica sendiri sudah masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.

"Kenapa kamu meminta aku untuk pindah ke ke kota G?" tanya Sham yang sebenarnya penasaran dengan perkataan Jems saat di mobil.

"Aku tidak bisa mengatakan alasannya padamu," Jems menghela napasnya berat, dia sendiri bingung bagaimana menyampaikan tentang permasalahan ini kepada Sham.

"Jika kamu tidak bisa memberitahu alasannya, maka aku juga tidak bisa menuruti kata-katamu untuk pindah," putus Sham dengan tegas.

"Baiklah, kamu boleh tetap tinggal di sini dengan satu syarat ..." belum selesai Jems mengatakan syaratnya, Sham sudah lebih dulu memotong perkataan Jems.

Warning Love [M-PREG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang