Bab 7 : Di periksa

6.2K 540 3
                                    

Pagi hari setelah insiden Jems dicegat, dia merasa badannya sedikit sakit akibat beberapa kali kena pukulan balok kayu. Maka dari itu dengan terpaksa Jems beristirahat di rumah saja. Dia hanya mengirim pesan singkat kepada Sham untuk berhati-hati dan jangan keluar dari kosan untuk urusan yang tidak penting.

“Tuan, sebaiknya anda ke dokter saja” ujar Bi Imah, pembantu rumah tangga di rumah Jems yang selalu datang pagi dan pulang di sore hari.

“Saya baik-baik aja kok Bi” kata Jems menenangkan Bi Imah yang terlihat khawatir dengan keadaan Jems, “Saya hanya butuh istirahat saja kok Bi” tambah Jems lagi. Mau tidak mau Bi Irma menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Tidak lama setelah Bi Irma keluar, Jems mengambil ponselnya lalu menempelkan benda tersebut di telinganya. Menunggu panggilannya diterima oleh orang yang ditelponnya, mata Jems fokus kepada berkas yang ada di tangannya.

Hallo” sapa laki-laki di ujung telepon.

“Bima, cari lebih jauh tentang Angela. Aku akan menunggu kabar tentang mobil dengan plat nomor yang tadi malam aku kirimkan” ujar Jems kepada Bima. Bima adalah orang kepercayaan Jems, Bima dan Jems sudah seperti saudara.

Baik, aku akan segera kabarin,” perkataan Bima itu mengakhiri percakapan mereka. Belum lagi Jems melepaskan ponselnya dari genggamannya, benda itu berbunyi lagi dan menampilkan nama sekertaris Jems pada layar ponselnya.

“Ada apa?” tanya Jems langsung, karena sebelumnya dia sudah memberitahukan kepada sekertarisnya, bahwa dirinya tidak dapat ke kantor.

“Begini Pak, saya ingin memberitahu kepada Bapak bahwa kosan Tuan Muda Sham akan diperiksa oleh pihak berwajib hari ini” ujar sekertaris Jems. Pada saat mendengar kalimat itu, Jems langsung berdiri tegak dan berjengit kaget.

“Ya sudah, saya yang akan mengecek langsung keadaan Sham saat ini” Jems langsung memutuskan panggilan tersebut. Bahkan dengan cepat Jems berganti pakaian, dia sudah tidak perduli lagi dengan punggung dan tangannya yang sakit serta beberapa luka lebam yang dirasakannya.

Sementara itu Sham sama sekali tidak bisa tidur semalaman, perkataan orang yang mengikutinya itu tebayang-bayang di dalam otaknya. Menari-nari seolah-olah mengantui pikirannya. Badannya juga terasa sangat lemas dan kepalanya juga pusing, muka yang pucat menjadi bukti bahwa Sham sedang tidak baik-baik saja.

“Apa aku ke rumah Jems saja? Aku belum menceritakan secara detail soal tadi malam kepadanya” ujar Sham sambil memegang kepalanya yang sedikit berputar. Mata Sham menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul sembilan pagi.

“Memangnya dia masih ada di rumah? jam segini biasanya kan Jems sudah berada di kantor” Sham masih mengoceh sendiri. Dia sedang mengambil keputusan antara pergi menemui Jems atau hanya diam di dalam kosannya saja sesuai perintah yang dikirimkannya melalui pesan singkat.

Sham baru saja selesai memakan mie instan yang menjadi sarapan paginya.ketika terdengar ketukan pada pintu kosannya, Sham sedikit heran, karena semenjak kejadian meninggalnya Angela tidak ada orang yang mau bertamu ke tempatnya, bahkan jika dia bertemu dengan Jems pasti selalu di luar kosannya dan pasti Jems selalu mengabarinya terlebih dahulu jika mereka akan bertemu.

Kembali suara ketukan pintu terdengar dan setelah itu di susul oleh suara laki-laki yang berseru. Sham mempercepat pergerakannya untuk membuka pintu, begitu pintu terbuka Sham membatu di tempatnya. Di hadapannya  ada beberapa polisi yang di pimpin seorang laki-laki.

“Saya Glen dari kepolisian kantor pusat, ini surat perintah untuk penggeledahan tempat tinggal saudara Sham” laki-laki yang bernama Glen itu mengangsurkan sebuah kertas kepada Sham.
Sham terlalu terkejut untuk menyadarinya, dia hanya menatap kosong kertas di dalam genggamannya. Dia bahkan membiarkan pihak kepolisian menggeledah isi kamar kostnya. Beberapa warga mulai berkumpul untuk melihat apa yang sedang terjadi, mereka berbisik-bisik mencibir Sham. Tiba-tiba ibu pemilik kosan menghampiri Sham.

Warning Love [M-PREG]Where stories live. Discover now