Bab 8 : Tinggal dirumah Jems

6.3K 530 32
                                    

Delapan jam berlalu setelah Sham dimintai keterangan oleh polisi, sekarang dia sudah diizinkan pulang. Begitu Sham dan Jems keluar dari kantor polisi beberapa wartawan sudah menunggu mereka di luar. Berbagai macam pertanyaan yang terdengar yang membuat Sham bertambah pusing, Jems yang paham dengan kondisi Sham langsung merangkulnya dan menuntunnya melewati para wartawan yang mengerubungi mereka.

Jems dan Sham berhasil masuk ke dalam mobil tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Jems menjalankan mobilnya pembelah jalanan raya yang terlihat padat, dia memutuskan untuk membawa Sham ke kantornya.

"Minum dulu dan tenangkan dirimu" Jems memberikan secangkir teh madu hangat kepada Sham.

Dengan tangan yang sedikit gemetar Sham menerima dan meminum teh madu tersebut, bibirnya kelu untuk berbicara. Belum lagi pusing di kepalanya yang semakin menjadi, perasaannya yang gelisah juga memperparah demamnya.

"Ayo makan dulu lalu setelahnya minum obat," Ujar Jems sambil membuka kotak makanan yang memang sudah ada di atas meja sedari mereka datang tadi.

"Aku meminta sekertarisku untuk membelikannya tadi" tambah Jems lagi, dia mengangsurkan kotak makanan itu ke Sham

Sham hanya diam saja tidak mengambil makanan yang diangsurkan Jems, hanya tatapan mata kosong yang terdapat pada bola matanya. Jems dengan hati-hati memegang pundak Sham dengan lembut, menepuk pelan pundaknya untuk menyadarkan Sham dari lamunannya.

"Eh... Ada apa?" tanya Sham setelah berhasil keluar dari alam lamunannya.

"Jangan banyak melamun nanti kesambet" goda Jems kepada Sham. Disendokkannya makanan dan disodorkannya makanan tersebut ke arah mulut Sham, memintanya untuk membuka mulut dan menerima suapannya.

"Aku bisa sendiri" tolak Sham dan berusaha mengambil alih sendok dari tangan Jems.

"Kalau Orang lagi sakit itu makannya harus disuapi" ujar Jems setelah berhasil menjauhkan sendok dari jangkauan Sham "Jangan menolak dan sekarang buka mulutmu" tambahnya lagi.

Sham akhirnya menerima suapan dari Jems, ada rasa bahagia yang meletup-letup di dalam hati Sham saat menerima suapan pertama dari seseorang yang sangat memperhatikan dan melundunginya. Suapan demi suapan hingga makanan dalam kotak tak tersisa.

"Sekarang kamu Minum obat" Jems mengangsurkan 3 butir obat yang berbeda ke pada Sham setelah menghabiskan makanannya.

"Kamu tidak makan Jems?" tanya Sham setelah dia meminum obatnya.

"Aku tidak bisa makan karena tidak ada yang menyuapiku" ujar Jems menggoda Sham. Jems bahkan terkekeh pelan begitu melihat wajah Sham Merah merona atas perkataannya itu.

"Kamukan sedang tidak sakit Jems" balas Sham dengan mimik wajahnya yang sangat menggemaskan. Jemspun merubah kekehannya menjadi tawa renyah yang sudah lama tidak dikeluarkannya. Sham yang melihatnya tertawa juga ikut tertular oleh tawa Jems.

"Untuk sekarang kamu tinggal di rumahku saja dulu, barang-barangmu, aku yang mengurusnya" ujar Jems dengan tegas, seolah-olah tidak ingin mendengarkan penolakkan dari mulut mungil Sham.

"Baiklah, aku tidak bisa menolak, karena aku sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi" kata Sham dengan Lirih.

Jemspun mengantarkan Sham ke rumahnya, sedangkan dirinya akan menginap di apartemen. Jems juga sudah menjelaskan bahwa di rumah ini akan ada Bibi Irma yang akan ikut menginap untuk menemani Sham.

"Terima kasih Jems" ujar Sham dengan sopan, saat mereka telah tiba.

"Tidak apa-apa Sham, ini sudah menjadi kewajibanku untuk membantu dan menolong calon Pasangan hidupku, bukan?" tanya Jems dengab santai sambil mengedipkan sebelah matanya. Hal itu sukses membuat rona di wajah Sham kembali muncul.

Warning Love [M-PREG]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz