Bab 2 : Berita Negativ

12.3K 798 9
                                    

Hari sudah mulai sore dan Sham masih berada di kantor Jems, Sham baru saja bangun dari tidur siangnya. ia memperhatikan Jems yang sedang sibuk dengan berkas-berkas dihadapannya, Jems memintanya untuk menunggunya selesai bekerja.

Tiba-tiba saja air mata Sham jatuh dengan deras, tidak ada isakan yang keluar dari sela-sela bibirnya. Sham mengeluarkan dompet miliknya yang telah usang, diusapnya foto yang berda di dalam dompet tersebut.
Foto kedua orang tuanya yang telah tiada, Sham adalah anak satu-satunya dan sekarang dia hidup sendirian di dunia yang menyiksanya. Sham tidak mempunyai tempat untuk mengadu sejak orang tuanya pergi meninggalkannya dua tahun yang lalu.

'Bu, Pak, doain Sham agar dapat melalui semua cobaan ini dengan cepat ya...' ujar Sham di dalam hatinya.

Sham berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kamar mandi, tanpa Sham sadari sedari Sham menangis, tadi Jems sudah memperhatikannya. Dia hanya membiarkannya menangis, dia tahu pasti sulit jika menjadi seorang seperti Sham.

Sementara itu di dalam kamar mandi Sham hanya menangis tersedu-sedu, dia duduk di atas kloset kamar madi yang tertutup. Tangannya berkali-kali memukul dadanya yang terasa berat, seakan-akan kitika ia memukul dadanya akan mengurangi bebannya dengan cara yang mudah seperti itu.

"Sham?" Jems memanggilnya dari arah depan kamar mandi di ruangannya, tangannyapun juga ikut mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Saat mendengar suara Jems di depan pintu kamar mandi, Sham dengan cepat-cepat membasuh wajahnya dengan air di wastafel dan mengeringkannya dengan tissue.

"Sham? Apa Kau baik-baik saja?" sekali lagi Jems mengetuk pintu kamar mandi dengan raut wajah yang jelas nampak khawatir.

"Iya, aku baik-baik saja," jawab Sham dengan suara seraknya. Saat Sham membuka pintu kamar mandi dengan wajah yang menghadap ke arah lantai. Tiba-tiba saja merasa ia merasakan tubuhnya berada di dalam sebuah pelukkan yang terasa hangat dan nyaman.

Jems memeluknya, mereka hanya berpelukkan tidak melakukan hal-hal yang lain. Tidak ada yang membuka suara atau mencoba memulai untuk berbicara hingga beberapa menit lamanya. Karena Merasa canggung Sham sedikit berdeham dan akhirnya Arthur pun melepaskan pelukkannya.
"Jangan menyimpan semua apa yang kau rasakan sendiri, setidaknya berbagilah denganku, aku akan mendengarkan semua apa yang kau rasakan" ujar Jems. Sham memandang Jems dengan pandangan yang sulit diartikan, terlalu banyak rasa yang ingin dia coba disampaikan melalui tatapan matanya.

"Percayalah aku akan mengorbankan nyawaku untuk menyelamatkanmu dari semua ini" Jems mengusap kepala Sham yang lebih rendah darinya dan mengelus pipi Sham sambil tersenyum manis di bibirnya. Sham memang baru pertamakali ini diperlakukan spesial oleh laki-laki dan merasa tersanjung dengan perlakuannya, walaupun ada tanda tanya besar di dalam hati kecil Sham.

"Hanya karena sebuah harta warisan, kau rela mengorbankan nyawamu untukku?" entah kenapa mulut Sham mulai terasa gatal untuk mengatakan kalimat itu, yang lebih membuatnya merasa sangat jengkel adalah reaksi Jems. Dia hanya menaikkan kedua bahunya dan berdeham sebentar. Sham tidak dapat menebak apa maksud dari Jems.

Jems tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Sham dan memilih untuk menarik lengan Sham, "ayo aku antar pulang, hari sudah mulai menjelang sore" katanya sambil membawa Sham keluar dari kantornya menuju parkiran mobil tempat mobilnya berada.

_______

Jems memberhentikan mobilnya ketika ia telah tiba di depan kosan Sham,

"terima kasih atas tumpangannya," katanya sambil tangannya bergerak ingin membuka pintu mobil. Sham membatalkan niatnya untuk turun dari mobil, karena Jems menggenggam lengannya.

"tidak perlu berterimakasi kepadaku, jika kau butuh bantuan hubungi saja aku, aku akan segera membantumu" ujar Jems. Lalu Jems teringat akan sesuatu hal dan melanjutkan ucapannya, "kau tidak merasa terganggu dengan kondisi area kosanmu sekarang? Kau bisa tinggal di apartemenku untuk sementara waktu" tawarnya.

Warning Love [M-PREG]Where stories live. Discover now