Bab 24 : Peringatan

4.7K 457 6
                                    

Sham Dan Jesica sudah sampai di rumah Jems, keduanya sedang duduk santai di teras rumah bersama dengan Bibi Irma. Berbagai macam kue kering dihidangkan untuk menemani mereka bercengkrama.

Matahari yang terlihat malu-malu di balik awan membuat suasana menjadi tambah menyenangkan.

"Jadi besok kita harus ke rumah sakit buat cek kandungan Mbak," ujar Sham antusias sambil mengelus perut buncit milik Jesica.

"Sham, bisa tidak kalau aku di sini tidak menumpang secara gratis. Maksud aku di sini bekerja sebagai pembantu saja buat bantu-bantu Bibi Irma" pinta Jesica serius.

"Mbak kok ngomongnya gitu" Sham merasa tidak setuju dengan permintaan Jesica tersebut.

"Sham, nggak mungkinkan aku numpang di sini terus. Belum lagi, aku harus melahirkan, aku gak ingin menyusahkan kamu dengan Jems nantinya" jelas Jesica.

Mendengar perkataan Jesica tersebut itu, Sham menjadi berpikir apa yang dikatakan Jesica itu memang benar, dan entah kenapa dia juga mulai berpikir untuk harus mencari pekerjaan dan tidak menyusahkan Jems lebih lama.

"Nanti akan aku pikirkan, untuk sekarang Mbak jangan banyak pikiran dulu" kata Sham akhirnya.

"Bibi rasa Den Jems nggak akan keberatan kok kalau harus membiayai Non Jesica dan calon anak Non," Bibi Irma angkat bicara sebelum tadinya hanya diam saja mendengar perbincangan.

"Iya saya paham Bi, cuma saya tidak ingin merepotkan orang yang berada di sekitar saya" Jesica memberikan senyum manisnya kepada Bibi Irma.

"Jangan sungkan sama Bibi, jangan formal gitu bicaranya," komentar Bibi Irma.

"Beuh! Bibi tahu juga ya soal bahasa formal-formalan," Sham terkekeh geli di ujung perkatannya.

"Wah iya dong, Bibi ini walaupun udah tua harus tetep gaul dong," ucap Bibi Irma dengan pedenya menggunakan bahasa gaul anak muda sekarang, sontak saja Sham dan Jesica tertawa terpingkal-pingkal.

Sementara itu Jems masih berada di kantornya, dia sibuk memeriksa berkas tentang kasus pembunuhan anak-anak di bawah umur yang ditanganinya. Kali ini Jems akan kembali bergerak bersama anggota team A yang akan dipimpin oleh dirinya secara langsung.

"Jangan terlalu serius, makan dulu baru kerja lagi," kata Bima yang masuk dengan santainya menghampiri Jems, Bima hanya geleng-geleng kepala saja melihat kotak makan yang sama sekali tidak disentuh oleh Jems.

"Jangan cerewet Bim, lebih baik kamu bantu aku periksa berkas-berkas ini," cibir Jems kepada Bima yang duduk di hadapannya.

"Tentang kasus pembunuhan anak di bawah umur itu?" tanya Bima saat melihat foto-foto yang bertebaran di atas meja kerja Jems.

"Iya itu barang-barang yang dipakai sebelum korban tewas," jelas Jems tanpa diminta oleh Bima.

"Tapi, menurutku kamu harus hati-hati dengan kasus ini. Karena koorbannya bukanlah anak-anak biasa, mereka anak para konglomerat" ucap Bima serius.

"Maksudmu?" tanya Jems yang tidak paham.

"Jika kita tidak memenangkan kasus ini, firma hukum ini bisa ditutup dengan mudahnya oleh para orang tua korban," jelas Bima dengan ekspresi wajahnya yang sedikit menegang, mungkin dia juga membayangankan hal ngeri itu di dalam benaknya.

"Untuk itu kita harus bekerja dengan ekstra, mulai besok aku akan mendampingi para orang tua korban untuk memeriksa kelanjutan kasus anak mereka," Jems kembali memandangi berkas di tangannya itu.
"Pembunuhnya masih belum dapat teridentifikasi ya, agak mencurigakan kasus ini karena anak konglomerat ini pasti dijaga ketat oleh orang tuanya, motifnya apa?" analisa Bima, jarinya mengusap-usap daerah dagunya dengan dahi berkerut.

Warning Love [M-PREG]Where stories live. Discover now