23

1.2K 94 3
                                    

"Heni."

"Heni,"

"Heni,"

"STOP PLEASE!" teriak gue. Gue harus bisa menghentikan bayangan gue sendiri. Gue gak boleh terus terusan terjerat masa lalu. Gue harus tetap bertahan demi hidup gue sendiri. Gue gak bisa hidup dalam bayang bayang Jefri. Gue harus paham, manusia gak akan pernah hidup untuk selamanya. Ada saatnya ia akan pergi meninggalkan dunia.

"Ini emang gue, bolot!" Jefri menoyor kepala gue. "Dasar kebanyakan nonton sinetron!"

Gue mendongak. "Eh, hantunya Jefri, ya?"

"Hantu hantu gigi lo maju!" gerutu Jefri.

Gue natap lantai. "Hm, kakinya napak tanah gak ya?"

"Eh, lo kata gue kunti?" tanya Jefri kzl.

Gue ketawa, seneng banget karena Jefri bener bener nyata. Persetan dengan kemungkinan dia hantu atau apa, intinya gue bahagia. "Lo gak meninggal, ya?"

"Gue gak mau mati cepet cepet sih, tapi kalo lo mau duluan ya silahkan." ucap Jefri, memutar bola matanya. Gue mendengus kesal.

"GAK! Btw, gue minta maaf." gue menunduk, malu. "Gue salah. Gue nuduh lo karena emosi, tapi jujur gue nyesel. Apalagi saat lo.. Dinyatakan meninggal."

Jefri hanya menatap gue datar. "Gue kembali. Gue kembali buat lo, Hen. Udah gue bilang, lo adalah moodboster gue buat bertahan. Gue udah maafin lo dari dulu. Btw, lo udah nerima hadiahnya, kan?"

Gue nggangguk, tersenyum.

Ah, Jefri selalu bikin gue baper dan kebiasannya ini gak pernah ilang dari dulu. Selalu bikin gue senyum senyum sendiri. Selalu bikin hati gue melambung tinggi, bahagia setengah mati.

Gue memeluk Jefri, dan pelukan itu benar benar membuktikan bahwa tubuh Jefri benar benar nyata. Dia tidak menghilang dari hidup gue. Tuhan telah memberikan gue kesempatan sekali lagi untuk menghapus rasa penyesalan yang awalnya tersisa.

"Gue tau siapa pelakunya, Hen." desis Jefri. "Siapa pelaku yang udah ngerusak stand bazaar. Kebetulan, Rian merekam semuanya melalui ponselnya."

"Siapa?" gue menaikkan alis.

"Ridwan,"

Gue tercekat. "Gak mungkin."

"Gue pikir juga begitu," ucap Jefri. "Tapi sepertinya dia masih dendam sama gue. Gara gara perselisihan waktu TK,"

"Hah?"

"Astaga, gue lupa." Jefri tepok jidat. "Lo kan telmi. Gak bakalan ngerti kalo gak dijelasin satu satu,"

Gue nggangguk angguk.

"Gue dan Ridwan satu TK, masa waktu polos polosnya." ucap Jefri, memulai cerita. "Waktu itu, gue dan Ridwan sama sama mau beli tamiya. Pas pengen beli, kami pegangnya bersamaan. Penjualnya jadi bingung dan mutusin buat suit, pemenangnya bakal dapetin tamiya limited edition itu,"

"Oh.."gue membeo.

"Dan pemenangnya adalah gue," ucap Jefri sambil tersenyum bangga, seraya menepuk dada. "Gue yang dapetin tamiya itu. Akhirnya Ridwan nangis, dan gue masih ingat. Dia sampe ngompol segala,"

Gue ketawa. Astaga, Ridwan pernah ngompol cuma gara gara kehabisan tamiya dan kalah suit dari Jefri?

"... Akhirnya, Ridwan marah dan ngambek kegue. Gue bodo amat dan tetep mainin tuh tamiya." ucap Jefri jujur, terlalu jujur malah. Dasar egois!

Astaga. Gue jadi keinget Jefri waktu dia tega makan tahu isi legendaris milik gue. Jadi, kurang lebih seperti itulah kejadiannya.

"Hingga akhirnya, kami marahan. Bertengkar terus pokoknya, sampe sampe guru jadi bingung ngadepinnya. SD kami barengan lagi, dan masih tetep marahan." ucap Jefri. "Akhirnya, kami sama sama capek bertengkar mulu. Bosen, bertengkarnya sama orang itu itu mulu. Kami kan butuh variasi, butuh sesuatu yang 'beda', makanya kami gak bertengkar lagi."

Gue melongo. Astaga, bertengkar butuh variasi segala?

"Gue bodo amat tiap ketemu Ridwan, begitu juga Ridwan bodo amat tiap ketemu gue, dan alhamdulilah nya- SMP kami gak barengan lagi," ucap Jefri. Gue hanya ber oh ria.

"Ah, sialnya gue adalah saat gue pindah sekolah, gue malah satu SMA dengan Ridwan," gerutu Jefri. "Akhirnya kami marah marahan lagi. Dendam dendam lagi. Ridwan yang gak tinggal diam langsung berbuat sesuatu agar kelas gue terlihat jelek dimata guru,"

"... Dengan ngebuang bungkus lays waktu itu. Dengan merusak stand bazaar waktu itu. Untung aja pelakunya kebongkar gara gara rekamannya Rian," ucap Jefri, mengakhiri ceritanya.

Ah, Jefri. Hari ini adalah hari terindah buat gue. Gue jadi tau pelakunya, meski realitanya menyakitkan karena Ridwan- pangerannya Cinderella lah yang udah melakukannya. Lo juga kembali, padahal awalnya gue ngira lo lah ilusi yang gue ciptakan. Intinya gue bahagia. Thanks, kutu!!

***
Bersambung :v

Si Ketua Kelas (TAMAT✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang