12

1.4K 102 3
                                    

Ngenes.

Itulah gue.

Tapi gue bangga.

Why?

Karena gue..

Seorang manusia.

"Lo harus nyingkirin Jefri dari hidup lo,"

Astaga. Apa yang gue fikirkan, sih? Sekalipun gue bisa, gue gak akan ngelakuin itu. Jefri temen sekelas gue dan akan tetap begitu. Jadi kayaknya menyingkirkan Jefri adalah suatu hil yang mustahal. Bodo amat deh.

"Eh, eh- Fifin, mau kemana lo?"

"Mau pulang, lah. Udah bel juga, emangnya kenapa?"

"Pulang pulang gigi lo goyang!" gue berkacak pinggang. "Lo seksi kebersihan, kan? Tungguin dulu yang piket sampe kelas bener bener bersih, setelah itu baru lo pulang!"

"Hah? Emangnya gue babu?"

"Udah tugas lo, kan?"

"Ogah gue!"

"Eh kok gitu?"

"Karena. Gue. Bukan. Babu!" tegas Fifin manyun, sambil lari nyelonong keluar kelas, meninggalkan gue yang berdiri mematung.

Dasar temen lucknut.

"Heh! Riko! Rian! Piket lo! Jangan melarikan diri dari tugas!" tegas gue sambil menarik kerah belakang keduanya bersamaan. Mereka terlihat seperti dua ekor kucing yang sedang tercyduck.

"Ampun, Bu Ketu." Riko dan Rian meringis. Dasar menyebalkan! Kenapa gue disini keliatan kayak psikopat pemburu mangsa, sih?

"Buruan piket! Eehh Lena, lo juga piket kan hari ini? Jangan melarikan diri!"

Astaga. Lena udah ngilang dari kelas. Kayaknya kekuatan teleportasinya keren juga. Gue menepuk jidat, susah banget sih, nyuruh orang piket?! Padahal, besok pagi ada Pembinaan Wali. Bu Sari alias wali kelas gue akan mendamprat gue dengan ceramah ala Mamah Dedehnya karena kelas kotor, padahal sebenernya ini juga bukan salah gue.

"Riko, Rian! Tunggu apa lagi? Buruan piket, sana!"

"Anu Bu Ketu, kucing tetangga kami mati pagi ini. Dan hari ini kami berdua bakal ngelayat kerumahnya, jadi-"

"Lo pikir gue percaya?" gue mengangkat sebelah alis.

"Gak percayaan banget, sih!" gertak Riko.

Nyali gue langsung ciut. Eh, kok malah Riko sih yang galak? Harusnya gue dong! Wah, ini gak bisa dibiarin! Sebagai ketua kelas keceh, harusnya gue bisa tampil sangar kayak preman pasar kurang pengalaman. Bukannya kayak begini!

Ah, sial. Semua orang udah pulang duluan. Terpaksa gue harus bersih bersih kelas ini sendirian. Catat! Sendirian. Gue meraih sapu dan menghentak hentakkannya kesal.

"Bu Ketu, mau gue bantu bersihin?"

"MAU GUE PUKUL PAKE INI SAPU?" ucap gue yang udah terlanjur emosi gara gara Riko.

"Waduh, jangan galak galak dong Bu Ketua. Ntar saya makin cinta loh, emangnya Bu Ketua mau tanggung jawab?" kekeh Jefri. "Pukulnya jangan pake sapu boleh?"

Ah, gimana gue bisa nyingkirin Jefri dari hidup gue, kalo dia aja ganteng begini. Inimah namanya cuci mata gratisan.

"Pake apaan?"

"Pake cintanya Bu Ketua." goda Jefri sembari mengedipkan sebelah matanya. Gue mendengus kesal.

"Cinta cintaan mulu, lo! Nilai lo tuh, diperbaikin dulu!"

"Emang kalo nilai gue bagus, lo mau jadian sama gue?"

"Enggak!"

"Pipi Bu Ketua merah, tuh. Cie, baper ya?"

"Dih, enggak!"

"Yaudah, kalo gak baper gue duluan ya!" ucap Jefri, mengangkat satu kursi keatas meja kemudian ngeloyor keluar dari kelas. Gue menepuk jidat.

"Woyy, ini gak jadi bantuin ceritanya?"

"GAK!" seru Jefri melet, tak lama kemudian ia menghilang tanpa jejak.

Demi monyet, ayam, sapi, dan seluruh isi kebun binatang! Dasar Jefri tukang PHP, tukang BBF, tukang makan, tukang bangunan dan segala jenis tukang lainnya! Rasanya gue pengen ngumpat ngumpat kzl. Kenapa sih Jefri ini ngeselin banget minta ditabok?!

Ah. Udah nasib gue kali ya.

Piket piket sendiri~
Bersih bersih sendiri~~

***
Bersambung ajalah :v

Si Ketua Kelas (TAMAT✔)Where stories live. Discover now