16

1.3K 104 1
                                    

"Lo kenapa, Hen?" tanya Lena sambil mengibas ngibaskan tangannya, penasaran. Seketika, lamunan gue buyar.

"Ah, enggak apa apa!" gue berusaha menutup muka gue yang malu. Gimana enggak? Gue barusan ngelihat perut kotak kotaknya Jefri tanpa sengaja. Dan kabar sialnya, gue masih malu dan kebayang bayang mulu.

"Senyam senyum mulu kayak orgil dah lo," ucap Fifin. "PJnya sama Jefri mana nih? PJ oi PJ!"

"Dasar Pipin sotoy!" gerutu gue. "Orang gue gak jadian juga,"

"OTW kan?" tambah Catur. "Astaga.. Kapan ya, gue bisa jadian sama Jefri?" gue melotot. "Eh maksutnya Jefri Nichol, my yayang bebeb, idola gue tercintah. Aelah Hen posesif banget wkwk." goda Catur.

"Dih, siapa sih! Gue gak suka Jefri ya. Titik gak pake Puspa!"

Habis berkata demikian, mata gue melotot melihat Jefri yang sibuk latihan basket di lapangan basket, tentunya. Matanya awas menatap bola dan mendribble dengan sempurna. Jefri melemparkan bolanya ke ring dengan shooting yang keren serta tepat sasaran. Tubuhnya mulai basah oleh keringat, makin kece dan... astaga ganteng banget.

"Awas, matanya copot susah ntar masangnya," ucap Fifin.

"Jefri ganteng banget yah? Astaga, kenikmatan cogan yang hqq. Vitamin mata, SEGER EUYYY!" ucap Catur sambil bersorak meneriaki Jefri, memberinya semangat.

"Hen, semangatin gue napa ah," rutuk Jefri, diem diem natap gue dan cuma gue yang nyadar. Temen temen gue yang lain menatap kearah Catur, karena teriakannya yang bener bener jadi pusat perhatian.

Gue hanya menjulurkan lidah, tersenyum mengejek. Jefri hanya menatapku kesal sembari melanjutkan dribblenya. Ah, tatapan kesal Jefri selalu bikin gue kangen.

"Semangat, Jef!" teriak gue.

Jefri hanya tersenyum dan membalikkan badan. Ia melakukan shooting dengan melemparkan bola itu dengan membelakangi ring. Bola itu terlempar keudara, menyentuh ring dan berputar putar di sisi ring, semua orang menahan napas- menanti kemana bola itu akan jatuh.

Yeah! Skor baru berhasil tercipta. Semua cewek cewek bersorak untuk Jefri, dan gue cuma senyum kecil. Jefri terus terusan natap gue dan gue jadi makin salah tingkah. Pipi gue memerah malu. Astaga, dasar cowok tukang BFF. Bikin Baper Falsu!

***

Astaga, ngelihat cowok cowok latihan basket bener bener bikin laper. Perut gue udah keroncongan dari tadi. Kaki gue melangkah menuju kantin, tepatnya kantin milik Bu Siti. Kantin paling legendaris akan kelezatan serta tahu isinya.

Semoga tahu isi legendarisnya masih ada, harap gue sambil menatap kearah kotak berisi tahu.

Astaga, bel istirahat bahkan belum berdering dan tahu isinya sudah ludes tanpa sisa. Kemanakah engkau wahai tahu isi legendaris? Gue celingak celinguk kecewa, kemudian berjalan menuju kekelas. Yah, mungkin tahu isi itu bukan takdir gue.

"Nih, buat lo."

"Hah?" gue mendongak saat menatap seplastik penuh berisi tahu isi. "Jefri? Ngapain lo-"

"Astaga, untuk hal kaya gini apa lo masih gak peka juga?" Jefri tepok jidat. "Tahu isi. Lo mau kan? Gue borong ini semua buat lo,"

Gue mematung. Astaga, Ridwan bener. Ternyata Jefri termasuk golongan horang kayah. Nyatanya dia bisa borong semua tahu isi, buat gue semua pula. Astaga.

"Gue minta maaf udah makan tahu isi (yang harusnya) milik lo," ucap Jefri. Gue nggangguk angguk. "Gue gantiin. Semuanya buat lo."

"Astaga, horang kayah ternyata ya lo." ucap gue sambil mencomot tahu isi kedalam mulut, seraya memasang tampang tanpa dosa. "Kalo bisa borong tahu dikantin, kenapa gak penah bayar kas?"

Jefri meringis. "Iya.. Anu, gue males. Takut dosa,"

"Dosa?"

"Iya. Nagih uang kas itu dianggap pungli, tauk!"

"Yang bilang siapa?"

"Rian," ringis Jefri. Gue tepok jidat.

"Pungli pungli gigi lo geser!" gue tepok jidat. "Itumah akal akalannya Rian doang gak mau bayar kas. Sok polos lo!"

"Dedek emang polos Hen, makanya jangan rusak kepolosan dedek gemesh," ucap Jefri dengan nada dibuat buat. Gue ketawa sekaligus gregetan.

Akhirnya, dibawah sinar matahari yang cerah dan pohon mangga yang rindang, gue dan Jefri menikmati tahu isi bareng bareng dengan nikmatnya. Sesekali Jefri bernyanyi Havana, dan gue langsung sumpel mulutnya pake tahu. Habisnya, suaranya jelek banget. Kuping gue terancam pecah dengerinnya.

Ah, terkadang makanan traktiran terasa jauh lebih nikmat. Apalagi kalo makannya bareng cogan. Adem, euy..

***
Bersambung :v

Si Ketua Kelas (TAMAT✔)Where stories live. Discover now