14

1.4K 104 0
                                    

Perasaan aneh?

Jantung berdebar debar?

Pipi memerah panas?

Deg degan gak berhenti,

Dan bawaannya senyum sendiri mulu?

Awas!

Itu tanda tanda sakit jantung !

Kelas kampret bin ajaib gue penuh dengan kegerahan. Keringat mengucur deras bagai hujan, tetapi tidak ada yang mengeluh kepanasan ataupun kipas kipas ala tukang sate. Kenapa? Karena hari ini pelajaran BK.

Bu Retno melarang keras murid muridnya menggunakan kipas atau berbicara selama pelajarannya. Mereka harus tetap bersidekap di bangkunya masing masing, sampai bel pergantian jam berakhir. Ceramah Bu Retno mulai berlangsung disertai air liur yang kadang muncrat. Au ah gelap, gue gak denger.

"Hen! Bisa kamu jelaskan, tadi saya bicara tentang apa?" tanya Bu Retno. Gue kaget, duh mati gue!

"Ng.. Nganu.. Tentang.." gue memutar bola mata, minta bantuan. Tapi dasar temen temen gak peka, mereka bahkan gak ngelirik sedikitpun kearah gue. Bu Retno mulai menatap gue dengan tatapan tajamnya, menyeramkan.

Treng~ bel pulang sekolah berdering, dan Bu Retno mengakhiri pelajarannya. Gue mulai memimpin doa. Cuaca panas mulai tergantikan langit mendung. Ah, adem rasanya. Gue bernafas lega.

"Jangan lupa piket!" seru gue.

"Iya, Bu Ketu.." seru Jefri malas, diikuti temen temen sekelas gue kompak. Gue tepok jidat.

Murid murid mulai berhamburan keluar kelas. Gue ikut menyampirkan tas dipundak, kemudian berjalan keluar kelas. Tiba tiba seseorang mencekal tangan gue.

"Jefri?"

"Gak mau nungguin gue piket?"

"GAK! Buat apa?"

"Buat.." Jefri memutar bola matanya. "Buat nemenin, lah."

"Gak!" ketus gue. "Emangnya gue babu? Kalo mau ada yang nemenin. Nih, Fifin aja, dia kan seksi kebersihan!"

Sayangnya, Fifin sudah melarikan diri dari tugasnya beberapa menit yang lalu. Cepet banget ngilangnya. Gue tepok jidat, astaga.

"Hen,"

Gue noleh. "Apaan?"

"Gue ramal, lo pasti balik lagi kesini."

"Ngaco lu, dasar Dilan KW!" ucap gue ketus. "Gak bakalan,"

Ah, debat dengan Jefri gak ada gunanya. Gue buru buru berjalan meninggalkan Jefri dengan langkah dipercepat. Jefri hanya mengalah sembari melanjutkan piketnya, sesekali ia ngobrol dengan cowok cowok lain. Ah, bodo amatlah. Gue berlari menuju gerbang dan..

Brzzhh.. Hujan mulai deras, dan kalo gue nekat pulang seragam dan tas gue bisa basah. Besok Sabtu dan seragam gue akan dipake lagi. Sial. Kayaknya gue harus nunggu hujan reda. Gue toleh kiri toleh kanan, nyari temen.

"Lagi nungguin hujan?" tanya seseorang.

"Ridwan?"

"Ya." Ridwan tersenyum simpul. "Mau pulang bareng gue? Gue bawa motor."

"Gak usah. Ngerepotin." ucap gue halus.

"Oke. Lain kali aja, ya?" Ridwan tersenyum sembari memakai helmnya. "Dadah, Heni.."

Gue tersenyum seraya melambaikan tangan saat motor Ridwan melaju kencang melawan hujan. Ah, mendadak gue nyesel udah nolak ajakan Ridwan. Huft!

"Eh, Tur! Belum pulang?" tanya gue saat melihat Catur berjalan melewati gue.

"Tadinya sih, ada latihan untuk OSN. Tapi karena hujan dan gurunya mendadak ngilang kayak mantan, ya enggak jadi." ucap Catur. "Astaga, ngilang kayak mantan." Catur mengulang kata katanya sendiri dan mendadak baperan. Gue tepok jidat.

"Temenin gue ya Tur? Hujan nih."

"Bukannya lo bawa sepeda ya Hen?" tanya Catur.

"Hari ini enggak bawa, bannya kempes. Rencananya mau jalan kaki, eh hujannya deres kayak gini." gue menadah air hujan yang menetes turun dengan telapak tangan. Dingin.

"Eh, gue udah dijemput. Duluan ya, Hen!" Catur berlari riang. Gue hanya tersenyum kecut sembari kembali kekelas.

Gue berjalan menuju kelas, dan alangkah terkejutnya gue saat menemukan kelas kotor penuh dosa(eh debu maksutnya!), gumpalan kertas berada disana sini, kursi kursi belum diangkat dan meja meja tidak ditaruh rapi. Inikah hasil piketnya Jefri? Astaga! Nyapunya gak bersih banget! Gue ramal, dia pasti dapet cewek brewokan. Haha, rasain!

Hujan semakin deras. Gue mengeluh resah menatap jendela kelas, duh kapan gue bisa pulang? Gue kangen mi rebus hangat disertai sayur dan cabe yang maknyus buatan gue. Cocok banget dimakan pas perut lagi kepocongan, eh keroncongan.

Rinai hujan basahi aku..
Temani sepi yang mengendap..
Kala aku mengingatmu, dan semua saat manis itu..

Astaga. Kenapa gue malah keinget Jefri dan kenangan bersamanya, ya? Dia kan yang ngeramal gue bakal balik lagi kekelas. Tapi malah dia yang menghilang sekarang. Gue kangen sama mi, tapi kenapa gue malah pengen ketemu Jefri sekali lagi?

Waktu Jefri memperkenalkan diri, dia menatap kearah gue. Waktu kejar kejaran di rooftop, bolos bareng, waktu gue ngelempar sepatu ke jidat Jefri, waktu gue nempelin lem super ke kursinya Jefri.. Btw gimana ya, nasibnya Pak Bon waktu tau lem supernya ilang? Kok gue mendadak respect ya?

Gue senyam senyum sendiri.

"Tuh kan, gue bilang juga apa. Pasti balik lagi," ucap Jefri tiba tiba muncul layaknya Jailangkung. Ekspentasi gue yang udah menjalar kemana mana mendadak buyar semua. Gue langsung masang muka flat.

"Apaan sih lo! Dateng dateng ngagetin. Kayak jailangkung!"

Jefri terkekeh. "Ngaku lo. Mikirin gue, kan?"

"GE ER LO!"

"Astaga, lucu banget sih kalo lagi sebel."

"Yang sebel siapa sih? Ini gara gara lo bandel ya. Piket gak bener. Kelas berantakan pula."

"Maaf ya Bu Ketu. Lagi mager,"

"Au ah! Gue pulang!" gue berbalik, hendak pulang.

"Bu Ketu gak peka peka," rutuk Jefri kzl.

"Peka apaan?"

"Gakpapa!"

"Dasar Jefri pms!" teriak gue.

"Heh, awas ya lo!" Jefri yang gregetan menjulurkan tangannya, bersiap mengacak rambut gue. Gue buru buru berkelit dan berlari sambil ketawa.

"Kutu lagi pms yaaa!" entah kenapa gue jadi semangat godain Jefri. Wajah Jefri yang malu sekaligus kesal bikin gue semangat jahilin dia lagi lagi dan lagi. Bener bener minta ditabok.

"Yang kutu siapa sih? Gue sampoan melulu kok. Gue juga gak kutuan!" gerutu Jefri kesal.

Gue ketawa ngakak. Jefri ketika cemberut, lucu banget mukanya kalo ngambek. Minta ditabok beneran. Tanpa sadar gue berlari menembus hujan, tak perduli seberapa banyak gue basah. Kaki kaki gue dan Jefri mulai berkecipak menginjak genangan air, seiring dengan sepatu sepatu basah yang mulai kotor.

Kami tertawa dan entah kenapa gue bahagia.

Meski besoknya, kami berdua sama sama absen gara gara sakit demam.

Dear Jefri. Cowok BFF, Tukang Bikin Baper Falsu, tukang makan tahu isi legendaris punya Heni Selviana Anggraini, tukang ngeselin, piket gak pernah bersih, suka bolos, perusuh, kutu. Gue gak pengen jatuh cinta sama lo, tapi kenapa hati gue bahagia ya, tiap ketemu lo? Dada gue deg degan terus jadinya. Apa ini yang disebut dengan sakit jantung? Wah, kalo gitu gue harus cepet cepet pergi kedokter buat berobat!

***
Bersambung v:

Si Ketua Kelas (TAMAT✔)Место, где живут истории. Откройте их для себя