Untukmu yang baru saja di wisuda

5.7K 353 0
                                    

16 Mei, Hari yang di nantikan oleh Naya dan seluruh mahasiswa yang telah menyelesaikan masa studinya selama kurang lebih empat tahun menghabiskan tenaga dan pikiran mereka untuk sampai pada tahap ini. Hari ini Naya mengenakan kebaya berwarna kuning cerah sewarna dengan aura nya yang juga cerah. Keluarga Naya dan Keluarga Rian menghadiri acara wisuda Naya, yang pasti dan utama Rian juga menjadi seorang nomor satu yang paling berbahagia karena istrinya telah menyelesaikan masa studinya. Dengan predikat cumlaude mencapai ipk 3,53, Naya yang tidak terlalu jenius itu mampu membuat keluarganya bangga.

-

Selepas acara wisuda dan makan bersama dengan keluarga. Malam harinya Rian mengajak Naya untuk dinner berdua saja.

"Nay, mau mas ajakin dinner ga?" Tanya Rian sambil menyetir.

"Mau, yang paling mahal ya hahaha.."

"Yah, padahal niatnya mau mas ajakin makan pecel lele pinggir jalan."

"Nah, kalo pecel lele Naya mau!"

"Ih mas kan cuma bercanda. Ya masa si yang baru wisuda cumlaude makannha di pecel lele."

"Gapapa mas, Naya lagi pengen banget pecel lele. Ya? Plis mau pecel lele." Sambil merengek seperti seorang bayi baru gede.

Akhirnya sehabis maghrib mereka bersiap menuju untuk makan malam, karena memang mereka sudah dari aslinya memang cantik dan tampan, pake kaos polos biasa saja sudah pas. Naya memakai kaos polos berwarna hitam dan rok berwarna cream serta kerudung cream. Sedangkan Rian mengenakan kaos polis warna hitam dipadu dengan celana pendek warna cream. Serasi. Padahal cuma mau makan di pecel lele pinggir jalan.

Sampai disana, mereka memesan dua porsi pecel lele serta dua gelas es teh tawar. Duduk menghadap kearah jalanan, suara bising dari kendaraan menjadi kesan tersendiri pada malam hari.

"Mas, Naya harus ngelanjutin S2 apa ga?" Sambil meminum es teh dari sedotan.

"Ya terserah Naya, kalo mas saranin ya Naya lanjutin S2."

"Laaah" terdengar Naya sambil mengeluh manja.

"Kok laah?" Sambil keheranan dan melihat bibir Naya yang dimanyunkan.

"Naya udah males mikir hehehe."

"Hahaha yaudah gausah lanjut dulu. Jadi ibu rumah tangga dirumah ngurusin suami sama anak."

"Nay, ngomong-ngomong kamu kan udah wisuda nih. Brarti udah siap dong mau bikin dedek?" Tanya Rian yang dibalas dengan suara tersedak dari Naya.

"Nanti kita bicarakan saja dikamar ya mas Rian ku. Malu lah masa ngobrolinnya disini."

Rian terkekeh melihat Naya yang tersipu malu. Ya, mereka memang belum melakukan hubungan suami istri, karena Rian memang tidak ingin Naya menyelesaikan kuliahnya hingga wisuda. Semoga saja pulang dari makan malam ini segala penantian sabar oleh Rian bisa terealisasikan. Semoga.

Sampai dirumah mereka, Rian memarkirkan mobilnya di garasi Naya turun sambil membuka kunci pintu agar terbuka, Rian menutup gerbang dan membuntuti Naya untuk masuk ke dalam rumah. Rumah yang Rian beli hasil jerih payahnya sekarang sudah diisi bersama istrinya, memang masih belum terlalu banyak perabotan tapi setidaknya sudah banyak barang yang essential dirumah itu. Rumahnya luas, designya kekinian dan hanya ada satu lantai. Karena memang Rian tidak menyukai rumah yang mempunyai dua lantai apalagi tiga lantai.

Naya memasuki kamar lagi-lagi Rian membuntutinya.

"Kenapa mas?" Sambil menatap heran kearah Rian yang tingkahnya aneh.

Tidak ada jawaban dari Rian namun tanpa basa-basi Rian menjawab dengan ciuman bibir untuk Naya, Naya tidak melawan karena ia tau bahwa tugasnya sebagai istri adalah melayani seorang suami. Apalagi setelah satu bulan mereka menikah belum ada sama sekali yang namanya berhubungan suami-istri. Dan malam itu pun menjadi malam pertama mereka, Rian yang seakan semakin menggila karena hasratnya sudah tersalurkan kepada sang istri.

-

Pagi harinya, Naya menyiapkan sarapan untuk Rian yang akan bekerja. Naya sangat senang dengan segala hal yang berbau pekerjaan rumah tangga, bagianya hal itu sangat menyenangkan ubtuk membunuh rasa bosan apalagi ia tidak bekerja hanya dirumah saja. Semakin hari pula ia semakin mencintai Rian, semakin mampu menunjukkan rasa sayangnya terhadap lelaki yang juga mencintainya sepenuh hati.

"Nay, nanti mas pulangnya habis maghrib ya. Kamu berani kan sendirian?" Sambil mengenakan sepatu.

"Ga berani sih, tapi ya di berani-beraniin aja mas."

"Yang penting jangan nangis-nangis minta mas pulang cepet aja."

"Enggaaak, udah mas berangkat aja. Ohiya mas, Naya ntar mau jalan-jalan liat perabotan yang lucu-lucu ya, uangnya di transfer aja hehehehe."

"Sendirian?"

"Iyaa, Naya bisa kok kan cuma liat-liat aja kalo ada yang bagus ya beli gituu."

"Iya, pake mobil yang kecil aja ya. Jangan kebanyakan belanjanyaa. Mas berangkat dulu ya." Pamit Rian disambut pelukan hangat dari Naya.

-

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, Naya memutuskan untuk jalan-jalan melihat perabotan rumah untuk menghiasi rumahnya. Menyalakan mobil Yaris berwarna merah, dan segera meluncur ke IKEA.

"Shanaya?" Suara berat lelaki dari belakang membuat Naya memalingkan wajahnya menuju ke arah lelaki tersebut. Sungguh terkejutnya Naya melihat Dika, masa lalunya.

"Mas Dika" suara Naya yangirih namun mampu terdengar oleh Dika yang sedang tersenyum ke Naya.

"Apa kabar Sha? Aku dengar sebulan yang lalu kamu sudah menikah?" Sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Naya. Naya membalas untuk berjabat tangan.

"I-iya."

"Boleh kita ngobrol sebentar?" Ajakan Dika mampu membuat mata Naya yang tadinya tidak mau menatap Dika akhirnya iya menatap mata seorang lelaki yang dulu sangat dicintainya.

"Maaf mas, sepertinya untuk ukuran seorang wanita yang sudah bersuami tidak pantas saja untuk berduaan dengan seorang lelaki lain. Permisi."

Nandika tak mampu berkata apapun selain melihat perempuan yang sudah sangat berbeda dari zaman mereka berpacaran sampai sekarang sudah memiliki suami. Terlihat sekali Naya yang sudah semakin dewasa dengan sikap maupun penampilan.

Ada perasaan kecewa dalam hati Dika, perasaan menyesal karena ia tidak kembali tepat waktu dan perasaan kecewa karena perempuan itu tidak mau mendengarkan penjelasannya. Apakah ia akan terus mengejar Naya atau mampu mengikhlaskan semuanya?

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang