Abu-abu Menjadi Terang

5.8K 392 0
                                    

Dua minggu sudah perjalanan untuk mendapatkan hati Naya. Namun, gadis itu masih menjadi misteri baginya, Rian merasa terlalu abu-abu untuk membaca sosok Naya yang terlihat tidak memiliki perasaan yang sama dengan dirinya. Apa yang sebenarnya mengganggu pikiran Naya, apa ada seseorang yang sedang berlabuh di hatinya, namun jika ada mengapa Rian tak pernah mengetahuinya. Karena yang ia ketahui Naya tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali Hilmi sahabat Naya yang agak 'melambai'.

"Yo, gue pengen nanya sesuatu deh."

"Apaan?"

"Naya pernah pacaran ga? Atau mungkin deket? Atau mungkin paling ga lo kasih tau sedikit tentang Naya itu gimana biar gue ga terlalu abu-abu melihat sosok Naya."

Dio terkejut mendengar pertanyaan Rian. Dio paham betul masa lalunya Naya, juga paham betul bagaimana sosok Naya dulu hingga Naya pernah hancur hingga berkeping dan sampai Naya menutup diri dari lingkungan. Apakah semuanya akan ia ceritakan kepada Rian? Tapi menurutnya saat ini mungkin saat yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya, Rian berhak tau mengenai masa lalu Naya. Karena Dio tau keseriusan Rian untuk menjadikan Naya sebagai rumahnya untuk pulang.

Dio mengajak Rian untuk makan siang diluar kantor. Dio berjanji akan menceritakan semua kepada Rian. Mereka menuju salah satu restoran khas jepang dan akan menghabiskan jam istirahat kantor di tempat yang ramai dengan orang.

"Intinya aja deh gue cerita, kalo dijabarin dari awal bakalan mumet."

"Serah lu Yo."

"Pokoknya dulu Naya itu pernah pacaran sama salah satu temen gue, namanya Dika. Mereka itu hampir tiga tahun pacaran, semua orang tahu kisah mereka. Kisahnya kapan-kapan gue ceritain. Tapi ini yang inti dulu nih."

"Iya Yo. Lanjutin." Sambil menoyor kepala Dio saking gemasnya karena terlalu bertele-tele.

"Singkat cerita, gue denger mereka putus. Semua orang shock. Rumornya, gada kata putus diantara mereka tapi karena Dika tiba-tiba ngilang gitu aja. Jadi mereka dulu tuh LDR-an kan. Nah anak-anak nih taunya mereka putus karena ldr, tapi kalo cuma karena ldr ga mungkin Naya bisa sampe menutup diri sampe jadi orang yang asing sampe bener-bener bukan dirinya. Setelah lama kabar putusnya mereka itu, ada rumor katanya Dika main cewe lah narkoba lah. Jadi gue pikir, itu yang bikin Naya tuh bener-bener down. Naya tuh udah kaya belahan jiwa Dika begitupun sebaliknya.

Setelah kejadian itu, Naya ga pernah mau deket sama yang namanya cowo. Tapi gue bersyukur semenjak kemaren gue ketemu dia lagi setelah bertahun tahun lamanya ga ketemu, dia udah jadi Naya yang gue kenal dulu, mungkin dia udah mencoba untuk melupakan dan mengikhlaskan. Jadi gitu pakboss!"

Setelah mendengar cerita dari Dio. Rian benar-benar ingin mengenal Naya jauh sebelum Rian mengenal Naya yang sekarang. Rian penasaran dengan sosok lelaki yang mampu membuat Naya begitu mencintainya. Pikirannya melayang-layang, pertanyaan memenuhi otaknya namun tidak ada yang bisa terjawab sekalipun.

"Kira-kira mereka masih sering komunikasi ga Yo?"

"Ehm, menurut gue sih engga ya. Tapi ya gatau sih, soalnya kemaren-kemaren grup tongkrongan SMA masukin Dika di grup Line, gue rasa Dika udah balik lagi. Tapi itu belum tentu bikin mereka balik lagi. Tenang aja Yan!"

Entah mengapa mendengar pernyataan itu ada sesuatu entah itu perasaan waspada atau cemburu. Rian benar-benar tidak tahu harus berbuat apa jika gadis yang sudah hampir satu bulan ini memenuhi pikirannya, yang mampu membuat semangatnya untuk menjalani hidup.

"Yan, kalo lo bener-bener sayang sama Naya. Jangan pernah sakitin Naya, Naya itu cewe baik, dia pantes dapet orang yang baik. Dan gue yakin lo bisa jadi orang yang baik untuk Naya."

"Satu lagi Yan. Gue harap dengan lo mendengar cerita barusan. Lo tetep jadi diri sendiri yang mencintai Naya dalam keadaan apapun. Jangan pernah kecewain Naya."

Dari penuturan Dio, Rian tau kalau banyak orang yang menyayangi Naya dengan kepribadiannya. Dari sinilah Rian terpacu untuk memperjuangkan Naya menjadi miliknya.

"Gue minta restu lo sebagai senior Naya Yo kalau gue pengen seriusin dia."

Dio lega mendengar pernyataan sahabatnya, karena Dio tau ketika Rian mendeklarasikan suatu hal maka ia akan bersungguh-sungguh melakukan dengan baik. Rian juga sosok yang mampu bertanggung jawab dengan ucapan dan perbuatannya.

"Niat yang baik selalu mendapat ridho-Nya Yan." Menepuk pundak Rian seraya menyemangati sahabatnya itu.

RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang