Chapter 1| sudah terbiasa

20.8K 877 33
                                    

4 orang siswi sedang berdiri di atas gedung sekolah sembari memandang siswa-siswi lain yang sedang melakukan upacara bendera pada hari senin. Hal yang memang selalu mereka lakukan untuk menghindari upacara bendera. Namun, pada saat pengibaran bendera mereka akan tetap hormat katanya untuk menghargai usaha dari para pahlawan yang telah gugur. Alasan yang cukup klasik bukan.

Setelah pemimpin upacara memberi aba-aba untuk beristirahat di tempat, 4 gadis itu memilih untuk duduk di kursi kayu yang ada di ujung gedung. Kembali bercanda gurau, beradu argumen, dan saling mengejek. Yaa biasalah perempuan kalau lagi nongkrong pasti ujung-ujungnya bakal ceritain orang lain.

"besok sekolah kita akan membagikan rapor, saya harap kepada seluruh murid agar membawa orang tua untuk mengambilkan rapor kalian, jika kalian tidak membawa orang tua, maka rapor kalian akan kami tahan." begitulah informasi yang disampaikan kepala sekolah dari bawah sana.

Lala, si gadis berambut sebahu dengan kulit putih serta tatapan mata yang selalu cerah sontak membulatkan matanya, "What?! besok kita terima rapor sementara bokap sama nyokap gue ada di luar negeri? Waaaaa gawat ini mah, masa iya rapor gue ditahan. Kan gue mau bikin bangga bokap sama nyokap dengan hasil rapor yang pasti bakal bikin mata mereka berbinar." histerisnya.

Mendengar teriakan Lala, sontak 3 gadis lain yang ada di tempat itu menutup telinga. Bahkan burung-burung yang tadi lagi pada nongki di atap sekolah harus bubar karena mendengar suara gadis yang begitu cempreng di sertai gaya histerisnya yang benar-benar alay.

"Santai aja kali La, kan lo bisa nyuruh asisten rumah tangga lo buat ngambilin rapor."

Suara santai itu terdengar dari Lalisa Budi Kusono. Gadis berketurunan Bali yang masih berdiri di ujung pagar. Dengan rambut yang terikat layaknya ekor kuda disertai tatapan fokusnya yang selalu memperhatikan kegiatan di lapangan, gadis itu sudah dapat dinilai memiliki pembawaan yang santai.

"Emang nih Lala lemot banget, gitu aja diambil pusing,"

Sindiran berikutnya datang dari Aleta Intan Purnama. Jangan tanyakan bagaimana penampilannya. Gadis yang lebih sering di sapa Leta itu tampil seperti murid lain. Tidak ada tambahan embel-embel seperti bando yang dikenakan siswi alay, tambahan gelang seperti yang digunakan siswi pelanggar aturan. Hanya saja Leta memang murid yang tidak suka diatur. Apa yang ia kenakan itu karena dia memang ingin seperti itu bukan karena ingin mematuhi aturan.

"Maklum lah. toh diakan masih Tk,"

Suara berikutnya keluar dari bibir gadis yang memilih duduk di atas tembok. Rambutnya yang sebatas pinggang ia biarkan terurai dengan tatapan mengejek yang sering kali dia tampakkan. Tipikal gadis tanpa beban. Nekat? Itulah motto hidupnya. Penampilan? Bisa dibilang dialah gadis pelanggaran peraturan nomor satu. Seperti apa yang pernah dia ucapkan kepada salah satu guru BK Peraturan dibuat untuk dilanggar, bu.

Tidak terima dengan respon yang ia dapatkan, Lala memilih berdiri di atas kursi. Menampakkkan api penolakan dari raut wajahnya. "Kenapa sih kalian suka bilangin gue anak TK?! Kalian nggak punya mata untuk melihat? Gue udah gede ya dan sekarang gue udah naik kelas 12 SMA. Camkan itu!"

❄❄❄

Berhubung hari ini SMA Nusantara sudah tidak aktif belajar, maka 4 gadis itu memutuskan untuk pergi ke kedai kopi kesayangannya.

"Key, besok orang tua lo bakal ngambilin rapor lo, atau hanya Keysa yang bakal diambilin?" tanya Leta membuka keheningan di antara mereka.

"Liat aja besok,"

"Kalo besok orang tua lo nggak ngambilin rapor lo dan hanya ngambilin rapor keysa, maka gue nggak akan tinggal diam."

"Yaelah Let nggak usah repot-repot. Gue mah udah biasa, entar biar abang gue aja yang ngambilin."

Keyla | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang