Extra - 2 Mushroom!

11.5K 491 127
                                    


"Dari mana saja Riz, jam segini baru pulang?"

Jam 10 malam, dan aku baru sampai rumah. Disambut Bunda yang sedang menonton TV di ruang keluarga.

"Eh, Bun. Kok belum tidur?"

"Belum. Dari mana kamu?"

"Itu, ada bisnis sama teman." jawabku singkat, lalu duduk di sebelah Bunda dan menenggak segelas air yang entah milik siapa.

"Bisnis apa? Kamu tidak pamit sama istri kamu?"

"Pamitlah, Bun."

"Lalu, kenapa dia mencarimu? Sampai makan malam tidak berselera."

"Benar Bun?"

"Buat apa Bunda bohong sama kamu? Dari tadi istrimu itu mondar - mandir mau nangis nyariin kamu. Lagi pula bisnis apa sampai semalam ini? Kamu tidak memberi kabar ke Sha?"

"Nah itu dia Bun. Tadi ponselku lowbat, terus jalanan macet total. Ada kecelakaan."

"Ya Tuhan, Oriz! Memang kamu tidah bisa charge ponsel kamu di mobil? Kasian istrimu, belum makan malam. Siang juga makannya cuma sedikit."

"Eh iya, lupa Bun. Tidak sempat."

"Ya sudah, sana! Pasti dia marah."

"Bunda tidak tidur?"

"Iya, nanti."

"Malam, Bun!"

Cup. Kukecup pipi bunda sekilas sebelum aku berlari menuju kamarku. Ah, betapa bodohnya aku! Bisa puasa seminggu kalau begini caranya. Semoga mood istriku sedang baik.

Perlahan, kubuka pintu kamarku lalu menguncinya. Sudah gelap, istriku pasti sudah tidur. Syukurlah. Aku segera memasuki kamar mandi dan membersihkan diri. Aktivitas seharian membuatku lelah dan berkeringat. Air dingin sepertinya bisa menyegarkanku kembali.

Lima belas menit kemudian, aku menyusul istriku menyusup ke dalam selimutnya. Aku sedikit kaget melihat bahu istriku sedikit bergetar saat aku akan memeluk ya. "Sayang, kamu kenapa?"

Tidak ada jawaban. Getaran itu malah bertambah kencang.

"Sha, sayang?" aku menarik tubuh istriku agar rebah. Dan, mataku memebesar melihat wajahnya bersimbah air mata.

"Sayang, kenapa?"

"Darimana?!" tanyanya ketus sambil sedikit terisak. Matanya menatapku tajam, meuntut penjelasan.

"Kan Kakak sudah bilang kamu, sayang. Kakak ada bisnis sama teman."

"Ada ceweknya makanya lama! Iya kan?"

"Tidak. Dua teman Kakak Laki - laki kok. Kalau kamu tidak percaya kamu bisa tanya mereka. Kakak kena macet, ada kecelakaan di jalan. Makanya lama." jelasku perlahan tanpa emosi agar istriku mengerti. Belakangan ini istriku terlihat sangat protektif padaku. Kemanapun aku pergi, pasti ditanyakan. Telat pulang sedikit, aku harus siap mendapat interogasi darinya. Seperti saat ini.

Antara senang dan tidak sih. Senang karena sekarang istriku lebih perhatian. Tidak karena aku terkesan sebagai suami yang tidak bisa dipercaya dan suka menyeleweng.

"Jangan bohong!"

"Benar, sayang. Kakak tidak bohong. Nanti, kapan - kapan Kakak kenalkan kamu pada teman - teman kakak."

"Hmm." gumamnya singkat. Akhirnya! Selesai sesi wawancara.

"Sekarang, kita tidur ya?" bujukku memeluk tubuhnya yang terasa lebih empuk dari sebelumnya. Makin hari, istriku terlihat semakin cantik saja. Kulitnya juga terlihat semakin beesinar. Pasti Bunda dan Mama sering mengajaknya perawatan.

Our Early Marriage! - OPEN PO - Sebagian Part Telah DihapusOn viuen les histories. Descobreix ara