Part 42 Ovulation!

15.3K 611 110
                                    


"Sayang, kamu masih marah? Kamu menyesal melakukannya?" tanyaku pada Sha yang masih diam dari beberapa saat lalu kami memasuki kamar.

Senja tadi kami sampai di rumahku, di rumah Ayah dan Bunda. Karena long week end, sesuai rencana, kami pulang mengunjungi orang tua kami. Dan untung saja kuliah hari ini tidak sampai sore, jadi kamu bisa pulang lebih cepat.

Tiga hari yang lalu, istriku menginstall aplikasi semacam kalender kesuburan sesuai dengan saranku. Setelah memasukkan data periodnya, tiba - tiba saja istriku menjadi tegang dan pucat. Setelahnya dia hampir menangis menunjukkan kalendernya padaku.

Menurut perhitungan kalender itu, kami melakukannya di masa subur istriku. Di sana tertulis chance to get pregnant. Selang satu angka terdapat tulisan yang lebih mengerikan menurut istriku. OVULATION!  Hihg chance of getting pregnant.

Sha mengamuk! Lalu  diam, memprotesku sebentar kemudian menangis. Setelah itu, dia hanya murung sepanjang hari dan tak bersemangat sampai sekarang. Bahkan gestur tubuhnya menolak berdekatan denganku.

Alhasil, dua hari ini aku puasa.

Sial! Bukan itu masalahnya bodoh! Umpat bagian lain dari pikiranku. Oh, kenapa akhir - akhir ini aku sering mengumpat? Kalau sampai istriku tahu, dia pasti akan marah besar. Dan kalian tau sendiri bagaimana model marahnya istriku itu.

"Kamu menyesal melakukannya?" tanyaku lagi, kemudian aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya. "Hmm?" tanyaku lembut mengusap lengannya.

Sha menunduk, matanya berkaca - kaca. "Aku takut Kak? Bagaimana kalau aku hamil? Kakak bilang waktu itu aman? Hiks.. Hiks.. A-aku takut Kak." sekali lagi tangisnya pecah.

Apa sebegitu takutnya dia dengan kehamilan? Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku tahu, istriku masih sangat muda, tapi aku belum memahami benar ketakutannya itu.

"Sssht... Cup Sayang, jangan menangis." bujukku. Membawa tubuhnya duduk di pangkuanku dan mendekapnya erat. "Aplikasi itu kan belum tentu akurat." tambahku lagi.

"Belum tentu juga kamu hamil kan? Kamu tidak sendirian Sayang, apa yang kamu takutkan?"

Tanganku tak henti mengusap kepala hingga punggungnya. Memberikan keyakinan dan kekuatan bahwa ia tidak sendirian.

"Aku takut, aku belum siap." jawabnya lirih.

Dan untuk kesekian kalinya kami membahas masalah ini. "Kesiapan itu tidak akan datang kalau tidak dipaksa. Kakak akan selalu ada di samping kamu, juga bunda, ayah, apalagi mama papa kamu. Kami akan selalu di sampingmu Sayang. Tidak akan meninggalkanmu." jelasku.

"Kalau kamu hamil, kamu malah akan menjadi princess yang sesungguhnya Sayang. Semua orang akan lebih perhatian sama kamu, lebih sayang sama kamu, dan tidak akan membiarkanmu terluka bahkan kelelahan." bujukku lagi.

"Kamu tidak takut dengan anak - anak kan?" tanyaku, setahuku memang ada beberapa wanita yang takut dengan anak - anak. Kalau hal ini sampai menimpa istriku, maka masalah ini tidak bisa dianggap sepele. Dan tentu saja akan menjadi semakin rumit.

"Tidak," jawabnya lirih. "aku hanya takut, bagaimana jika aku tidak bisa merawat mereka? Memandikannya, menidurkannya, memberinya makan? Bagaimana jika nanti mereka menangis? Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku? Bagaimana jika aku tidak bisa menjaga kehamilanku nanti? Pasti itu akan sangat sakit kan? Bagaimana jika-"

Kuhentikan kata - katanya yang penuh dengan bagaimana itu. "Sssstt.. kamu terlalu banyak kekhawatiran Sayang. Kamu terlalu memikirkannya. Kan Kakak sudah pernah bilang, jangan overthinking, itu tidak baik bagi kesehatan dan pikiranmu." jari telunjukku masih bertengger manis di bibir merahnya. Sebelah tanganku mengusap air mata di pipi dan sudut matanya.

Our Early Marriage! - OPEN PO - Sebagian Part Telah DihapusWhere stories live. Discover now