Part 15 After Ijab and Qabul

16.2K 688 26
                                    

Tetap saja aku masih belum percaya kalau aku akan menikah secepat ini. sekarang statusku benar - benar sudah berubah. Aku sudah resmi menjadi seorang istri dari Orizae Sativa.

Apakah aku sudah pernah mengatakan nama lengkap dari suamiku? Suami? Ya. Suami. Meskipun aku dengan terpaksa mengakuinya. Aku masih belum bisa menerimanya atau memaafkannya seperti yang disarankan oleh sahabat - sahabatku. Mau diapakan saja dia sudah sah menjadi suamiku saat ini.

Aku tidak tahu mengapa orangtuanya menamainya seperti itu. Entah karena Tante Jasmine - maksudku Bunda Jasmine- sangat menyukai padi atau karena memang Bunda Jasmine menyukai nama ilmiah.

Siang tadi pernikahanku yang mendadak ini berlangsung di rumahku. Walaupun aku tidak menginginkannya, tetapi acara ini benar - benar membuatku lelah.

Mulai dari mama yang memaksaku melakukan berbagai perawatan kecantikan sejak dua hari yang lalu, sampai aku harus bangun pagi - pagi sekali untuk dirias. Sungguh ini sangat melelahkan.

Sejak dengan terpaksa aku menerima pernikahan ini, aku tidak mau pesta yang terlalu berlebihan. Aku hanya mau yang sederhana saja. Harga mati. Atau aku tidak usah menikah saja.

Dan mereka akhirnya setuju saja dengan keinginanku. Hanya kerabat dekat dan tetangga saja yang hadir dalam akad maupun resepsinya nanti malam.

Meskipun begitu, aku tidak tahu juga mengapa ini begitu melelahkan. Mungkin karena mentalku saja yang belum siap. Memang ada - ada saja tingkah mama papa. Untung saja aku tidak terkena tekanan batin yang berlebih dan membuatku menjadi gila.

Tapi aku benar hampir gila siang tadi saat lelaki itu berusaha menciumku. Membuat aku menghentikan nafasku. Bahkan jantungku juga seakan berhenti berdetak. Beraninya dia memanfaatkan kesempatan dalam kesempitanku. Yah, memang sudah menjadi haknya sekarang. Hanya saja sepersenpun aku belum siap. Untung saja ada penghulu yang berubah menjadi pahlawan di siang hari.

Bagaimanapun juga sekarang aku sudah menjadi istrinya dan memiliki tanggungjawab kepadanya. Apapun yang alasan awal yang menyebabkan perubahan statusku.

Aku juga tidak terlalu polos dan bodoh untuk tidak mengetahui apa saja tugas serta tanggungjawabku kepadanya. Aku juga tidak ingin menjadi istri yang durhaka kemudian masuk neraka sebenarnya. Panas.

Hanya saja ini terlalu cepat. Jauh diluar semua rencana dan target dalam hidup yang telah aku susun. Lagi pula aku masih enam belas tahun. Sepertinya tanggungjawab seperti ini masih terlalu dini untuk aku tanggung.

Aku saja masih suka menonton Spongebob, Patrick dan teman - temannya.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan pintu terdengar dan menghentikanku dari segala pikiran yang mengganjal di kepala.

Pintu itu terbuka sedikit dan memperlihatkan sebuah kepala yang aku kenal.

"Boleh aku masuk?" katanya tampak ragu - ragu.

"Masuk." jawabku singkat.

Perlahan dia melebarkan pintu dan memasuki kamarku. Langkahnya terhenti dan mengambil duduk di tepi ranjang. Sedangkan aku masih sibuk di depan cermin meja rias.

"Ehhm." dehemannya terdengar kaku. Mungkin dia gugup. "Kamarmu sudah berubah ya, lebih perempuan sepertinya."

Aku diam saja tidak menanggapi masih membersihkan sedikit sisa - sisa riasan di wajahku.

"Apa kamu tidak lelah? Boleh aku tidur sebentar di sini?" katanya yang tak mendapat jawaban dariku.

"Jujur saja aku sangat lelah hari ini. Kata Tant... emm maksudku Mama, aku disuruh istirahat saja di sini. Aku tidak bisa menolakkan? Lagi pula aku memang benar - benar lelah. Boleh ya aku istirahat sebentar?" Lanjutnya.

Our Early Marriage! - OPEN PO - Sebagian Part Telah DihapusWhere stories live. Discover now