Pulang untuk Pergi

4.1K 218 0
                                    

Rafifa, Ayah dan Bundanya, serta mama dan papa Refand pun sudah kumpul bersama dirumah yang kini dihuni hanya oleh Refand dan Rafifa. Mereka semua tentunya menanti kepulangan Refand dari Bandung, ingin tau bagaimana hasilnya. Refand pulang malam ini, itulah sebabnya mereka memutuskan untuk kumpul bersama agar dapat sekalian melaksanakan makan malam bersama.
Kemudian suara bel rumahnya tersebut berbunyi menandakan ada seseorang disana. Dengan cepat Rafifa berdiri dan menuju ke pintu utama rumahnya untuk membukakan pintu kepada orang yang ia kira adalah Refand.
Rafifa dengan sigap membuka pintu dan begitu terkejutnya Rafifa melihat seseorang yang kini berdiri dihadapannya itu. Dilihatnya orang tersebut pucat, dan matanya sayu kurang tidur.

"Assalamualaikum Fa" Ucapnya sambil tersenyum

"Wa..wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, kak Refand kok pucet banget sih? Kakak pulang sendiri?" Tanya Rafifa dengan panik hingga lupa mengajak Refand masuk kedalam rumah.

"Kakak pengen duduk dulu yah" ujarnya

Rafifa dan Refand kini duduk diruang tamu kemudian tibalah orang tua dan mertua mereka ikut duduk disana dan ikut panik melihat kondisi Refand.

"Refand. Sayang kok kamu pucet banget?" Ujar sang mama begitu melihat anaknya begitu pucat pasi

"Iya nak, kamu sakit?" Lanjut bunda Rafifa

Kini semuanya duduk di ruang tamu, Rafifa pun sama, duduk disamping Refand. 

"Udah jangan pada panik gitu, Refand gapapa kok, cuma kurang tidur aja" Jelas Refand menenangkan keluarganya yang terlihat panik terutama Rafifa dan Mamanya.

"Kakak lulus tes gak? Kalo lulus udah ah batalin aja, Fifa takut kakak makin menjadi jadi kedepannya" Balas Rafifa

"Oiya sampe lupa" Refand mengambil sesuatu dari tasnya dan memberikan selembar surat pada Rafifa "Ini surat keputusannya, kakak belum buka, biar Fifa aja yang baca duluan"

Rafifa mengambil surat yang Refand berikan lalu membacanya, sedangkan kedua pasang orang tua mereka terus memandangi Rafifa yang masih sibuk membaca suratnya.

"Kakak lulus" ucap Rafifa pada Refand

"Alhamdulillah" Balas Refand sambil memeluk Rafifa.

Rafifa sendiri dalam keadaan bingung, apakah ia harus senang? Atau justru sedih? Senang pastinya melihat cita cita Refand tercapai, menjadi seorang perwira TNI. Tapi disisi lain kesedihan tiba tiba menerjang hatinya, ia pasti akan banyak ditinggalkan oleh Refand, sanggupkah ia? Padahal selama ini mereka selalu bersama, Refand adalah orang yang selalu membimbingnya setelah menikah, membantunya mengerjakan tugas kuliah, menjadi Imam shalatnya, tahajud bersama, hingga Refand pula yang rutin menceritakan kisah nabi Muhammad dan para sahabatnya setiap malam pada Rafifa. Dan yang paling Rafifa takutkan adalah kondisi fisik Refand, bagaimana jika ia Drop bahkan lebih parah dari sekarang ini?
Refand melepas pelukannya pada Rafifa karena merasa ada yang aneh dengan istrinya itu. Dan benar saja, tak ada sorot kebahagiaan di mata istrinya itu, tatapannya seolah kosong hingga membuat Refand bingung.

"Fa" panggil Refand sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Rafifa

"Fifa" panggil Refand lagi

"Rafifa" Panggil Refand yang ketiga kalinya sukses membuat Rafifa keluar dari lamunannya

"Ehh i..i..iya kak?" Jawab Rafifa gelagapan

"Kamu kok malah ngelamun Fa? Gk seneng yah?"

"Ih ya senenglah. Yaudah, kakak pasti cape, istirahat yuk, Fifa anterin ke kamar" ajak Rafifa yang disetujui oleh Refand 

"Mah, pah, yah, bun, Fifa sama kak Refand ke kamar duluan yah" Ujar Rafifa berpamitan pada keluarganya

"Iya nak, kalian istirahat aja. Terutama kamu Refand" Ujar Papanya Refand

Cinta Dalam Doa [End]Where stories live. Discover now