OSPEK

4.5K 200 0
                                    

Rafifa baru menyelesaikan shalat malamnya seorang diri karena malam ini Refand sangat sulit dibangunkan, mungkin kelelahan karena sore tadi mereka baru pulang haneymoon dari Korea. Rafifa memutuskan menghampiri Refand yang masih terbaring diatas tempat tidurnya karena kini waktu shubuh hampir tiba.

"Kak Refand, bangun cepett.. udah mau shubuh" Ujar Rafifa sambil berdiri yang hanya dibalas gumaman tak jelas dari Refand

Rafifa mulai kesal oleh Refand yang sudah ratusan kali Rafifa bangunkan malam ini hingga menjelang shubuh namun tetap tak kunjung bangun. Melihat ada buku yang tergeletak diatas meja belajar, Rafifa mengambilnya kemudian menggulungnya.

"KAK REFAAAAAAAND, BANGUUUUUNNN" Teriak Rafifa menggunakan buku tersebut sebagai pengganti toa yang tentu saja membuat Refand bangun karena terkejut

"Alhamdulillah akhirnya kakak bangun juga, greget deh Fifa jadinya kalo kakak tidur kebo gini" lanjut Rafifa

Refand sempat menggeliat beberapa kali "Kamu bangunin kakak gitu amat sih, kenapa gk sekalian aja pinjem panci mama terus pukul deh pinggir telinga kakak"

Rafifa terkekeh mendengar ocehan Refand, sepertinya Refand agak kesal Rafifa melakukan hal tersebut, tapi ya mau bagaimana lagi, itu semua Rafifa lakukan agar Refand bangun dari tidurnya.

"Yeeh tadinya Fifa mau pinjem speaker masjid depan komplek, tapi males keluarnya" Balas Fifa

"Ish rese, untung cantik" Ucap Refand sambil berjalan menuju kamar mandi

Sambil menunggu Refand, Rafifa menyiapkan perlengkapan shalat untuk Refand. Mulai dari sarung, sajadah, kopiah hingga bajunya. Refand tak kunjung keluar dari kamar mandi, akhirnya Rafifa mengambil sebuah buku milik Refand, buku agama. Terdapat asmaul husna didalamnya, Rafifa melantunkannya dengan merdu hingga membuat Refand yang baru keluar kamar mandipun merasa senang mendengarnya.
Refand telah siap dan Rafifa pun sama, keduanya melaksanakan shalat subuh berjamaah. Lantunan ayat suci yang Refand bacakan selama shalat membuat hati Rafifa merasa tentram dan damai.
Sholat keduanya berakhir dengan salam, dilanjutkan dengan dzikir yang dipimpin oleh Refand, namun ditengah dzikirnya Refand mendengar suara isak tangis yang sangat ia hafal, suara Rafifa. Ia pun menghentikan dzikirnya dan berbalik badan menghadap Rafifa, dilihatnya Rafifa memang sedang menangis.

"Fa, apa yang bikin kamu nangis?" Tanya Refand dengan lemah lembut

"Fifa inget mereka kak" jawab Rafifa disela sela isak tangisnya

Refand yang masih tak mengerti mencoba kembali bertanya "Mereka siapa yang Fifa maksud?"

"Anak anak Palestina"

"Kenapa?"

"Fifa disini hidup dengan tenang, enak, tidak kelaparan, tanpa ancaman. Sedangkan mereka? Subhanallah orang orang itu menganiaya anak anak yang tak berdosa" ucap Rafifa dengan airmata yang terus mengalir

Melihat tangisan Rafifa yang semakin menjadi, Refand membawanya kedalam pelukannya, seraya mengelus kepala Rafifa, Refand berkata tepat disamping telinga Rafifa "Fifa dengarkan kakak yah, Kakak tau Fifa sangat sedih melihat mereka. Tapi bukan itu yang mereka butuhkan sayang, mereka butuh bantuan. Seperti yang mereka katakan, biarkan mereka yang mempertahankan al-aqsa, mempertahankan islam. Menjadi wakil dari seluruh umat islam, tapi mereka butuh bantuan kita. Ingat tidak seorang anak kecil yang pernah berkata melalui apa kita membantu?" Tanya Refand yang dibalas gelengan lemah dari Rafifa

Refand tersenyum dan mengecup pucuk kepala istrinya yang masih tertutup mukena itu, kemudian melanjutkan ucapannya "Anak tersebut berkata, Orang Israel punya banyak macam senjata dan dilengkapi oleh bangsa barat dalam senjatanya, tapi tahukah kalian? Kami punya senjata yang bahkan tak kalian miliki, yaitu do'a dari saudara saudara seiman seagama kami, dan Allah selalu bersama kami"

Cinta Dalam Doa [End]Where stories live. Discover now