Ananda Rafifa Az-zahra Bashiel

5.1K 284 2
                                    

6 Bulan telah berlalu tapi masih tak ada perubahan dalam keadaan Rafifa, ia masih terbaring lemah di ruang ICU, tubuhnya dipenuhi kabel kabel alat medis juga selang infus dan oksigen. Keadaan yang membuat Orang tuanya, Risa, Refand juga orang terdekat Rafifa yang lain merasa sedih, iba, miris bercampur aduk.

"Fa, bangun dong. Kita kan udah janji bakal kuliah di campus yang sama, sekarang udah waktunya kuliah lohh.. lo gk mau nemenin gw kuliah?" Tanya Risa pada Rafifa yang sudah pasti tak akan merespon ucapannya, namun ia tak pernah seharipun melewati momen itu, ia selalu datang ke rumah sakit dan mengajak ngobrol Rafifa yang hanya diam dan terbaring lemah tak sadarkan diri.

Risa menarik nafasnya dalam dalam kemudian membuangnya, seolah menandakan nafas kefrustasian. Kemudian ia menggenggam tangan Rafifa kemudian menempelkannya dipipinya sambil berucap terus menerus tanpa henti mengajak Rafifa berbicara dalam keadaan komanya "Oiya Fa, minggu kemaren gw dapet kabar kalo gw sama Refand dapet juara 3 lomba Qiro'ah dan saritilawah Yang seharusnya lo yang jadi pesertanya, kalo yg ikut lombanya pasti dapet juara satu" tiba tiba air mata lolos dari pelupuk mata Risa, secepat mungkin ia menyekanya.

"Kita juga udah UN loh Fa, lo ketinggalan banyak gosip juga loh Fa. Lo bangun dong Fa. Kalo lo gini terus, siapa yang bisa gw kerjain Fa? Siapa yang suka marahin gw kalo gw ngeyel? Siapa yang bakal ngingetin gw kalo gw salah? Siapa Fa siapa?" Ucap Risa mulai tak beraturan karena kini ia mulai tak tahan pada tangisnya.
Refand dan Rizal yang berdiri disamping ranjang Rafifa juga didepan Risa hanya mematung melihat adegan dua sahabat yang menyentuh itu. Rasa bersalah terus memenuhi kepala Refand, seandainya ia tak menelpon Rafifa, seandainya ia datang ke cafe menemui Risa dan Rafifa bersama Rizal, seandainya seandainya seandainya, kata seandainya terus mengelilingi kepalanya seolah terus menghujani fikirannya.

"Yahhh sorry ya Fa, seandainya aku gk ngajakin kamu makan dulu, pasti kamu gk akan telat audisi modelnya" Ucap Refand kala itu saat mengantar Rafifa untuk Audisi model

"Yaudah sih kak gpp, santai aja kali" Balas Rafifa sambil tersenyum

"Tapi kan Fa, aku yang bikin kamu telat dan di diskualifikasi. Seandainya aja aku sarapan dirumah dan gk ngajakin kamu sarapan dulu pasti gk akan telat gini"

"Duh kaa, gini ya aku Kasih tau, kita itu jangan jadi orang yang terlalu menyesali apa yang sudah terjadi dengan terus mengucapkan seandainya" Ujar Rafifa

Refand tersenyum cool kearah Rafifa kemudian membelai pipi kekasihnya itu "Makasih yah, kamu selalu bikin aku tentram"

"Iya, baguskan kata katanya?"

"Ia bijak bangett"

"Ialah, orang itu kata kata shahrukh khan, wkwkwk"

"Waah pantesan, dasar kamu tukang copas" Ucap Refand sambil mencubit pipi Rafifa

Rafifa kemudian memencet hidung mancung Refand "Dasar cowo semprul"

"Fand, Refand" Panggil Rizal sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Refand yang dilihatnya sedari tadi terus melamun.

"Hoy REFAND!" panggil Rizal cukup keras hingga membuyarkan fikiran Refand

"Apaan?" Tanya Refand dengan wajah kesalnya pada Rizal

"Ayo pulang, udah malem, besok kita kesini lagi" ajak Rizal

"Orang tua Rafifa udah dateng?"

Rizal hanya mengangguk. Kemudian ia menoleh kearah Risa yang masih Setia dalam kesedihannya "Ris, ayo pulang dulu. Lo harus istirahat juga, Rafifa juga perlu ketenangan buat pulihin kondisinya, kalo kita disini terus takutnya malah ganggu Fifa"
Risa juga hanya mengangguk kemudian berjalan keluar ruangan Rafifa. Saat keluar ruangan ketiganya berpapasan dengan orang tua Rafifa.

Cinta Dalam Doa [End]Where stories live. Discover now