Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

Bab 6

35.2K 4.7K 195
                                    

The October Glory berdiri megah diterpa cahaya mentari yang lembut. Tilly berjalan pelan menikmati kehangatan sinarnya dan pemandangan sekitar. Emmie kecil berjalan di sisinya. Pagi-pagi sekali Emmie mengetuk tidak sabaran pintu kamarnya, meminta ditemani berjalan-jalan. Jadi di sinilah dia, menikmati hari kedua pekerjaannya sebagai governess.

"Apa kau mempunyai kekasih, Miss Tilly?"

Tilly tidak akan terperangah. Pertanyaan spektakuler selalu mengalir dari bibir Emmie kecil. Belum banyak yang diketahui Tilly soal Emmie dan keluarganya. Tilly belum bertemu orangtua Emmie yang mempekerjakannya secara resmi. Mungkin nanti siang, orangtua Emmie akan pulang. Para pelayan di The October Glory juga tidak tahu kemana orangtua Emmie pergi semalaman.

"Apa kau mengerti makna kekasih?" Tilly tidak mau menjawab sebelum memastikan Emmie paham pertanyaan yang diajukannya tadi.

"Seseorang yang kau cintai. Seseorang yang ingin kau ajak menikah. Apa kau mempunyai kekasih, Miss Tilly?" Emmie membalas dengan ekspresi tenang yang berkebalikan binar matanya yang penuh rasa penasaran.

Tilly tersenyum lalu menggeleng. "Aku tidak mempunyai kekasih."

Seperti yang sudah-sudah, Emmie memandang kejauhan. Sorot matanya menerawang sesuatu yang tidak terjangkau. "Aku pernah dengar ayahku mempunyai kekasih," kata Emmie. Tilly terkejut. Bagaimana bisa seorang berkeluarga mempunyai kekasih? pikirnya. Sangat tidak menjaga janji pernikahan. "Orang-orang bilang, kekasihnya akan menjadi ibu baruku. Mengapa aku butuh ibu baru? Aku punya ibu." Emmie balik melihat Tilly dengan wajah menantikan jawaban.

"Ya, kau mempunyai ibu." Demi ladang jagung yang terhampar di sepanjang matanya memandang, Tilly merasa tidak sanggup memberikan jawaban. Firasatnya mengatakan, dia luput sesuatu yang begitu penting. Ocehan Emmie berikutnya menohok Tilly lebih keras.

"Ibuku ada di kuburan, sudah meninggal. Mereka bilang, ayahku butuh pengganti ibu. Tapi mereka menyayangkan nasib kekasih ayah ..." Tatapan Emmie berubah drastis. Untuk pertama kalinya, Tilly melihat kepiluan di sana. "Kata mereka, aku penyebab ibuku meninggal. Bisa saja aku membuat kekasih ayah tidak bahagia."

Tilly merasakan dua kali tamparan. Pertama, untuk tidak bertanya banyak hal mengenai muridnya pada Madam Nye. Kedua, untuk tidak bisa menanggapi ocehan Emmie.

"Apa ayahku akan menikah lagi? Dia seorang duda, Miss Tilly," ucap Emmie.

Mereka sudah tidak lagi berjalan, melainkan berdiri di bukit yang cukup tinggi untuk melihat keseluruhan The October Glory. Tilly menjeda jawabannya dengan menarik napas dan memandang langit pagi yang cerah. Langit awal pergantian musim semi ke musim panas selalu indah di mata Tilly. Perpaduan antara kesyahduan dan keceriaan.

Emmie mengikuti arah pandang Tilly. Dia menemukan matahari bulat dengan semburat warna kuning keemasan yang menaungi langit bersama-sama awan. "Mengapa matahari harus berendam di laut ketika petang?" tanya Emmie lagi. "Aku melihat matahari berendam di laut saat ayahku mengajakku ke Swansea. Dulu, aku mengira matahari bersembunyi di balik perbukitan Malvern."

Pertanyaan baru! Bahkan pertanyaan pertama Emmie belum dijawab, pikir Tilly. Tapi ini kesempatan. Tilly bisa terbebas dari pertanyaan pribadi berkaitan kehidupan ayah Emmie yang akan menikah lagi atau mungkin tidak akan menikah lagi. Tidak sopan sekali membahas pernikahan dan hal semacamnya pada anak kecil.

"Matahari tidak berendam di laut, Emmie. Dan matahari tidak bersembunyi di balik perbukitan Malvern. Bumi yang bergerak menyebabkan ilusi mata seolah-olah matahari berendam di laut dan bersembunyi di balik bukit," jawab Tilly. Sebenarnya pelajaran alam dan geografi biasa diberikan pada anak usia dua belas tahun. Menyenangkan jika Tilly membagikan sedikit pengetahuan tentang lingkungan hidup mereka sedikit lebih dini kepada Emmie yang serba ingin tahu. Tidak pernah ada yang salah dari membagikan ilmu lebih dini, bukan?

"Bumi bergerak? Seperti gempa?"

"Bukan. Apakah kau memiliki globe, Sayang?"

"Ayah punya di ruangannya."

"Bisa kita melihatnya sebentar?"

"Tentu. Ayo, Miss Tilly!" Emmie menarik tangan Tilly agar mengikutinya berlari kembali ke The October Glory. Gadis cilik ini sangat bersemangat mempelajari hal baru dan Tilly sudah dianggapnya sebagai mata air yang akan menghapus dahaga keingintahuannya. Tilly tidak bisa menahan geli akibat sudah lama tidak berlarian di London. Etika para bangsawan mulai diikuti kalangan biasa yang menganggap hal demikian sebagai tren. Mau tak mau Tilly pun mengikuti tren tersebut. Sementara di sini, dia kembali mengingat rasanya kebebasan. Berlari bersama murid yang tertawa saat menginjak kubangan lumpur, luar biasa menggelikan.

※※※

Sepatu mereka yang tadi menginjak lumpur membentuk jejak kotor sepanjang pintu masuk sampai ke satu ruangan besar di dekat tangga. Ruangan itu adalah ruang kerja si tuan rumah. Emmie menunjuk globe milik ayahnya yang terletak di atas meja kerja.

Ruangan yang rapi, pikir Tilly saat memasuki ruang tersebut. Langit-langitnya dibuat santai tanpa ornamen ukiran seperti ruangan yang lain. Rak buku raksasa menempel pada dinding menghadap sofa dan meja. Dekat situ terdapat perapian yang sangat bergaya dengan ukiran rumit berwarna putih.

"Ayah bilang ini bumi, tempat tinggal kita." Emmie menarik satu kursi yang merapat pada meja kerja, lalu memanjatnya naik. Tilly menghormati usaha Emmie yang menolak dibantu naik ke kursi.

"Ya, ini bumi. Kita tinggal di sini." Telunjuk Tilly menyentuh globe. "Tahukah kau bumi tidak hanya diam? Bumi bergerak."

"Ber-ge-rak?" Emmie melafalkan kata tersebut dalam intonasi takjub.

"Pergerakan bumi pada porosnya, disebut rotasi. Di sini poros bumi," kata Tilly. Satu telunjuknya berada pada kutub utara dan telunjuk lain pada kutub selatan di globe. "Rotasi bumi menyebabkan bumi memiliki waktu siang dan malam."

Sepasang mata Emmie membulat dan mengerjap. Dia mendengarkan baik-baik setiap kata yang diucapkan Tilly. "Bagaimana bisa ada siang dan malam kalau bumi bergerak?"

Tilly mengambil jam meja yang ada di dekat globe. "Kita umpamakan jam ini sebagai matahari. Matahari berada di sini." Tilly meletakan jam dekat globe. "Cahaya matahari mengenai bagian bumi sebelah sini." Tangan Tilly mengarsir daerah globe yang menghadap jam meja. "Sementara bagian ini gelap karena tidak terkena cahaya matahari." Giliran sisi globe yang memunggungi jam ditunjuk Tilly. "Kita sebut daerah yang terkena matahari mengalami waktu siang. Karena bumi bergerak, daerah yang mengalami siang ikut menjauhi matahari. Cahaya matahari perlahan-lahan tidak mengenai daerah itu dan daerah itu pindah ke sisi yang sama sekali tidak terkena cahaya matahari." Tilly memutar perlahan globe hingga membalik daerah yang terkena dan tidak terkena cahaya matahari.

"Ketika kau melihat matahari tampak berendam di laut sesungguhnya bumi sedang bergerak. Pergerakannya yang menimbulkan pagi menjadi siang lalu berganti sore lalu berganti malam," lanjut Tilly.

Emmie diam selama beberapa saat. Kelopak matanya mengerjap tapi tidak putus menatap Tilly.

"Terima kasih atas penjelasanmu, Miss Tilly," ucap Emmie. Senyumnya mengembang lebar menampilkan deret giginya yang kecil dan seputih susu.

"Sama-sama." Tilly suka senyum Emmie. Senyum khas anak-anak walau lontaran pembicaraan Emmie sangat jauh dari anak-anak seumurannya.

"Kenapa dadamu besar? Dada ayahku tidak sepertimu."

Bagai letusan senapan, Emmie selalu tahu cara mengejutkan Tilly sampai ke dasarnya.

Bagaimana ayah Emmie mendidiknya selama ini?

Tilly's New DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang