Wattpad Original
There are 3 more free parts

Bab 4

36.4K 4.3K 42
                                    

Pagi yang cerah di awal musim panas sama sekali tidak memengaruhi suasana hati Tilly. Dia sudah mengepak pakaiannya ke dalam koper dan menggenggam surat rekomendasi dari Madam Nye. Tinggal satu hal yang perlu dia benahi, yaitu kemantapan hati.

Menerima profesi baru dalam waktu dua hari, Tilly masih menyangsikan ini mimpi atau kenyataan. Meski akalnya berulang kali menekankan pada alasan paling rasional bahwa keluarga MacKay membutuhkan uang, lagi-lagi hatinya berkhianat. governess bukan ladang aktualisasi diri yang ingin dilakoninya.

"Aku menemukan ini di koran pagi." Perkataan Mr. Nye membuyarkan pikiran Tilly. Suami Madam Nye membolak-balik koran yang menyita perhatiannya. "Nah, ini dia. Kau tidak akan menyangka bagaimana orang kaya di London membuka lowongan pekerjaan sebagai governess bagi anak-anak mereka."

Tilly tidak mau tahu. Dia tidak peduli apa yang ditulis dalam koran. Dia datang ke kediaman mereka demi surat rekomendasi yang ditulis Madam Nye. Wanita itu mengaku kenal dekat calon keluarga yang akan menggunakan jasanya.

"DICARI." Demi Tuhan, suara Mr. Nye menggelegar ke penjuru rumah. Tilly mengerjap saking terkejutnya. "Sebuah keluarga terhormat di London membutuhkan seorang governess. Mengajarkan tulis, baca, hitung. Ahli bahasa Perancis, Italia, dan Spanyol. Mampu mengajarkan musik dan tarian, serta pandai bermain piano. Memahami pelajaran geografi, ekonomi, sosial, dan bisa membaca globe. Mampu menjahit pakaian anak usia tujuh, sebelas, dan tiga belas tahun. Berbadan sehat dan bermoral baik tanpa cacat fisik. Seorang penganut kristen yang taat."

Mr. Nye melirik Tilly dengan sorot tidak nyaman. Dia melipat korannya dan melempar asal ke lantai. "Siapa yang mau dipekerjakan oleh keluarga itu? Seorang malaikat? Persyaratan mereka bahkan mengalahkan kualifikasi calon istri bangsawan. Jangan pedulikan! Kau mendapat pekerjaan di tempat yang tepat. Orang-orang di The October Glory tidak menuntut macam-macam. Dengan gelar B.A. yang kau miliki, mereka langsung menerimamu tanpa wawancara. Bukankah itu hebat?"

Usaha Mr. Nye memperbaiki perasaan Tilly yang anjlok akibat lowongan kerja dibacakannya dari surat kabar dihargai Tilly dengan senyuman. Senyuman lemah. Tilly tidak menutup diri jika tuntutan serupa di koran akan dilimpahkan padanya. Jika bukan karena Madam Nye menjanjikan bayaran di muka, yang mana uang tersebut dibutuhkan segera oleh Mels, Tilly memikirkan pekerjaan sebagai penjaga toko roti.

Sehubungan dengan roti, Tilly baru ingat dia belum makan sejak semalam. Dia kehilangan nafsu makannya dalam sekejap.

"Tilly, aku sudah meminta Ramon menjemputmu," kata Madam Nye saat masuk ke ruang tamu. Entah apa yang dikerjakannya bersama Mels di dapur selama satu jam lebih.

"Ramon?"

"Dia adalah sais di The October Glory. Apa itu tidak masalah untukmu? Maksudku, eum, jika kau tidak berkenan, aku bisa memintanya kembali." Madam Nye sesungguhnya wanita yang baik. Dia berteman baik dengan Mels selama berpuluh-puluh tahun. Dia tidak sungkan menawarkan bantuan. Dia juga senang bicara dan Tilly menyukai sikap blak-blakan Madam Nye, kecuali tawarannya menjadi wanita simpanan.

"Tidak. Aku sangat menghargai bantuanmu, Ma'am. Terima kasih banyak. Kau juga, Sir. Kalian sudah banyak menolongku," kata Tilly tulus. Dia tersenyum tulus pada Mr. dan Mrs. Nye. Kemudian dia beralih ke Mels yang menangis di balik punggung Madam Nye. "Bibi, tolong berhenti menangis. Kita sudah banyak mengeluarkan air mata sepanjang malam. Aku tidak bisa pergi jika melihatmu sedih begini."

"Tilly, putriku, maafkan aku membawamu dalam kekacauan yang disebabkan Clark. Pamanmu tidak cukup dewasa menghadapi masalahnya." Mels memeluk Tilly.

"Jangan bersedih," bisik Tilly lembut. "Kita akan mempertahankan rumah peninggalan kakek dan nenek."

"Ya, ya, aku percaya." Mels mengangguk. Dia menggosok hidungnya yang memerah, menyapukan syalnya pada tepian mata, dan melepaskan pelukan Tilly. Baru kali ini dia bisa merasakan beratnya melepas seorang anak untuk pergi menjalani kehidupan di tempat asing. Tilly memang hanya keponakan, tetapi Mels sudah menganggapnya anak sendiri. Anak yang akan dia jaga sebaik mungkin.

Tangan Tilly mengusap lengan besar Mels. Dia akan meninggalkan Mama Beruang untuk bekerja pada keluarga yang tidak dikenalnya. Menyempitkan potensinya menghirup kebebasan. Di saat dia mengharapkan kelonggaran dari hiruk-pikuk London dan percintaan, dia dihadapkan persoalan pelik menyangkut rumah penuh kenangan kecintaan mendiang ibunya. Tilly tidak akan mundur. Kenangan tidak bisa dibayar uang. Perjuangannya bukan sebuah kesia-siaan.

Tilly diantar Mels dan pasangan Nye keluar rumah. Di pekarangan, satu kereta kuda dan sais muda sudah tersedia. Sais itu mengangkat topinya dan membukakan pintu kereta untuk Tilly.

"Senang bertemu Anda, Miss MacCarthy," kata sais muda itu.

"Senang bertemu denganmu juga. Siapa namamu?" balas Tilly ramah.

"Ramon, Miss. Aku yang akan mengantarkanmu ke The October Glory. Nona kami sudah tidak sabar bertemu denganmu." Sikap ramah Ramon melegakan hati Tilly. Apalagi saat Ramon berkata nona muda menunggu kedatangan Tilly. Sekarang Tilly penasaran remaja seperti apa yang akan dia ajar. Ramon mengambil alih koper Tilly untuk dinaikan ke dalam kereta.

"Tilly, tunggu sebentar. Bawalah ini." Mels menyerahkan sebuah bungkusan. Bungkusan berbentuk kotak yang dilapisi kertas warna cokelat yang dilipat tidak rapi.

Tilly menerimanya dengan ragu. "Apa ini, Bibi?"

"Saat aku tidak bisa mendengar kisahmu atau tidak ada orang yang punya cukup waktu berada di sisimu, tulislah apa pun yang kau mau di situ. Anggap benda ini sebagai penggantiku, pengganti ibumu, pengganti orang-orang yang tulus mencintaimu," jawab Mels.

"Terima kasih, Bi!" Tidak ada yang sanggup Tilly ucapkan selain perkataan itu. Dia terlalu bahagia sekaligus sedih meninggalkan Mels.

"Aku menyayangimu," bisik Mels mantap. Tilly tahu itu. Dia pun mengangguk sekali penuh kemantapan.

Tilly naik ke atas kereta kuda dan Ramon duduk di bagian kusir. Kereta bergerak perlahan meninggalkan pekarangan rumah keluarga Nye. Mels tidak hentinya melambai, bahkan saat kereta tidak lagi menampakan rupanya.

Harapan Mels hanya bergantung pada buku harian yang dia hadiahkan pada Tilly, tempat dimana dia berharap Tilly masih bisa memperoleh suatu ruang untuk kebebasan berpikir dan mencurahkan perasaan. Mels sadar pekerjaan sebagai governess sering dianaktirikan di antara pekerja rumahan lainnya. Pekerjaan yang bisa membuat tertekan tanpa kawan.

Tilly membuka bungkusan hadiah Mels. Sebuah buku tulis bersampul kulit sapi muda. Tidak ada yang luar biasa dari ornamen buku tersebut. Siapa yang mau peduli ornamen jika pemberinya adalah Mama Beruang pemilik pelukan paling hangat di seluruh dunia.

The October Glory, semoga tempat yang baik memulai sebuah buku harian, harap Tilly dalam hati.

Tilly's New DiaryWhere stories live. Discover now