Seventeen

3.2K 281 24
                                    

Henry bertemu dengan Tifanny di sebuah café, kebetulan ia sedang membeli cake kesukaan istrinya.

"Aku dengar kamu sudah memecat Sena dari Hyundai" ujar Tifanny dan Henry mengangguk "Bagus, kerja yang bagus. Dia itu tidak cocok bekerja di perusahaan sebesar Hyundai"

"Wae?"

"Walaupun dia adikku, aku tidak akan mendukungnya. Dia itu tidak mampu bekerja dengan baik, ia hanya seorang mata-mata"

"Mengapa ia bersedia menjadi mata-mata Seunghyun, sedangkan dia adalah adikmu"

"Dia menyukai Siwon dan saat Seunghyun memintanya untuk memisahkan Yoona dari Siwon, tentu saja ia setuju. Ia tidak tau Seunghyun mencintai Yoona,"

"Siwon hyung dan Yoona hampir bercerai karena masalah ini" ujar Henry

"Pria bodoh itu, mengapa ia lebih mempercayai orang lain daripada istrinya?" ujar Tifanny "Aku rasa berbicara denganmu lebih detail pun tidak akan membantu masalah mereka. karena pria keras kepala itu tidak akan mendengarkanmu"

"Aku harus tau lebih banyak"

"Aku sudah membuat janji dengannya, aku akan menjelaskan padanya" Tifanny memilih meninggalkan Henry sebelum Henry sempat menahannya.

***

IM YOONA POV

Setelah ia keluar dari ruang kerjanya meninggalkanku sendiri tanpa peduli aku terluka karena ia tidak lagi mempercayaiku, aku pun meninggalkan ruangan itu. Tidak ada yang perlu diperjuangkan lagi, ia sudah memutuskan. Aku menyiapkan koperku, setelah selesai aku keluar kamar untuk menyiapkan milik Darren. Melewati ruang kerjanya, aku mendengar suara tangisannya. Persis seperti tiga tahun yang lalu saat ia kehilangan eomma. Bedanya saat itu ada aku di sampingnya memeluknya dan kali ini ia sendirian.

Aku tidak berani masuk ke dalam untuk memeluknya, aku sumber kesedihannya kali ini. walaupun itu hanya salah paham tapi aku adalah penyebabnya. Aku tidak ingin ia semakin membenciku.

Aku tidak tidur semalam dan ia juga tidak keluar dari ruang kerjanya semalaman. Saat pagi tiba, aku membawa koperku keluar dari kamar dan juga Darren, lalu menunggunya di ruang depan.

"Nona mau kemana?" tanya ahjumma jung saat melihatku sudah siap dengan koper, ia akan heran karena ini bukan hari libur tapi aku membawa koper, tapi tidak ada koper Siwon.

"Ahjumma, tolong jaga rumah dan tuan ya" aku tidak ingin berkata lebih lanjut dan membuatku menangis.

Beberapa saat kemudian, ia turun dari lantai atas, pakaiannya sudah rapi. Walaupun penampilannya begitu rapi tapi tidak bisa menutupi jika ia sedang terluka. Semoga setelah semua ini ia bisa tertawa bahagia lagi.

"Daddy, kita mau kemana?" tanya Darren sambil menghampiri Siwon

"Rumah grandpa" ujar Siwon singkat, lalu ia mengangkat koper milikku tanpa sedikitpun menatapku.

"Oppa" panggilku dan ia menghentikan langkahnya "Kamu benar-benar melepaskanku?" tanyaku saat ia menatapku, air mataku mengalir. Aku tidak ingin air mataku ini menahan dia, tapi aku juga tidak sanggup menahan air mataku ini.

Ia menatapku sekilas, lalu ia kembali memalingkan tatapannya dariku. Aku mengerti, aku pun berjalan menghampirinya sambil melepaskan dua buah cincin yang melingkar di jariku. Satu cincin pernikahan kita dan satu lagi cincin yang ia berikan di ulang tahun pernikahan kita yang pertama, keduanya adalah cincin pasangan. Aku menghampirinya dan merebut koperku darinya, lalu meletakkan kedua cincin itu di telapak tangannya. Darren masih berada dalam gendongannya.

"Aku bisa pulang sendiri, kamu tidak perlu membuang waktu untuk mengantarku" ujarku dan ia tanpa berbicara apapun melangkah masuk ke dalam mobil bersama Darren. Ia memilih duduk di samping ahjussi park. Lalu ahjussi park keluar dari mobil membantuku memasukkan koperku.

***

AUTHOR POV

Yoona terus memegang perutnya, ia teringat ia tengah mengandung. Semoga saja penerbangan ini tidak berpengaruh pada babynya. Walaupun suaminya tidak mengakui anak dalam kandungannya, setidaknya setelah berpisah ia masih memiliki bagian dari pria yang ia cintai ini.

Perjalanan 12 jam terasa sangat membosankan karena Siwon sama sekali tidak ingin berbicara dengannya. Pria itu memeluk Darren sambil menatap keluar jendela, ntah apa yang ia nikmati. Pemandangan luar hanya ada sekumpulan awan.

"Ini kunci brankas kantor" Yoona yang sudah bosan, ia pun membuka pembicaraan. Ia menyerahkan kunci yang ia pegang selama menjadi direktur keuangan di Hyundai. "Aku rasa aku tidak bisa memegangnya lagi karena kamu akan segera memecatku"

"Ne" ia mengambil kunci itu dari tanganku

***

Mereka tiba di rumah Appa dan eommanya Yoona, kebetulan mereka sedang menghadiri pesta pernikahan, jadi tidak ada yang berada di rumah selain para pelayan. Siwon duduk di dekat kolam belakang rumah, hanya butuh beberapa saat lagi, mereka akan segera berpisah. Air matanya pun menetes. yoona menghampirinya dan menghapus air mata Siwon.

"Jika ini memang yang terbaik, aku harap kita bisa menerimanya. Saat kamu datang kesini dulu, kamu datang dengan tersenyum dan aku ingin kamu pulang juga dengan tersenyum" ujar Yoona

"Apakah kamu sudah menerima perpisahan kita?" tanya Siwon

"Aku sedang mencobanya dan aku berharap ini berhasil"

"Kamu tidak sabar bersama dengannya? Sehingga sebuah kata untuk memohon saja tidak kamu katakan, bahkan air matamu itu tidak mengalir"

"Berapa banyak kali pun aku memohon, itu tidak akan membuatmu kembali padaku. Begitu juga dengan tangisan. Aku tau semua itu karena aku sudah pernah mencobanya, saat aku menangis memohon padamu untuk percaya padaku. Kamu malah marah padaku. Aku tidak ingin kamu semakin membenciku"

"Aku mengerti" ujar Siwon "Aku akan berada disini beberapa hari, besok aku ada pertemuan dengan client, kita bisa menceritakan perceraian kita di hari terakhir aku berada disini. Aku tidak keberatan, kecuali kamu sudah tidak sabar untuk bercerai denganku" ia menghapus sisa air matanya dan bangkit dari duduknya "Aku harap kamu bahagia setelah ini"

"Aku juga harap kamu bahagia" ujar Yoona

Iphone Siwon berbunyi, nomor Tifanny muncul. Ia menunjukkan ke Yoona,

"Aku akan memintanya bercerai dengan Seunghyun" ujar Siwon sambil berlalu meninggalkan Yoona.

***

Tuan dan nyonya Im sampai di rumah, mereka begitu terkejut melihat keberadaan putri dan menantunya berada di rumah di hari sibuk seperti ini. mereka tidak biasanya berkunjung tanpa pemberitahuan.

"Hari apa ini? kenapa kalian berada disini?" tanya tuan Im

Tidak ada jawaban dari Yoona, lalu tuan Im kembali bertanya pada Siwon yang kebetulan baru masuk setelah menyelesaikan pembicaraan dengan Tifanny.

"Kami sedang,,," Belum selesai Siwon menjawab, Yoona memotongnya

"Kami akan bercerai appa" ujar Yoona dan membuat semua mata tertuju padanya "Siwon oppa memintaku untuk menyembunyikannya lebih dulu sampai hari ia akan kembali ke seoul. Tapi aku rasa semakin cepat appa dan eomma tau maka semakin cepat aku dan dia berpisah"

"Apakah itu benar siwon?" tanya nyonya Im pada menantunya yang berdiri di dekatnya dan Siwon hanya bisa mengangguk, Yoona sudah berharap cepat berpisah dengannya.

"Kenapa?" tanya Tuan Im

"Aku tidak bahagia" ujar Yoona dan kali ini tatapan tuan Im menuju Siwon

"Mianhae" ujar Siwon, lalu ia menghubungi temannya untuk menjemputnya. Ia akan menginap di hotel saja. Yoona sudah tidak sabar berpisah dengannya, lalu apakah ada arti lagi semua yang Tifanny katakan. Siwon merasa Tifanny hanya asal bicara.

"Apakah perpisahan dengan Yoona juga membuatmu menjadi orang asing bagi kami? Sehingga kamu memutuskan untuk tinggal di tempat lain saat berada di London?" tanya Tuan Im

"Mianhae aboenim"







TBC

ReasonWhere stories live. Discover now