Pinangan (2)

1.7K 149 1
                                    

Esok harinya aku terbang ke korea. Aku harus kembali karna tugas mengajarku dan jangan lupakan tentang ta'aruf itu. Ada sesuatu yg belum pernah aku rasakan, rasa dimana aku begitu senang dan seperti tak ada beban. Dimana aku merasa bahwa aku benar-benar orang yg paling bahagia didunia.

Ah ku lihat mina diperpusatakaan sedang membaca sebuah buku. Aku berada diperpustakaan karna ada perlu dengan petugas perpustakaan tentang refrensi buku yg ada disini. Ada beberapa buku yang harus ditambahkan untuk mendukung belajar mahasiswa.

Aku memberanikan diri mendekat ketempat mina. Jantungku berdetang kencang, mungkin aku gugup. "Assalamualaikum" sapaku.

"Wa'alaikumsalam" sahutnya. Dia berhenti membaca sejenak dan mengalihkan pandangan padaku.

"Boleh saya duduk?" tanyaku. Dia mengangguk. "Ehm, apa yang sedang kau baca?" tanyaku.

"Hanya buku untuk mendukung tugas akhirku saja saem."

"Oh, ehm---" aku bingung harus mengobrol tentang apa. Yang jelas aku hanya ingin berlama-lama memandangnya. Astagfirullah, itu tidak boleh.

"Apa ada yg bisa saya bantu, saem? Mengapa anda menemui saya,saem?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Ah maaf. Tidak, ehm mina boleh saya bertanya". Dia mengangguk.
"Jika ada seorang pria yg belum pernah kau kenal dan tiba-tiba melamarmu, apa kau akan menerima lamaran itu?" Bodoh! Kenapa aku bertanya seperti itu. Aku dengan ragu memperhatikan perubahan ekspresinya.

Dia menutup bukunya dan membereskan barang miliknya yg dimeja. "Saya akan menerimanya. Namun saya akan bertanya kepadanya terlebih dahulu."

"Pertanyaan apa itu?."

"Itu hanya akan saya tanyakan ketika seorang pria datang untuk melamar saya" katanya dengan menggendong tasnya. "Maaf saem. Saya ada kelas 10menit lagi. Saya permisi."

"Ah baiklah."

"Wassalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Kulihat punggungnya menjauh dari pandanganku. Apakah akan sulit bagiku untuk meminangnya besok. Jika dia meminta pria yang sempurna, baik, pandai dan tahu agama. Maka aku bukanlah termasuk kriterianya. Sepertinya aku harus melakukan apa yang kun sarankan. Sholat istikarah.

Sholat istikarah dilakukan bukan untuk mendapatkan pilihan diantara dua atau beberapa pilihan. Sholat itu dilaksanakan ketika kita sudah menentukan pilihan dan masih merasa ragu dengan pilihan itu. Jadi tujuan sholat ini adalah memantapkan pilihan.

.
.
.

Hari ini aku begitu gugup, bahkan lebih gugup dari pada sidang gelar profesorku waktu itu. Ini adalah saat dimana aku akan melangkah untuk menjadi seorang yg lebih dekat dengan Allah. Bolehkah aku berharap Ya Allah, jika gadis yg duduk diseberang itu mau menerima diriku yang jauh dari kata sempurna ini? Hamba yakin semua sudah Engkau rencanakan. Namun hamba akan tetap berharap padaMu Ya Allah.

Aku tidak pernah membayangkan akan melakukan ta'aruf. Menyukai? Ah entahlah kurasa itu bukan perasaan menyukai tapi ini adalah perasaan dimana aku ingin menjadi pribadi yang sempurna untuk menyempurnakan agama bersama seseorang yg mau berjalan bersamaku.

Seperti yang mina katakan waktu itu, dia memiliki sebuah pertanyaan yang akan ia tanyakan padaku. Saat ini aku berada tengah jamaah. Kudengarkan dengan jelas apa pertanyaan mina.
"Apa yang tuan Do miliki untuk di berikan pada saya? Hingga tuan melamarku?."

Seluruh jamaah kaget tidak percaya, bagaimana bisa seorang siti aminah. Wanita yang sangat fasih dalam menghafal quran, akhlaknya baik menanyakan hal seperti itu.
"Jika hanya harta. Saya punya, jika hanya cinta. Hanya Cinta Allah lah yang saya miliki" imbuhnya lagi.

Aku terdiam, suasana di aula masjid ini pun menjadi sunyi dan sangat hening. Aku berpikir, apa yang aku miliki dan bisa kuberikan padanya? Harta? Aku memiliki banyak harta, tapi mina tak butuh itu. Cinta? Bahkan jika dikatakan ini cinta juga bukan. Aku belum mengenal mina.

"Aku bukan orang yang kaya. Aku lahir tak memiliki apapun dan kelak akan kembali tanpa membawa sesuatu dari dunia. Aku hanya memiliki agam dan keyakinanku untuk membimbingmu untuk menuju surga" sebuah jawaban dari seorang pria yang berdiri dipintu aula masjid ini. Kini semua mata tertuju padanya. Pria berkulit sawo matang itu berjalan perlahan dan duduk disampingku. Dia tersenyum sejenak padaku "Terimalah pria miskin ini untuk menjadi imammu" katanya pada mina.

Aku tertegun menatap pria ini. Dia datang dan langsung ikut dalam jamaah ini. Siapa dia?.

"Maaf, anda tidak termasuk dalam ta'aruf ini" kata imam masjid hari ini.

"Tapi saya juga ingin melamar mina. Saya kim jongin, apakabar mina? Lama tak bersua. Aku harap kau menerimaku menjadi calon imammu" katanya penuh percaya diri. Jika diperhatikan dia memang kau lebih baik dariku. Entahlah namun sepertinya dia lebih tahu agama dari pada aku. Kualihkan pandangan ke mina, dia seperti terkejut namun enggan mengeluarkan sepatah kata apapun.

"Maaf boleh saya tahu anda siapa?" tanyaku pada jongin.

"Mungkin mina bisa menjawab itu untuk anda tuan---"

"Do kyungsoo."

"Ah tuan do. Apa anda keberatan jika saya ikut ta'aruf ini?."

"Ti--tidak."

"Ah baiklah terima kasih."

"Ustadz kim jongin, ustadz yg baru saja menyelesaikan studynya di khairo mesir. Kembali hari ini dengan membawa lamaran untuk seorang yatim piatu siti aminah. Apakah anda begitu miskin hingga memohon dan berharap padaku?" ucap mina yang membuatku terkejut. Pantas saja, jongin adalah ustadz dari penampilannya, jenggot panjang, celana diatas mata kaki, dan dahi yang menghitam. Aku pesimis, tapi apakah aku harus mundur sekarang. Jika dibanding dia aku bukanlah apa-apa.

"Yah, aku pria miskin yang berharap lamaranku diterima olehmu."

"Tuan do. Apakah anda memperbolehkan aku memilih?" tanyanya padaku.

"Te--tentu saja" jawabku, aku tahu jika aku bukanlah sebuah pilihan yang tepat bagi mina, wanita yang sempurna bahkan ilmunya melebihi diriku.

"Tuan do, apa jawaban anda dari pertanyaan saya tadi. Saya masih menunggu."

"Saya?" aku menarik nafasku dalam. Aku tidak tahu yang jelas aku hanya berharap pada Allah dan semoga Allah membantuku untuk hal ini. "Masih pantaskah saya disandingkan dengan seorang ustadz? Saya hanyalah manusia biasa, baru memeluk islam beberapa hari yang lalu. Ilmu saya bahkan bukan apa-apa dibandingkan ustadz jongin" jelasku.

Hening.....

"Namun saya disini yakin. Bahwa semua bergantung kepada keputusan anda mina. Saya hanya berharap jika Allah akan memberi sebuah keajaiban untuk mina menerima saya sebagai calon imam. Saya manusia yang diciptakan sempurna namun saya jauh dari kata sempurna. Saya masih belajar, bahkan akan terus belajar karna saya hanyalah makhluk kecil bagi Allah. Jika mina menerima ustadz jongin saya akan menerimanya, karna memang beliau lebih pantas."

Aku menarik nafas dalam, ada sebuah rasa sesak didalam dadaku. Sakit, sedih dan takut. Jikapun mina memilih ustadz jongin aku akan merelakannya, karna itu sudah suratan takdir dari Allah. Kecewa? Aku hanya kecewa pada diriku. Terlalu memaksakan untuk memiliki seorang wanita yang sempurna untuk diriku yang banyak kekurangan ini.

"Seperti itukah?" tanya mina tak percaya.

Aku hanya tersenyum dan memgangguk lemah, menahan hatiku yang sudah roboh dindingnya karna sebuah rasa takut akan sebuah penolakan.

Ya Allah, hamba yakin Engkau tahu mana yang lebih baik bagi hamba dan bagi mina. Jika memang ini rencana Mu ya Allah, aku akan lebih memperbaiki diriku lagi dan menemukan seseorang yang memang kau takdirkan untukku.

"Baiklah. Disini saya siti aminah akan memilih calon imam saya. Saya harap tidak ada yang mempertanyakan pilihan saya, karna saya telah menentukannya."

Aku menunduk tak mampu menatap mina diseberang sana.

"Bismillah. Saya siti aminah, menerima lamaran dari Do kyungsoo untuk menjadi imam saya."

Ku Pinang Kau Dengan BismillahWhere stories live. Discover now