BAB 35

109K 12.5K 4.2K
                                    

BULAN tampak berpendar indah di atas langit ketika Sandra keluar dari lobi menuju city car milik Zanna. Senyum Sandra merekah melihat teman sebangkunya itu bersandar di mobilnya dengan melambaikan tangan secara kikuk. Zanna melihat suasana lokasi syuting yang penuh dengan hiruk pikuk, dengan penasaran, tapi ditahannya habis-habisan.

"Lo serius jemput gue?" tanya Sandra tak habis pikir.

Sandra mengirim chat pada Zanna sebelumnya, yang menyatakan bahwa sudah jam dua pagi, tapi syuting belum juga selesai. Ketika itu, Zanna langsung mengirimkan balasan yang menanyakan lokasi syuting. Sandra kira, ketika dia mengirim chat iseng pada Zanna, perempuan itu tidak akan menanggapinya dengan serius. Ternyata, Zanna benar-benar ke sini pada jam empat pagi, setelah syuting dinyatakan selesai dan mereka libur syuting selama dua hari.

"Gue kepikiran lah gila," hardik Zanna jengkel. "Kayak orang yang bener aja lo, berani naik taksi online jam segini. Lo ke toilet aja ditemenin, apalagi pulang malem. Untung tante gue ngebolehin gue minjem mobilnya. Gila lo, gue ke rumah nenek gue malem-malem, buat lo doang. Sampis. Beliin Mc'D pokoknya abis ini, gak mau tau."

Sandra nyengir. Sejak hari itu, sikap Zanna padanya berubah. Meski tidak drastis, tapi perempuan itu sudah menganggapnya teman. Seperti sekarang. Sandra bersyukur dia tidak serta merta sentimen dan menghindari Zanna ketika perempuan itu sedang jatuh.

Zanna juga sudah tidak memedulikan teman-teman yang meninggalkannya dan membangun dinding pertahanan yang lebih kuat. Ternyata, pengalaman membuat orang menjadi lebih tegar dibanding sebelumnya.

"Oh, iya," ucap Sandra nyaris melupakan satu hal. Dia menoleh ke belakang untuk mencari sosok Sadena, dan ketika menemukannya, dia menarik tangan Zanna.

"Woi! Apaan sih lo gila apa ya?!" seru Zanna dengan suara cemprengnya akibat panik.

"Sadena! Sadena!" seru Sandra dengan senyum lebar.

Untuk sesaat, Sandra menyingkirkan semua permasalahannya pada Sadena, demi Zanna.

Sadena yang hendak pergi ke mobilnya lantas menoleh dan tersenyum ke arah Sandra. "Kenapa, San? Katanya lo dijemput?"

"Iya! Ini," ucap Sandra menunjuk Zanna yang sudah kaku di sebelahnya.

Sadena mengalihkan tatapannya pada Zanna dan itu membuat Zanna mengeratkan genggamannya pada Sandra, membuat Sandra berusaha menahan ringisan dengan tawa kecil.

"Namanya Zanna," Sandra memperkenalkan. "Zanna, ini Sadena, Sadena, ini Zanna."

Zanna melirik Sandra dengan tatapan, ye, semua orang juga tau siapa Sadena, pinter.

Sadena bergerak mendekat ke arah Zanna dan tersenyum, mengulurkan tangan. "Halo, Zanna."

Wajah Zanna merah padam dan tentu saja ini membuat Sandra tersenyum geli. Bukannya menyambut uluran tangan Sadena, Zanna malah bersembunyi di belakang Sandra. Sungguh, aneh sekali, dengan pribadi Zanna yang sangat berani di hadapan banyak orang, kini mati kutu di hadapan Sadena.

"Sini, jangan malu-malu," ucap Sadena. "Apa kabar, Zanna?"

"B-B-Baik," Zanna mencicit dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "San, tolong."

Sontak tawa Sandra mengurai. "Ya ampun, Na, tolong apaan, coba?"

Dari balik jemari tangannya, mata Zanna yang melotot kini tertuju pada Sandra. "Tolong!"

Sandra geleng-geleng kepala, "Iya, iya," lalu Sandra melirik wajah Sadena. Senyum masih tersungging di wajah Sadena.

Yah, Sandra tidak bisa menyalahkan Zanna. Sadena memang memiliki wajah yang menarik.

S: Sadena, Sandra & SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang