01 :: Eternal Dream

493 80 3
                                    

Bastian meregangkan kedua tangannya sambil menguap lebar-lebar. Sinar matahari menelusup ketika dia menyibak gorden dan membuka jendela kamarnya yang berada di lantai tujuh. Tumpukan kertas-kertas berserakan di meja dan lantai, bekas dia mengerjakan tugas kuliah tadi malam.

Tanpa berniat untuk membereskannya terlebih dulu, dia melangkah masuk ke kamar mandi dan mengguyur sekujur tubuhnya dengan air dingin. Seketika badannya kembali segar dan rasa kantuk hilang sepenuhnya.

Dua puluh menit kemudian lelaki itu sudah rapi dengan kemeja biru langit, dipadu jins hitam kesayangannya. Dia mulai memasukkan barang-barang yang diperlukan ke dalam tas, lalu melangkah keluar dari kamarnya.

“Kuliah pagi Bas?” Alex yang sedang makan sereal sambil menonton televisi, menoleh ke arah Bastian begitu mendengar suara pintu kamar dibuka. Alex adalah pemilik apartemen ini. Dia membiarkan Bastian menyewa salah satu kamarnya.

“Yoi, lo nggak kuliah?” Bastian balik bertanya.

“Entar siang.”

Bastian ngangguk-angguk. Dia melempar tas ke sofa dan ikut menyeduh sereal seperti yang dilakukan Alex. Dia baru ingat kalau sejak semalam dia belum makan apapun karena mengejar deadline tugas jam sembilan pagi.

Di tengah kegiatan sarapannya itu, ponsel Bastian terus bergetar seiring deretan pesan yang berdatangan. Penasaran, Bastian meraih ponselnya setelah meletakkan sendok ke dalam mangkuk yang masih dipegang tangan kirinya.

Ada dua grup chat yang memenuhi ponsel Bastian. Pertama adalah grup kelasnya karena sang komting mulai koar-koar mengingatkan teman-temannya agar tidak lupa mengumpulkan tugas sebelum jam sembilan pagi. Lalu yang kedua adalah grup angkatan SMA Bastian yang mendadak ramai tak seperti biasanya.

Bastian membuka grup angkatannya. Sudah lebih dari 300 pesan tak pernah dia buka. Bastian menggulir layar ponsel dengan santai, membaca sekilas pesan-pesan di sana tanpa minat sampai dia terpaku pada sebuah gambar hasil tangkapan layar salah satu temannya. Gambar itu berisi informasi sebuah berita yang dirilis satu jam yang lalu. Tajuk berita tersebut bertuliskan 'MAKE YOUR DREAM PROJECT SIAP UJI COBA BERSAMA 10 ORANG PERTAMA'

Mulanya Bastian tidak membaca lebih informasi pada gambar tersebut, namun ketika dia menggulir pesan semakin ke bawah, kerutan mulai bermunculan di dahinya. Salah satu nama yang familiar beberapa kali disebut dalam grup itu.

Perasaan Bastian mulai tidak enak, akhirnya dia kembali menggulir pesan ke atas dan membuka gambar tadi yang sudah dia unduh. Kedua netranya kini menelusuri kata demi kata yang tertera di sana, termasuk dengan sederet nama yang tercetak jelas sebagai daftar orang-orang yang akan ikut uji coba projek aneh bernama Make Your Dream itu.

Mata Bastian seketika membulat. Di nomor tujuh nama gadis itu terpampang. Nama gadis yang selama beberapa tahun ini berhasil mengisi ruang kosong di hatinya. Jelas Bastian tidak mungkin keliru, nama gadis itu sudah dia ukir dalam-dalam.

“Quratuain Nahaira,” Bastian menggumam menyebutkan nama itu di bibirnya bukan hanya dalam pikirannya. Mangkuk serealnya sudah dia letakkan begitu saja di atas meja.

“Siapa Bas?” Alex menoleh. Ia tidak begitu mendengar apa yang barusan Bastian gumamkan.

“Nggak mungkin Ratu kan?”

“Hah?” Tak mempedulikan Alex yang kebingungan, Bastian mulai membaca satu persatu pesan teman-temannya dengan lebih teliti.

Itu Ratu anak IPS 1?

Make Your Dream Project [END]Where stories live. Discover now