07 :: Class Meeting

141 38 4
                                    

“Syuh, virus!” seru Erwin saat Bastian bersin tepat di depan wajahnya. Mereka sudah mengenakan jersey dan sedang bersiap di pinggir lapangan untuk pertandingan futsal.

“Bilang yarhamukallah cuk, bukannya sah suh sah suh!” Naim menoyor kepala Erwin.

“Oiya lupa.” Naim geleng-geleng kepala. Meski lelaki itu tidak ikut main, tapi setidaknya dia tetap ikut mendukung teman-temannya. Naim bahkan sudah menyiapkan beberapa botol minuman untuk mereka, sengaja dibeli sebagai salah satu bentuk dukungannya.

“Ayo semuanya kumpul dulu.” Suara sang ketua kelas mengudara. Dia juga ikut main sebagai kiper, menggantikan Erwin yang mendadak ingin ganti posisi.

“Semangat bro!” Naim meninju bahu Bastian dan Erwin sebelum kedua temannya itu berkumpul bersama seluruh anggota tim lainnya.

Sementara itu di tempat lain, Ratu dan Prita masih betah menempati bangku masing-masing. Saat class meeting, jam pelajaran berakhir lebih cepat dari pada biasanya dan karena mereka berdua tidak punya jadwal lain jadinya mereka hanya planga plongo di kelas. Yang satu hanya menggulir ponsel tanpa tujuan, satunya melamun sambil mendengarkan lagu lewat earphone.

Sepuluh menit berlalu, aktivitas mereka masih sama hingga seorang laki-laki masuk ke kelas membuat keduanya menoleh serempak. Prita bahkan sampai membulatkan matanya, kaget mendapati sosok sang mantan berdiri di sana.

“Oh, sori gue kira Aris ada di kelas.” Cowok itu terlihat salah tingkah. Dia melirik Prita sekilas sebelum balik badan dan berlalu dari sana.

“Kamu sama Orion bener-bener nggak tegur sapa lagi ya semenjak putus?” Setelah memastikan cowok tadi sudah menjauh, Ratu menoleh pada Prita.

“Kita putus setelah bertengkar jadi ya gitu.” Prita melepas earphonenya dan memangku wajah dengan sebelah tangan. Dia menatap datar pintu kelas dimana sosok Orion muncul beberapa saat lalu.

“Nggak kamu coba obrolin dulu sama dia? Seenggaknya walau putus mungkin kalian masih bisa temenan.”

Prita mengedikkan bahu. Entah apa yang harus dia bicarakan dengan mantannya itu. Lebih tepatnya dia tidak tahu harus memulai dari mana, semuanya tampak salah dan berantakan seperti benang kusut yang tak terlihat ujungnya.

“Makanya kamu sama Dewa jangan sampai putus Tu, nanti hubungan kalian bakal jadi musuh. Percaya deh temenan lagi sama mantan itu hampir mustahil.”

“Aku sama Dewa baik-baik aja kok, tenang aja.”

“Iya sih, Dewa mah enak nggak cemburuan.”

Ratu tertawa kecil. “Aku kan nggak punya banyak temen cowok, jadi siapa yang mau dicemburuin coba? Masa cemburu gara-gara kamu Ta.”

“Padahal aku juga nggak punya banyak temen cowok lho, semuanya sama aja menurutku, tapi emang dasar Orionnya aja yang cemburuan.” Wajah Prita berubah masam saat teringat kenangannya bersama sang mantan.

“Udah ah ngapain ngomongin dia!” Prita berdiri. “Nonton class meeting aja yuk?”

“Mau nonton apa?”

“Futsal?”

“Ehm ... oke.” Ratu ikut berdiri dan meraih tasnya yang langsung ia sampirkan di bahu kanan.

Mereka berjalan berdampingan menuju lapangan futsal setelah sebelumnya mampir untuk membeli minuman dingin. Namun, saat tiba di lapangan mereka langsung menyesalinya. Ternyata suasana di sana lebih ramai dari yang mereka duga.

“Ini pertandingan futsal atau konser sih? Rame banget perasaan,” keluh Ratu. Hampir tidak ada tempat duduk yang tersisa. Mereka akhirnya hanya berdiri di ujung dekat pintu masuk.

Make Your Dream Project [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang