tigabelas

4.1K 587 676
                                    

Arsen

"I miss Anin."

Gue menoleh ke sisi tepat dimana Elle sedang memasang sepatu skate nya. Dia sedang sangat serius berkutat dengan tali sepatunya walaupun harus gagal berkali-kali. Gue lah yang akhirnya beranjak dari duduk untuk berlutut didepan dia, menalikan sekaligus mengencangkan tali sepatunya supaya nanti nggak copot.

"You need to learn how to tie your shoes again, big baby."

"I'm not a baby."

"Yes that's why I called you big baby. You're big, but still a baby."

Dia memutar bola mata, tanda kesal dari seorang anak kecil kelas lima yang selalu gue anggap balita yang ngomong aja belum jelas tapi sekarang malah sudah punya yang di taksir. Tapi time really flies that fast, dulu Elle itu masih sangat lucu, tapi bukan berarti sekarang jadi nggak lucu juga sih. Tapi mungkin si lucunya itu sudah sedikit berubah jadi dewasa untuk umuran dia. Yang masih sama dari dulu sampai sekarang mungkin kecantikannya. Semakin hari dia jadi lebih mirip mama tapi versi bule turunan papa.

Berbicara tentang Elle itu pasti sedikit ada hubungannya sama Anin. Ya jelas, dua perempuan ini dulu sering bersekongkol untuk menyusahkan Arsen. Dari mulai main make up, beli baju yang kalau belum lutut gue lepas sih ya belum selesai, sampai yang paling sederhana, gue disuruh ikut kegiatan mereka di dapur.

"Arsen itu pemalas, Anin." Gue masih ingat Elle berkata seperti ini ke Anin. Iya, adik gue ini masih bisa berbahasa Indonesia kok walaupun dipakainya nggak sering-sering amat. "Bibi needs to send him his breakfast every morning to his room, because he can't get off of the bed. I think his butt is sticking to the bed, I don't know, he's the laziest brother ever."

Gue ingat Anin tertawa sampai kalap karena adik gue itu sedang exposing brother time tanpa dosa sama sekali. Sesekali Anin melirik gue sambil bergeleng kepala. Dan gue menganggap itu lucu. Ya apa yang nggak lucu coba? Pacar dan adik sedang menghabiskan waktu bercengkrama dan lo lah topiknya. Melihat mereka berdua jadi sangat dekat itu memberikan kesenangan tersendiri bagi gue. Adik yang gue sayang sama perempuan yang gue cinta, ini perpaduan yang pas untuk merubah Arsen jadi laki-laki soft ter-menye dan lembek. Gue rela melakukan apapun demi kebahagiaan dua orang ini.

"Karsen, you heard me right?" Elle melambaikan tangan kecilnya di depan wajah. Dia lagi mencoba menyadarkan gue lagi dari lamunan singkat nan menyakitkan karena semuanya sudah berubah. Nggak ada lagi Anin disini.

"Iya, I'll stop baby you."

"That's not what I meant!" Ketusnya sambil melipat kedua tangan didepan dada. "I miss Anin, Karsen."

I miss her too, Elle.

Gue juga sama, kangen banget sama Anin. Dan andai mengeluhkan semua ini ke Anin semudah seperti apa yang Elle lakukan, merajuk pakai cemberut dan melipat tangan didepan dada selayaknya kemarahan seorang anak kecil. Gue akan lakukan. Nggak apa-apa setelahnya gue dibilang jijik lo seperti apa yang biasanya Anin bilang. Yang penting maksud gue tersampaikan, kalo gue ini kangen sama Anindya.

"Anin misses you too."

"How can you know that?"

Gue senyum, mencoba menutupi sedih sih lebih tepatnya. Elle nggak perlu lah dibagi sedihnya ditinggal Anin sampai galau berbulan-bulan seperti yang gue alami.

"Anin and I love you so much, you know that? And we will always miss you when we are away. Anin misses you too, so much, Elle, trust me."

wonderwallजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें