[1] A Girl With Blue Hair

Start from the beginning
                                    

Ia juga merasakan energinya seperti selalu bertambah setiap kali terkena cahaya bulan. Sayangnya ia hanya bisa melakukannya secara diam-diam, karena setiap kali ada para pelayan yang menatap keluar bangunan ini pasti akan dianggap mencoba untuk kabur. Tuan-tuan mereka selalu melarang mereka keluar barang sejengkal saja dari pintu utama, jika ada yang melanggarnya, nyawa sebagai taruhannya. Dan Elle masih sangat menyayangi nyawanya sendiri.

***


Semua pelayan berbaris untuk menyambut Tuan besar mereka di sepanjang jalan menuju ruangannya. Saat pintu utama terbuka, semuanya menunduk dalam, menunjukkan rasa hormat mereka.

Seorang pria berjalan dengan langkah tegapnya, tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Jubahnya yang ikut terseret setiap ia mengambil langkah itu menambah kesan agung-nya. Iris merah itu bergulir, tatapannya menusuk ke salah satu titik dimana gadis yang selalu menarik perhatiannya berada. Ia memastikan gadis itu masih disini, dan akan tetap disini sampai waktunya tiba.

Elle merasakannya, ia merasakan tatapan menusuk itu ditujukan padanya. Namun, ia tidak memiliki keberanian hanya untuk menggerakkan matanya melihat Sang Tuan besar yang berjalan menuju ruangannya.

Setelah Tuannya melewati mereka, beberapa menit kemudian semua pelayan mulai menyebar, mengerjakan tugas mereka. Tapi Elle masih bergeming di tempatnya. Gadis itu mengedarkan pandangannya, seingatnya kemarin ia masih melihat gadis itu, pikirnya. Gadis berambut pirang, yang tidak salah bernama Lilia. Ya, ia ingat betul bahwa kemarin ia melihatnya, bahkan sempat berbincang. Tapi, kenapa sejak pagi sampai detik ini ia belum bertemu atau bahkan melihat gadis itu.

Selama ia tinggal disini, itulah salah satu permasalahan yang selalu memenuhi pikirannya. Setiap bulan purnama, bukan hanya setiap Tuan besarnya datang, ada saja gadis yang pergi dan pasti ada seorang gadis yang datang, dan kejadian itu terus terulang.

Pada awal-awal kejadian itu Elle memang tak terlalu peduli. Tetapi seiring berjalannya waktu, apakah kejadian itu hanya kebetulan? Menurutnya tidak mungkin. Pantas saja sejak dulu pelayan disini selalu berjumlah sama. Tidak pernah berkurang ataupun bertambah hanya dalam kurun waktu satu dua hari.

**


Malam ini bulan purnama menampakkan dirinya. Sangat indah, pikir Elle. Seperti seorang selenophile, gadis itu begitu menggilai benda bulat bersinar itu. Tidak pernah ia merasa setenang saat ia menatap Sang dewi malam.

Pernah terpikir di otaknya apakah ia bisa pergi ke tempat itu, hanya untuk menyentuhnya saja. Merasakan cahayanya dari jarak yang sangat dekat. Ia bersyukur malam ini tidak mendung. Elle sering merasa sedih jika tidak ada yang bisa menemani bulan itu. Dan hari ini para bintang sedang menemani sang bulan, seperti sedang menari-nari, menghibur sang bulan agar ia tahu bahwa ia tidak sendirian.

"Astaga, Elle! Apa yang kau lakukan?" Elle terlonjak kaget saat ada seseorang yang tiba-tiba bersuara. Gadis itu segera menghampiri Elle dan menutup jendela kamar mereka, sedikit kesulitan karena jeruji di jendela itu menghalangi pergerakan tangannya.

"Apa yang kau lakukan?!" tanyanya lagi, "Kau tahu apa yang akan Tuan lakukan jika melihat kita sedang menatap keluar, kan?"

"Ya, aku tahu. Tapi apakah salah jika kita hanya sekedar melihat keluar? Lagipula kita tidak akan bisa pergi dari tempat ini." Dengan santainya ia menjawab pertanyaan Gretta. Sahabat semasa kecilnya itu selalu melarang Elle menatap keluar, sama seperti yang lainnya. Gretta sangat takut jika Tuannya akan melihat Elle dan melakukan sesuatu yang buruk sebagai hukuman karena melanggar perintahnya.

Gretta menghela napasnya, "Aku tidak mau kau kenapa-napa El. Jika Tuan mengetahuinya... aku tidak bisa berbuat apa-apa jika mereka melakukan sesuatu yang buruk padamu. Dan itu adalah sesuatu yang tidak pernah aku harapkan," tuturnya.

Elle mengangguk dan tersenyum kecil, mencoba mengerti kekhawatiran yang dirasakan gadis itu. "Maaf sudah membuatmu khawatir. Tapi kau tahu jika kebiasaanku itu semakin menjadi seiring usiaku yang semakin bertambah."

"Apakah kau tidak bisa mencoba untuk mengurangi kebiasanmu itu? Atau menghilangkannya?" Gretta selalu berusaha meyakinkan Elle agar gadis itu mau mengubah kebiasaannya.

"Kau tidak tahu seberapa keras aku sudah mencoba. Aku tetap tidak bisa, aku ingin selalu melihatnya. Seperti ada yang mendorongku untuk melakukannya." Elle mencoba untuk mengutarakan kenapa ia tidak bisa menghilangkan kebiasaannya itu.

Memang benar, setiap malam saat semua orang sudah terlelap, ia merasa ada yang selalu mengajaknya untuk melihat bulan, bahkan mengajaknya untuk keluar. Tidak jarang juga, suara itu berbicara atau memperingatinya agar tidak menuruti semua perintah yang diberikan padanya. Pernah beberapa kali ia juga merasakan jika tubuhnya seakan tidak bisa dikendalikan. Elle benar-benar bingung dibuatnya, sebenarnya ada apa dengan dirinya?

***

TBC.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BLE MOU ✓Where stories live. Discover now