[54] Demian's birthday

2K 103 2
                                    

VOTE DULU YUK GUYS😝
○○○

Demian mengucek kedua matanya yang terasa berat. Ia menguap lebar sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dirinya lalu beralih pada jam digital di meja samping tempat tidur.

23:55

Kening Demian berkerut bingung. Jika telinganya tidak salah dengar, ia seperti mendengar bell rumahnya berbunyi.

"Perasaan gue doang, kali, ya?" Gumamnya.

Demian menghela napas panjang sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali menidurkan dirinya. Baru akan memejamkan mata, bunyi bell itu kembali terdengar. Kali ini, ia yakin itu adalah bunyi bell rumahnya.

"Siapa bertamu malem-malem gini?"

Cowok itu bangkit dari tidurnya kemudian keluar dari kamarnya, menuruni tangga untuk membukakan pintu.

Ceklek

"HAPPY BIRTHDAY!"

Sempat terkejut sebentar, Demian akhirnya terkekeh begitu melihat kedua orang tua, adik serta kakaknya berdiri diambang pintu dengan memegang kue ulang tahun dan beberapa bingkisan di tangan mereka, sembari menyanyikan lagu happy birthday untuknya.

"Happy birthday, to you."

Demian tersenyum. Ia memejamkan mata sejenak untuk membuat harapan sebelum meniup lilinya.

"Yeay! Happy birthday adek gue yang paling jelek," ujar Demila--kakak perempuannya begitu Demian meniup lilin berbentuk angka delapan belas.

Demian terkekeh kemudian menyuruh keluarganya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Ya. Rumah yang Demian tempati sejak kelas dua SMA ini adalah rumahnya sendiri. Cowok itu membelinya ketika dirinya sudah sukses mengumpulkan uang yang cukup banyak dari pekerjaannya sebagai photographer. Alasan ia memilih untuk membeli rumah sendiri adalah karena jarak antar rumah orang tuanya dengan jarak sekolahnya bisa dibilang cukup jauh. Bisa membutuhkan waktu sekitar empat puluh lima menit untuk tiba di sekolahnya. Juga, Demian terkadang suka menggunakan rumahnya untuk kegiatan pemotretan majalah. Di rumah ini, Demian hanya tinggal bersama pembantunya yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Tetapi, pembantunya akan pulang setiap Sabtu dan Minggu. Jadi, selain hari Senin sampai Jum'at, Demian hanya sendirian di rumah ini.

"Nak, selamat ulang tahun, ya. Semoga apa yang kamu cita-citakan tercapai." Ujar wanita berusia empat puluh enam tahun, Geysa--ibundanya.

"Makasih, bunda. Maaf Demian belum bisa membahagiakan ayah sama bunda."

Gerald--ayah Demian yang duduk disampingnya tersenyum sembari menepuk pelan pundak anaknya itu. "Kamu selalu membahagiakan ayah dan bunda. Kamu jagoan ayah sejak kecil. Dan sekarang, kamu sudah berhasil buat ayah dan bunda bangga."

Satu persatu dari mereka memberi ucapan selamat beserta harapan untuk Demian. Betapa bahagianya diri Demian saat ini. Baginya, momen seperti ini adalah momen berharga. Jarang sekali keluarganya merayakan hari jadinya seperti ini. Apalagi, ayah dan bundanya selalu sibuk mengurus bisnis dan yayasan yang di dirikan oleh kakeknya. Kakaknya sudah menikah sejak tiga tahun yang lalu. Adiknya sibuk bersekolah di salah satu negara tetangga. Pekerjaan Demian sebagai fotografer yang padat juga menambah penyempitan waktu untuk keluarganya.

"Demian, bunda punya kejutan untuk kamu."

Alis Demian terangkat satu. "Kejutan apalagi, bun?"

Geysa tersenyum. Wanita itu berjalan menuju pintu, kemudian membukanya.

"SURPRISE!"

Mata Demian sukses membulat sempurna begitu melihat keenam lelaki berdiri di ambang pintu. Keenamnya menggunakan topi pesta di kepala dan memegang kue ulang tahun di tangan salah satu dari mereka.

Piece of Heart [Why?]Where stories live. Discover now