30. Disadarkan

4.5K 244 108
                                    

⛅ Kalau kalian mau, kalian bisa vote atau komen dulu ya sebelum baca :3 ⛅
.
.

Judulnya aku ganti nggak apa ya? Alasannya karena aku yakin sebagian besar dari kalian yang sudah baca cerita ini pasti nggak ngerti keterkaitan antara judul sebelumnya (Please Don't) sama isi ceritanya. Dan finally aku putuskan untuk ganti judul😂 tapi tenang aja, aku cuma ganti judulnya aja kok ntar ceritanya masih sama.

Sebelumnya aku mau minta maaf lagi karena sudah membuat kalian menuggu update dari cerita ini. Dan maaf juga nggak bisa balas komen kalian satu-satu karena sejujurnya aku jarang online wattpad lagi. Aku selalu ucapin terimakasih untuk kalian semua entah kalian yang baca, vote, komen, atau apapun itu, TERIMAKASIH BANYAK! I love u so much all.

🐣Salam Angel dari Ken ya🐣

.
.

😇

.
.

Keenan POV

Malam ini adalah malam dimana apa yang aku takutkan menjadi nyata. Ketakutan akan terbongkarnya rahasia yang telah aku simpan selama berhari-hari kini tiada arti. Sekarang gadis kecil kecintaanku pun berubah menjadi monster cilik yang cukup menyeramkan saat dia mengetahui tentang apa yang aku sembunyikan. Dia mengetahui bahwa aku adalah pemilik night club tempat dimana kakaknya terbunuh oleh bajingan bernama Tony Gursoy. Walau aku berhasil menyingkirkan pria itu namun apa yang telah ia tanamkan dalam otak Lyora, hal itu takkan hilang dengan mudahnya. Justru setelah aku menembak pria itu, Lyora malah semakin membenciku.

Ku akui aku bodoh. Ku akui aku salah. Ku akui aku gegabah. Ku akui aku ceroboh. Ku pikir dengan memberikan Tony pelajaran, amarah dalam jiwaku akan mereda. Ya, betul! Amarah dalam jiwaku memang mereda. Tapi tidak untuk amarah dalam hati Lyora. Bukannya mereda, amarah itu malah semakin berkobar bak api neraka jahanam yang tak mungkin padam.

Kini yang bisa aku lakukan hanyalah menyiapkan untaian kata manis untuk merajut kembali rasa kepercayaan Lyora kepadaku. Sembari menatapi wajah damainya aku menangis. Berharap kedamaian yang ada di depan mataku ini terus berlanjut walau sepasang mata indah miliknya nanti terbuka seiring dengan kesadarannya. Tapi itu hanyalah anganku yang semu, bahkan sudah tak pantas lagi untuk dikatakan semu karena anganku itu hanyalah angan kosong yang tak akan pernah terjadi. Karena aku tahu, kedamaian macam apa yang akan aku saksikan saat gadis kecil dihadapanku ini tersadar dari lelapnya. Layaknya kedamaian seorang bayi monster kecil mungil dengan gigi taring pada kedua sudut bibirnya dan mata merah menyala menyulutkan kobaran api tiada tara, damai namun tetap menyeramkan.

"Aku berjanji akan menghilangkan rasa benci itu. Rasa benci atas dasar kesalahpahaman yang semestinya tak pernah hadir mengusik bahagiamu."

Tak henti-hentinya sebelah telunjukku bermain pada hidung mancungnya seraya melanjutkan perkataanku, "Mungkin semuanya akan sulit untuk kau dengar. Bahkan aku telah memprediksi bahwa kau takkan mau mendengarkan. Tapi aku tahu, kau butuh penjelasan." hingga tanpa ku sadari gadis kecilkupun akhirnya terbangun.

Tampak sepasang kelopak berbulu mata lentik sedang mengerjap hingga akhirnya bola mata hijau indah miliknya pun dapat kembali ku lihat. Sepasang mata beriris hijau itu tertuju kepadaku dan ku sambut tatapan itu dengan senyuman hangat penuh kasih dan sayang. Sekarang, Tubuh yang tadinya terbaring dengan lemah kini telah terduduk di hadapanku dengan mata hijau yang masih menatapiku tanpa ada kedipan sekalipun pada kelopak matanya.

Aku melihat genangan air mata pada kedua mata Lyora yang ku kira air mata itu adalah tanda kebenciannya terhadapku. Namun ternyata aku salah, air mata itu adalah tanda penyesalan. Aku menyadarinya saat gadis berambut coklat gelap itu memelukku secara tiba-tiba. Ku rasakan tubuh dinginnya yang sedikit bergetar berada dalam pelukanku. Tidak hanya itu, bahkan aku dapat mendengar isak tangis tertahannya yang sama sekali tak aku ketahui apa penyebabnya.

My Coolest Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang