BAB 6

11.1K 691 40
                                    

Can marry your daughter?

And make her my wife

Marry Your Daughter - Brian McKnight◀

***

"Jangan mimpi untuk punya menantu seorang Prakasa, Nyonya Wanda yang Terhormat."

"Jangan terlalu sinis pada ibumu sendiri, Alana."

Alana rasanya ingin menghajar lelaki yang ada di ruang tamu rumahnya ini. Namun yang pertama kali harus ia lakukan adalah membuat mamanya angkat kaki lebih dulu dari rumah ini.

Dan sempat-sempatnya tadi kamu make out sama dia, Alana bodoh, rutuk Alana dalam hatinya.

"Terima dia," kata Wanda dengan tegas. "tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk menolaknya."

Alana menatap Wanda yang kini bersandar di lemari bajunya. Ia bertemu dengan mamanya terakhir kali sebulan yang lalu, saat pembacaan wasiat dan hibah mendiang kakeknya.

"Aku tau. Pertunangan ini akan menguntungkan Mama. Dengan begitu, hibah kakek otomatis akan jatuh padaku karena aku cucu perempuan pertama yang menikah--jika pertunangan itu berlanjut. Iya kan?"

Wanda hanya tersenyum, Alana adalah gambaran dirinya saat muda dulu--minus naifnya. Wasiat mertuanya jelas masih teringat olehnya. Ia adalah istri dari anak pertama mertuanya. Dan dalam wasiat itu mengatakan, hanya cucu perempuan yang telah menikah yang akan dapat hibah berupa perkebunan kelapa sawit dan berbagai macam aset lainnya.

"Kamu selalu pintar seperti biasanya," Wanda menghampiri Lana dan mengelus puncak kepala Lana, "jadi, lakukan juga hal yang pintar dalam masalah kali ini."

"Aku nggak akan menerimanya."

Wanda merenggangkan jarak di antara mereka, hingga ia bisa menatap putri semata wayangnya dengan tajam. "Kamu pasti tau benar apa yang akan mama lakukan jika kamu menolaknya. Sekarang, mama akan kembali ke hotel. Bicarakan apa yang kamu perlu bicarakan dengan Raka."

Lana mendengus mendengar ancaman dan perintah mamanya. Ia tau benar apa yang akan dilakukan mamanya jika ia menolak--menjodohkannya dengan segudang anak-anak relasinya yang sangat membosankan. Iya, tipe CEO yang dingin. Oh, Lana tak tertarik dengan tipe seperti itu.

"Bicara dengan mulut dan suara kalian," ujar Wanda ketika telah membuka pintu kamar Lana hingga bisa dipastikan bahwa Raka juga mendengar kata-katanya. "Jangan dengan bibir dan tangan yang saling menjamah. Bagaimanapun, Mama belum mau punya cucu sebelum ijab kabul dilaksanakan."

Berbeda dengan reaksi Lana yang langsung ingin mencekik Raka, Raka yang mendengarnya dari ruang tamu justru makin senang dan bergejolak.

Bahkan, sejak mengenal perempuan itu, dengan mendengar namanya saja sudah membuat Raka jauh bergejolak.

***

"Jadi...?" tanya Raka dengan dua alisnya yang naik ke atas. Lana berganti dari menatap pintu rumahnya yang baru saja tertutup ke arah pria menyebalkan yang kini terang-terangan sedang mempersulit hidupnya. Lana berjalan mendekati Raka dengan bibir yang tertutup rapat dan Raka berani bersumpah dia melihat kilat amarah pada mata wanita cantik dihadapannya.

"Keluar dari rumahku,"dengan geram Lana mengusir Raka.

Raka bangkit dan berjalan mendekati Lana dengan ketenangan bagai kucing hutan.

"Tolong pikirkan baik-baik Lana, aku yakin kamu tau kalau kita sama-sama saling membutuhkan saat ini, walaupun semua ini terjadi begitu cepat tapi aku percaya kita akan sangat cocok."

Setelah itu Raka pergi meninggalkan Lana dengan tubuh yang lunglai. Aura Raka benar-benar berhasil membuat Lana tak berdaya.

****

Beautiful Sunset (ON HOLD)Where stories live. Discover now