BAB 5

10.7K 670 28
                                    

Cause I don't wanna fall in love

▶ Heart Attack - Demi Lovato◀

***

Raka memandang Oma Ayu, Bibi Amanda dan Bibi Letta dengan pandangan menusuk dan menuntut. Raka tahu siapakah biang keladi dari semua kekacauan yg menimpa hidupnya beberapa hari terakhir. Hasil dari penyelidikan yang dilakukan oleh orang suruhannya, Raka mendapatkan info yang sangat akurat bahwa Oma dan kedua bibinyalah yang telah membayar sebuah media cetak ternama untuk menerbitkan informasi palsu yg menurut mereka asli. Raka menggeram karena menahan kesal. Oma dan kedua bibinya tampak santai seperti tanpa penyesalan.

"Kalian mau ngaku atau orang suruhanku akan membawa semua buktinya!!" perintah Raka dengan ekspresi murka.

"Ayolah Raka, kami kan hanya mencoba untuk mempermudah jalanmu untuk mendapatkan Lana, Oma takut Lana berubah pikiran dan akhirnya mninggalkanmu, Oma sudah terlanjut suka dengan Lana." penjelasan Oma hanya bisa membuat Raka menghela napas.

Dia menyadarkan tubuhnya pada punggung sofa kulit yang sengaja dipesan import dari perusahaan mabel ternama di Eropa. Tapi kenyamanan itu tidak bisa membuat perasaan Raka berubah. Raka amat sangat marah karena Oma dan kedua bibinya telah lancang dengan berani mengatur hidupnya.

"Bibi bisa jamin Lana akan mendatangimu satu atau dua hari lagi, dia kan juga butuh penjelasan untuk bisa menghadapi seluruh kluarga dan rekannya. Di saat itulah kau segera lamar dia, jadi apa yang telah kami lakukan tidak akan sia-sia. Tenang my little boy, Lana tak akan berani menolakku kalau dia msih ingin nama baiknya terjaga" ucapan bibi Letta jelas masuk akal.

Tapi itu semakin membuat Raka kesal. Ia tidak suka jika ada seseorang yang dengan lancang berani mengatur hidupnya seakan-akan paling mengerti dengan apa yang ia inginkan.

Raka mendesah lalu menarik napas panjang. Cara ini biasanya ampun untuk mencegah dirinya bertingkah bar-bar.

"Oma dan bibi-bibiku tersayang, mulai sekarang kumohon jangan pernah berani-beraninya mencoba mengatur hidupku, Kalau itu sampai terjadi lagi Raka tidak akan memaafkan kalian," ancaman Raka sepertinya berhasil karena Oma dan kedua bibinya bungkam seketika.

"Pak Raka, ada telpon dari Ibu Lana, katanya urgent."

Raka menoleh ke arah asistennya dengan pikiran yang dipenuhi berbagai cara.

"Aku akan telpon dia 10 menit lagi," sahut Raka yang mengalihkan pandangannya ke arah Oma dan kedua bibinya dengan pandangan membunuh.

"Urusan kita belum selesai," ancam Raka sebelum meninggalkan ruang keluarga, menyisakan sang Oma dan kedua bibinya yang tersenyum senang.

***

Sialan, kenapa dia malah menolak panggilanku?, rutuk Lana sambil membanting ponselnya ke atas ranjang.

Rambut ikat kudanya telah mencuat kemana-mana. Melambangkan stres yang terkira akibat pemberitaan konyol di media massa. Yang benar saja! Tunangan Raka? Hih, itu adalah mimpi paling buruk--sayangnya saat ini hal itu bukan mimpi, tapi kenyataan.

"Non Lana, ada tamu buat non Lana di ruang tamu," ujar pembantunya sambil mengetuk pintu kamarnya.

Lana mendesah pelan. Semoga bukan Raka. Kalau sampai orang yang ia telepon sejak setengah jam yang lalu dan berjanji menghubunginya namun tak kunjung menghubunginya itu ada di sini, rasanya Lana siap masuk tabloid dengan headline "Alana, perempuan yang membunuh lelaki mesum di rumahnya".

"Jadi kau lebih memilih datang ke rumahku daripada meneleponku?" tanya Lana sengit sambil berdiri di antara rak buku yg menjadi sekat antara ruang tamu dan ruang tengah. "Harusnya orang sepertimu lebih tau tentang efisiensi waktu," ujar Lana lagi.

Beautiful Sunset (ON HOLD)Where stories live. Discover now