BAB 2

10.8K 687 19
                                    

So, don't come back for me
Who do you think you are?

▶ Jar of Heart - Christina Perri ◀

Apa melakukan sebuah dosa yaitu kebohongan bersama orang lain, tidak memerlukan nama partner-nya?

Seumur-umur, ia tidak pernah langsung berbohong dengan orang yang baru dikenal. Ralat, ia tidak pernah berbohong bersama dengan orang yang tidak dikenalnya. Lagipula, kemana insting tajam sahabatnya? Apa setelah menikah, ia jadi tidak sepandai dulu untuk membaca dirinya?

Sahabatnya dulu sangat mahir melihat kebohongan kecilnya. Tapi apa ini? Ini kebohongan besar yang bahkan lelaki itu hanya tersenyum menanggapinya. Huh, bahkan sahabatnya itu bukan tersenyum padanya, tapi pada istrinya.

Apa begini rasanya patah hati?

"Siapa namamu?"

Ia terlonjak kaget begitu sebuah suara mengagetkannya. Ia menoleh, mendapati lelaki yang tadi jadi partner in crime-nya menatapnya lurus. Setelah lelaki itu menarik dirinya paksa keluar dari ballroom, di sinilah mereka, di sebuah ruang kerja yang berada di lantai dua puluh lima. Ini lebih baik daripada lelaki itu menariknya masuk ke dalam salah satu kamar--ia yakin lelaki ini bisa melakukannya.

"Alana."

"Nama yang bagus," jawab lelaki itu. "Aku Prakasa, cukup dengan Raka," sambungnya.

Ia menerima jabat tangan itu dengan ragu. Namun akhirnya ia mengucapkan terima kasih untuk... apa sebenarnya?

Bahkan ia sendiri bingung, haruskah ia berterima kasih atas kebohongan mereka?

"Apa lebih baik kita teruskan permainan ini?"

Pertanyaan lelaki itu kontan membuat kedua bola matanya membulat, kaget. Benar-benar, lelaki macam apa yang mengatakan hal itu padanya?

Meneruskan kebohongan mereka? Tadi mereka berbohong bahwa mereka adalah sepasang tunangan.

***

Mata elangnya menatap wajah wanita dihadapannya sambil menunggu reaksi dari pertanyaan tidak masuk akal yang ia ajukan.

"Kau gila ya?" maki wanita itu dengan wajah berapi-api.

Senyum miringnya tersungging membuat wanita itu agak sedikit gentar.

"Aku? Gila?" sahut Raka masih dengan senyum angkuhnya. tubuh besar namun indah dipandang mata itu bangkit dan berjalan menuju wanita yang masih terdiam ditempatnya.

"Kalau aku gila kaupun juga pasti gila. Kenapa kau mau ikut berbohong denganku?" ujarnya dengan nada sekelam malam. Wanita bernama Alana itu tampak kikuk dan mulai menghindari tatapannya.

"Itu karena...," sahut Alana yang berakhir dengan hilangnya suaranya. Ia justru memalingkan wajahnya.

"Karena kamu memang membutuhkanku, bukan?" pancing Raka dengan nada mengejek.

"In your dream, Sir," sahut Alana lalu bangkit dari posisinya dan menabrak Raka agar bisa keluar dari ruangan itu segera.

"Kutunggu jawabanmu sampai satu minggu. Aku yakin kau pasti berubah pikiran," sahut Raka yang sempat menghentikan langkah Alana. Wanita itu berbalik dan memasang wajah garang yang tak dibuat-buat.

"Sampai kapan pun itu tidak akan terjadi, Sir."

Raka menatap pintu ruang kerjanya yang tertutup dengan senyum menyeringai.

***

Sejatinya, kebohongan adalah perisai dari segala macam rasa sakit di dunia ini. Kebohongan adalah penyangkalan berkedok kata-kata dan senyum manis. Kebohongan adalah pelindung bagi yang rapuh.

Siapa sangka kalau kini, ia berlindung dengan kubah kebohongan yang ia ciptakan sendiri?

Ia melindungi hatinya dari rasa sakit ketika melihat sahabatnya telah menikah. Tapi... kalau begitu untuk apa Raka berbohong?

Apa Raka berlindung juga dari rasa sakitnya?

Hahaha, rasanya ia ingin menertawakan sikap pengecut lelaki itu. Tapi akhirnya ia sadar juga, bahwa dirinya juga sama pengecutnya dengan lelaki itu.
Mungkin perempuan itu adalah mantan kekasihnya, pikir Alana sambil memuntir ujung rambutnya.

Ya, mungkin nasibnya dan Raka sama--diharuskan menyaksikan seseorang yang mereka cintai namun harus melindungi hati masing-masing dengan sebuah kebohongan.

Masalahnya adalah, apa iya kebohongan ini harus dilanjutkan?

Kepalanya berdenyut, membuatnya terpaksa memejamkan matanya beberapa saat. Bayangan Raka dan ibunya tiba-tiba memenuhi benaknya.

Ibunya yang mendesaknya untuk cepat-cepat menikah demi harta hibah mendiang neneknya. Raka yang mendesaknya untuk menikah demi memenuhi ego lelaki itu yang setinggi menara eiffel dan demi menutupi kebohongannya.

Hhh, kenapa menikah menjadi topik hangat di hidupnya? Tak bisakah seorang perempuan berusia 26 tahun hidup tanpa diekori permintaan untuk menikah? Memangnya hidup itu hanya untuk menikah?

Tak adakah yang mengerti arti kebebasan bagi seorang Alana yang selama ini hidupnya selalu dikekang?

Mereka tidak tau, gumamnya dalam hati sambil perlahan tertidur di ranjangnya.

Tak pernah ada yang tau tentang keinginannya yang terdalam, ia hanya ingin bebas.

***

From: 08111477XXX
Jangan lupa, 6 hari 14 jam 28 menit lagi, aku akan menagih jawabanmu. Dan aku tak pernah menerima jawaban "tidak"
***

TBC

Beautiful Sunset (ON HOLD)Onde histórias criam vida. Descubra agora