BAB 4

10.4K 649 13
                                    

I'm gonna pick up the pieces

And build a lego house

▶ Lego House - Ed Sheeran◀

***

Menghamilimu kurasa itu yang ingin kulakukan.

Raka bisa melihat mata lana yg melebar serta mulutnya yg menganga sempurna. Mengundang Raka untuk mencicipi bibir bahkan melumat mulut wanita itu.

"Kau gila ya? Bagaimana mungkin aku membiarkanmu menghamiliku selagi aku sadar dan waras untuk menolaknya?" sahut Lana murka.

Raka tersenyum menyeringai sambil berjalan mendekati lana dan menjepit posisi wanita itu di sudut kamar tempat tadi ia menyeret wanita itu untuk bicara berdua. Tapi sepertinya niat Raka untuk bicara serius harus kandas karena Raka melupakan fakta bahwa Lana adalah wanita cerdas bermulut pedas.

"Menolakku? Kau yakin bisa menolakku?" tantang Raka sambil menundukkan wajahnya agar sejajar dengan wajah Lana.

Raka menatap wajah Lana dengan seksama. Wanita itu tampak bingung dan menggemaskan, mengundang Raka untuk menyusuri wajah wanita dihadapannya itu dengan bibirnya.

"Raka... Raka...Tolong singkirkan wajahmu dari hadapanku kalau tidak--"

"Kalau tidak apa, Lana Sayang?" pancing Raka yg semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh molek Lana yang menggiurkan.

"Raka!!!" Lana mulai habis kesabaran. Tapi Raka justru tak gentar. Ia terus bergerilya di wajah Lana dengan bibirnya yang menyentuh dahi Lana sampai ke hidung mancung wanita itu.

"Raka..." desah Lana yang membuat senyum Raka terulas. Raka menempelkan bibirnya pada bibir Lana yang sejak tadi sudah memanggilnya untuk mencicipi rasa wanita itu.

Usaha Raka tak sia-sia. Lana membalas ciuman Raka dengan sama gairahnya. Raka mengangkat tubuh mungil Lana dan mengaitkan tungkai kaki gadis itu kesekeliling pinggangnya.

"Lana..." desah Raka ketika dirinya asyik menguasai leher serta tulang selangka Lana yang terbuka.

Lana melenguh senang dan itu semakin membuat Raka bergairah. Raka menjelajah dan berlama-lama di leher Lana, bahkan sempat membuat beberapa tanda darinya untuk Lana di sana.

"Raka? Lana? Kalian harus menikah minggu depan."

Keduanya menoleh ke arah sumber suara bersamaan. Raka dan Lana membelalak kaget saat Oma dan kedua bibinya yang kini tengah memandang keduanya dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Ya Oma... kami pasti akan menikah," sahut Raka yg kembali melanjutkan mencium tunangannya.

Ya.. Tunangannya yang sesungguhnya.

***

"Bagus, hidupku hancur karena kamu kurang dari satu minggu!"

Ia menatap Raka dengan mata yang berkobar amarah. Yang diteriaki justru bersiul pelan seakan-akan Lana hanya sedang bernyanyi mengikuti lagu yang diputar di music player.

"Berhenti bersiul seakan kamu ini seekor burung," sentaknya kasar. Membuat Raka hanya tersenyum kecil menanggapinya.

"Aku suka saat kamu marah, tapi aku lebih suka saat kamu mendesahkan namaku ketika aku menciummu tanpa henti."

Rasanya Lana ingin mati saja mendengar kata-kata vulgar Raka. Semua lelaki sama saja! Otaknya ada di selangkangan. Makanya mayoritas lelaki selalu berpikiran mesum.

"Entah kenapa aku jadi menginginkan kamu yang ada di atasku," ujar Raka santai, sesantai dirinya yang menyetir di waktu tengah malam Jakarta.

"Ma-maksudmu?"

Beautiful Sunset (ON HOLD)Where stories live. Discover now