[TERSEDIA DI INNOVEL/DREAME ] The Beauty Series : Scandal || END ✔

- SCANDAL - 14 -

"When I say I love you, I mean I love you and all what you bring with"

- Valen Ackerman -

Jangan lupa vote terlebih dahulu dan jangan lupa comment ya.

Share ke teman-teman kamu untuk ikut membaca cerita ini.

DILARANG PLAGIAT DAN MENCOPY CERITA INI.

THANKS

--- SCANDAL ---

"Aku bisa sangat memaksa jika kamu tahu."

Perkataannya membungkam Lea. Tatapan mata Valen tidak tergoyahkan nampak serius dengan setiap kata-katanya. Lea hanya berpikir apa sudah sedalam itu Valen  mencintainya hingga bisa sangat memaksa seperti ini dan menjadikannya sumber inspirasi menciptakan dua lagu baru yang begitu sangat romantis. Mengisahkan tentang pertemuan, cinta, harapan, takut kehilangan, kesempatan dan kebahagiaan. Lea bisa menangkap jelas maksud dari kedua lagu itu padahal mereka baru saja bertemu dan menjadi dekat akibat kejadian-kejadian tidak terduga belakangan ini, juga skandal itu.

Ah, ayolah. Kita membicarakan cinta yang seringnya tidak masuk di akal.

Valen menunjukkan keseriusan dan mengungkapkan apa yang dia rasakan terhadap Lea tidak tanggung-tanggung. Walaupun bagi Lea sendiri, agak terlalu cepat dan mengejutkan. Dia belum pernah bertemu dengan sosok cowok yang memiliki stylenya sendiri dalam mencintai wanita seperti dia.

Valen memberinya kesempatan untuk menyiapkan diri dan membuka hati tapi menolak untuk menjauh. Dia menunggu dengan semua hal yang bisa dilakukannya hanya agar Lea percaya, dia serius.

Lea hanya sanggup menatap Valen. Melihat kelebatan emosi di mata hitam itu yang jauh di dalam sana menyimpan musim semi. Seharusnya, tidak ada keraguan baginya untuk tidak percaya terhadap apa yang dia lihat di mata itu.

Lea sedikit tersentak dan terkejut ketika menyadari kalau keraguan itu bukan berasal dari Valen, kepribadiannya, sikap dan sifatnya juga profesinya melainkan dari dalam dirinya sendiri.

Lea masih takut membuka hatinya. Valen seharusnya mencari wanita atau gadis lain seumurannya yang bisa membalas semua ungkapan cintanya. Siapa yang tidak akan terjerat dan terpesona dengan cara Valen mengungkapkan perasaan cintanya?

Ah, ya jawabannya Lea sendiri. Bukan karena dia tidak terpesona. Bohong besar. Lebih karena dia bodoh. Lea takut.

"Valen," lirihnya.

Kesunyian menyergap di dalam ruangan meeting. Semua mata yang ada memandang bergantian antara Valen yang duduk tegak, menggerakkan kedua jemarinya yang bertautan di atas meja nampak was-was dengan semua perkataan yang akan keluar dari bibir Lea dan tidak sekalipun melepaskan tatapannya.

Bagi teman-teman sesama bandnya sendiri, ada keterkesimaan di mata mereka, bahkan Zian. Selama mengenal Valen, belum pernah cowok itu bersikap sefrontal ini dan seterbuka ini saat menunjukkan perasaannya. Apalagi melihat bagaimana Valen berusaha memaksa Lea untuk setuju. Zian bisa melihat jelas, Valen tergila-gila dengan Azalea.