f o u r t e e n

2.1K 207 94
                                    

"Astaga, Adek! Kok bisa basah-basahan gini?! Nyungsep di got apa gimana?!" Mama terlihat kaget saat membukakan pintu rumah yang sudah ku ketuk berkali-kali.

Aku menghela nafas, sedikit menggigil juga karena kedinginan. Aku melirik sekilas Kak Niall yang memarkirkan motor di garasi.

"Ngga liat itu di luar hujan?" tanyaku. Mama cengegesan.

"Oalah, kena hujan, kirain Mama kirain kamu kecebur got kayak pas lagi jogging sama Bang Zayn waktu itu." Pake diingetin segala lagi.

Cerita sedikit boleh lah ya. Jadi, waktu itu, pas sore-sore, aku sama Bang Zayn rajin banget tuh jogging keliling kompleks. Nah pas aku sama Bang Zayn lagi selonjoran di depan rumahnya Om Dawin, Bang Zayn iseng kan ngelemparin aku pake batu kecil-kecil, ya udah aku bales lemparin pake batu yang agak gede. Eh, taunya meleset, malah kena pager rumah Om Dawin, jadi berisik tu kan.

Tiba-tiba anjingnya Om Dawin ngegonggong kesetanan. Otomatis aku sama Bang Zayn kaget, nah Bang Zayn itu takut banget sama anjing gara-gara pas SD dia pernah dikejar anjing sampe hampir digigit. Pas aku sama Bang Zayn kabur, aku hampir jatoh dan nabrak Bang Zayn. Alhasil aku yang mental dan masuk got di depan rumahnya Tante Rihanna. Dan aku dapet 2 jaitan di dahi gara-gara kepentok batu.

Tragis banget emang.

"Sore, Tante." Aku dan Mama sama-sama menoleh ketika Kak Niall menghampiri kami.

Rambutnya yang basah serta kemeja sekolahnya yang nyeplak itu menambah kesan keseksian pada dirinya.

Duh ilah Kakak ganteng minta dibawa ke kamar apa ya.

"Eh, ini Niall anaknya Maura 'kan?" tanya Mama sedikit kaget.

"Iya, Tante." Akh, sopannya calon menantu Mama. Eh?!

"Panggil Mama aja biar lebih akrab." Lah. Mama kok ngegas sih? "Mama kira kamu pulang sama Abang loh, Dek. Ayuk sini masuk."

Wah, ternyata Zainal belum pulang. Dasar biadab.

"Abang belom pulang, Ma?" tanyaku.

"Belum, kirain Mama bareng kamu, makanya Mama ngga khawatir kamu pulang telat."

"Ngga, Ma. Aku ditinggal sama Abang buat jemput gebetannya," kataku sebal.

"Aduh, untung ada Niall. Awas aja nanti pas pulang Abang kamu itu." Mampus lu, Bang. "Ya udah, sana ganti baju. Niall kamu ganti baju ke kamar Zayn aja, ambil aja bajunya di lemari ya."

Pun kami berdua sama-sama menaiki tangga. Saat menaiki tangga, tanganku dan Kak Niall berkali-kali bersentuhan, sayangnya aku mengenakan jaket. Sial.

Aku membersihkan tubuhku dengan cepat lalu memakai piyama tidur berwarna toska lalu turun ke bawah. Di sana sudah terlihat Kak Niall yang memakai baju serta celana Bang Zayn--ngga tau dalemannya minjem juga atau nggak--sedang mengobrol dengan Mama. Bahkan Papa yang masih memakai baju kerjanya pun ikut mengobrol.

Terlihat seperti menantu dan mertua yang serasi.

HEHE.

"Eh, Adek udah turun," kata Papa saat melihatku menghampiri mereka.

Mama dan Kak Niall menoleh ke arahku, dan sialnya Kak Niall tersenyum sangat lebar padaku. Duh ... mau pipis rasanya.

"Sini-sini, Dek. Temenin Niall-nya, Mama sama Papa mau ke kamar dulu."

Pun hanya tersisa kami berdua di ruangan ini. Sementara Mama dan Papa sudah berada di kamar mereka, dan Bang Zayn sampe sekarang belum pulang.

"Dingin ya?" tanya Kak Niall ketika melihatku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku.

"Sedikit sih," kataku sambil tersenyum sok manis.

"Geseran sini duduknya." Kak Niall menepuk-nepuk tempat kosong yang ada di sebelahnya. Aduh, jangan apa-apain aku ya, Mas. Masih polos nih.

"Ai, kamu kalo Zayn lagi pergi gini suka ngapain aja?" tanyanya berusaha mencari topik pembicaraan.

"Mm ... palingan di kamar doang si," jawabku. "Oh ya, sebelum Kakak pindah ke sekolah tempat aku sama Abang, Kakak sekolah di mana?"

"Di Bandung. Emang kenapa?"

Ngga, nyari topik pembicaraan doang. "Ngga apa-apa sih. Hehe."

"Besok temenin gua yuk."

Asik. Diajak cogan pergi.

"Ke mana emang?" tanyaku sambil memainkan ujung piyamaku.

"Nyari kado buat Theo."

"Theo itu siapa?"

"Ponakan gua. Anak si Greg, Kakak gua. Soalnya lusa Theo ulang tahun." Kirain aku adeknya Kak Niall. "Besok lo ngga sibuk kan? Besok sabtu loh."

"Ngga sih kayaknya." Aku mendongakkan kepalaku, dan ternyata Kak Niall sedang menatapku. Sialnya tatapannya terlihat sangat dalam.

Aku terdiam sejenak dan menoleh ke arah lain lalu menoleh ke arahnya lagi. Ia masih menatapku.

Aelah. Ini mau bikin jantung gua copot apa gimana?

"Kenapa, Kak? Ada yang salah?" tanya ku gugup. Jelas gugup ini.

"Bedak lo celemotan." Ia terkekeh. Aku segera meraba-raba ke seluruh wajahku. Malu banget gua kampret.

"Sini gua benerin." Tangannya yang dingin itu menyentuh pipiku.

ASTAGAH!!!

SESEK NAPAS GUA RASANYA.

Aku terdiam. Ia terdiam. Tapi tangannya belum disingkirkan dari wajahku. Jadi ini gua harus ngapain?!

Kak Niall sedikit mencondongkan wajahnya ke arahku. Menurut film-film yang sering ku tonton, jika seorang lelaki mendekatkan wajahnya pada seorang perempuan, tandanya mereka akan ciuman.

CYATSSS!!!

SIAGA SATU.

Kak Niall terus memajukan wajahnya sampai-sampai deru nafasnya sangat terasa di wajahku. Aku hanya memenjamkan mataku karena memang tak tau lagi harus berbuat apa.

Siapapun tolongin gua!

"MAMA, PAPA, ADEK ... ABANG PULANG!"

NYETS.

Gua tarik kata-kata gua yang minta tolong tadi.

###

Akutu ngga ngeship Harry sama Camille.

Untung Niallq tra macem-macem.

Untung Niallq tra macem-macem

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kakak Kelas || njh ✓Where stories live. Discover now