36 - "Kecewa"

1.6K 107 40
                                    

Malam ini langit begitu gelap. Tak ada satupun bintang yang terlihat oleh pandangannya. Jalanan juga nampaknya semakin sepi akan kendaraan. Seakan-akan semua ini sedang menggambarkan bagaimana kesedihan gadis itu.

Saat ini Graciella tengah berdiri di sebuah jembatan dengan suasana malam yang semakin senyap. Hati dan pikirannya sangat kacau.

"Aaaaaaaaaaaa!" Graciella berteriak sekencang-kencanganya dengan lepas. Dengan harapan semua masalahnya ataupun kesedihannya bisa ikut terlepas saat itu juga.

Ia terus melakukan hal itu berulang kali. Namun tak membuat ia lupa akan masalahnya. Bayang-bayang tentang kenyataan bahwa Gavin kini bersama Gwen terus melintas dikepalanya. Graciella menjambaki rambutnya sendiri dengan perasaan yang campur aduk. Ia menangis dengan bahu yang bergetar. Beberapa kali ia menepis air mata itu dari matanya tapi tetap tak berhenti. Bahkan saat ini penampilannya sudah sangat urakan. Rambut yang tadinya ia ikat rapih pun, kini menggerai tak jelas. Graciella kacau.

"Terus aja hidup gue kayak gini. Gak bisa apa gue nemuin skenario kebahagian dalam hidup gue? Nyokap gue, bokap gue, pacar gue semuanya lo rebut. Abis itu apa lagi? Gak sekalian aja lo bunuh gue Gwen. Gue cape terus-terusan diginiin.. "  Selepas mengucapkan kalimat itu kaki Graciella tiba-tiba melemas. Dan tubuhnya terjatuh begitu saja.

"It's so hurt me," lirih gadis itu di sela-sela Isak tangisnya.

Tangisan Graciella tak kunjung berhenti. Aliran air mata itu semakin deras di setiap detiknya. Gadis itu menangkup wajah yang bahas akan air mata dan keringat yang bercucuran dengan kedua tangannya.

Tapi tidak. Graciella tidak boleh terjebak dalam kesedihan yang mendalam. Itu semua hanya akan membuat hidupnya tambah menderita dan kacau. Satu-satunya jalan keluar saat ini adalah, Ia harus sesegera mungkin melupakan Gavin dan membiarkannya bersama kembarannya. Walaupun itu menyakitkan!

Kemudian Graciella bangkit berdiri dan menepis air mata yang menggelinang dipipinya itu. Graciella memejamkan matanya sebentar, menghirup nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

"Oh come on Grac! Mulai dari sekarang lo gak boleh mikiran apapun yang buat lo sedih. Lo gak boleh jadi cewek yang lemah. You must be strong okay!" Ucap Graciella menyemangati dirinya sendiri.

Akhirnya Graciella pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Langkahnya terhenti saat mendengar ponselnya berdering yang menandakan ada telfon masuk.

"Bi Uti?" Graciella mengerutkan dahinya setelah membaca nama dari si penelpon.

Karena penasaran akhirnya Graciella pun mengangkatnya.

"Halo.. ya ada apa Bi?"

"......"

"Barusan bibi bilang apa?" Tanya Graciella merasa tidak dapat mendengarkan apa yang di ucapkan Bi Uti dengan jelas.

"Non Gwenny kecelakaan!"

Graciella menutup mulutnya kaget akan apa yang di dengarnya. "Kok bisa?"

"Non, Gwenny jatuh dari tangga. Sekarang Tuan dan Nyonya sudah membawanya ke rumah sakit."

"Oke, oke. Kalau gitu ntar Bibi SMSin Gwen dilarikan ke rumah sakit mana. Sekarang Grac tutup dulu telfonnya ya bi," ucap Graciella mengakhiri perbincangan dalam telfon.

Dengan cepat Graciella pun segera mengemudikan mobilnya ke rumah sakit yang alamatnya sudah di SMSkan oleh Bi Uti.

'Ya tuhan, sekarang apa lagi?'

***

Bunyi sirine ambulan terdengar keras saat memasuki area rumah sakit. Begitu pintu ambulan terbuka, perawat di dalamnya langsung mengeluarkan ranjang darurat di mana di atasnya tergeletak seorang pasien yang bersimbah darah dikepalanya. Mereka membawanya masuk ke UGD. Ruang pertama yang akan dimasuki pasien yang mengalami keadaan darurat.

My Music Partner [End]Where stories live. Discover now