18 - "Salah Paham"

2.2K 145 50
                                    

Graciella segera berlari dengan cepat begitu mengetahui jika Gavin terus saja mengikutinya sejak bertemu tadi di parkiran. Ia sudah bisa menebak jika Gavin hanya akan menjelaskan tentang apa yang kemaren Graciella lihat di Cafe Benne. Tapi apapun yang ia lihat. Mulai dari sekarang ia hanya harus menjauhi cowok itu.

"Grac, tunggu Grac!" teriak Gavin.

Cewek itu menghentikan langkahnya. Memejamkan matanya sejenak tentang bagaimana ia harus tenang saat ini. Cowok itu menghampirinya dan langsung mencekal tangannya.

"Gue mau ngomong sama lo," ucap Gavin dengan tegas.

Graciella melepaskan tangannya dari cekalan Gavin dengan kasar. "Lepasin! Gue buru-buru."

Saat Graciella memilih untuk pergi, Gavin lagi-lagi memilih untuk mencegahnya dengan menarik tangannya.

Kali ini Graciella merasa kesulitan saat berusaha melepaskan tangannya, cowok itu malah mengeratkan cekalannya sambil menatap Graciella serius. "Lo budeg ya? Barusan gue bilang gue buru-buru!" gertak Graciella.

"Lo kemaren ngikutin gue kan ke Cafe Benne?" tanya Gavin. Tatapannya mulai serius.

Graciella benar-benar diuji, sementara ia sangat tak pandai berbohong. Menyembunyikan perasaannya pada Gavin saja ia sudah cukup kesulitan.

"Cafe?" Graciella memasang raut wajah terkejut.

Gavin melepaskan cekalannya. Ia yakin benar jika yang kemaren ia lihat itu memang Graciella.

Cewek itu tertawa kecil. "Cafe? Cafe apaan sih lo? Siang-siang kok ngigo. Udah deh ya, gue buru-buru. Bentar lagi bel. Gue gak mau telat, dan dihukum Bu Mirna gara-gara lo," jelasnya dengan tatapan yang sedikit menajam.

Gavin membiarkan Graciella pergi. Mungkin lebih baik jika ia menanyakan hal ini di lain waktu saja.

'Maaf gue harus hindarin lo Gav,' batin cewek itu sambil menoleh kebelakang lalu pergi.

***

Taman sekolah biasanya menjadi salah satu tempat tongkrongan favorit di SMA. Karena memiliki suasana yang sejuk juga banyaknya tatanan tumbuhan di sana.

Mereka bertiga duduk disalah satu kursi panjang yang sekelilingnya dipenuhi tumbuhan. Kali ini yang mereka perbincangkan adalah tentang keraguan Graciella pada Gavin. Ia menceritakan tentang apapun yang ia lihat kemaren kepada kedua sahabatnya. Myesha dan Sheren pun kaget, jelas mereka tak percaya.

"Lo yakin itu pacar Gavin?" tanya Sheren yang masih tidak percaya.

Graciella bangkit berdiri. Berjalan ke dekat pohon yang ada dibelakangnya dan menyenderkan tubuhnya disana. "Ya kalau bukan pacar apa coba?"

Sheren dan Myesha ikut-ikutan berdiri dan menghampiri Graciella. "Ya bisa aja itu sodaranya, sepupunya, sahabatnya atau temennya mungkin."

"Lo pikirin aja ya. Pertama, tuh cewek yang nyosor pegang tangan Gavin. Pas Gavin lepasin gue udah seneng banget. Tapi gak lama, eh malah Gavin yang pegang tangan tuh cewek."

"Gavin kan emang humble Grac orangnya. Dicium Viola aja cuman bisa diem. Dia gak suka marah-marah." Myesha menyahut.

Graciella lagi-lagi hanya bisa diam. Banyak dugaan buruk tentang Gavin dipikirannya itu. Ia juga tidak mengerti mengapa harus cowok itu yang ia suka.

"Terus sekarang gimana?" tanya Myesha.

Graciella menaikkan satu alisnya bingung. "Gimana apanya?"

My Music Partner [End]Where stories live. Discover now