Bab 17

4.1K 285 8
                                    

"Kau ganti parfum?" tanya Ivy setelah mencium aroma yang berbeda di mobil Devon. Aromanya floral, lembut, dan mewah—membuat Ivy bertanya-tanya apakah Devon menyemprot mobilnya dengan parfum mahal? Karena wanginya mirip parfum yang sering dipakai Keira.

"Nggak," jawab Devon singkat sambil memakai kacamata hitamnya untuk menghalau sinar matahari pagi itu yang menyilaukan. "Pakai sabuk pengamanmu."

Ivy tak mempedulikan ucapan Devon dan terus menatap layar ponselnya sambil terkikik kecil. Caden baru saja mengirimkan foto anjingnya dan dirinya dengan baju yang sama dan sama-sama memakai kacamata hitam. "Ah, aku mau peliharan anjing. Ngomong-ngomong, bagaimana kencanmu dengan Liz?"

Pertanyaan Ivy berhasil mendapatkan perhatian Devon.

"Pin dasi itu, kau pakai lagi. Itu dari dia kan? Trus bau parfum ini, bau parfumnya kan?" Ivy menyeringai saat merasa pertanyaan tepat sasaran hingga Devon tak bisa bicara, apalagi mengelak. "APA-APAAN SIH?!" pekik Ivy ketika Devon mendadak meminggirkan mobilnya dan menjulurkan tubuhnya ke depan tubuh Ivy.

"Pakai sabuk pengamanmu atau kuturunkan kau di sini," ancamnya sambil menarik tali sabuk pengaman di sebelah Ivy.

Sambil masih sedikit terengah, Ivy membenarkan sabuk pengamannya. Sepanjang perjalanan Ivy menolak bicara dengan Devon. Devon pun sepertinya tidak berniat untuk memulai satu topik pembicaraan. Dia tidak pernah memulai satu basa-basi.

Ivy membanting pintu mobil itu saat mereka sudah tiba di parkiran sekolah. Baru saja ia berbelok menuju ruang kelasnya, entah dari mana datangnya puluhan orang membawa kamera menyerbunya. Mereka seperti kawanan singa yang lapar dan Ivy adalah anak kambing yang tersesat.

"IVY! LARI!"

Ivy mendengar jelas teriakan Eva, tapi apa yang berlari ke arahnya terlihat benar-benar mengerikan sampai-sampai Ivy syok dan tak bergerak sedikit pun.

"Lari, bodoh!"

Devon menyambar tangannya dan menariknya untuk melarikan diri dari sana. Mereka berlari tak tentu arah, memutar ke semua sudut gedung sampai akhirnya Devon mendobrak pintu ruang klub basket dan membawa Ivy masuk ke sana. Ivy duduk di lantai, bersandar pada dinding ruangan sambil masih mengejar napasnya. Biasanya ia tak pernah kehabisan napas seperti itu saat bertanding, namun campuran antara rasa panik dan takut tadi menghabiskan separuh nyawanya.

"A—apa itu tadi..." Ivy merosot dan meringkuk di atas lantai. Rasanya ia tak mau keluar dari sana.

Devon datang dengan segelas air putih hangat sambil berkata, "Baca grup whatsapp."

Sang In:

Ivy! Jangan datang ke sekolah!

Eva:

IVY! KAU DI MANA?! Kalau belum sampai, lebih baik kau putar balik lagi! Ada banyak wartawan di sini mencarimu!

Cecil:

IVY!!! Aku melihatmu berjalan dari parkiran! Jangan gila! Pergi sekarang juga! Mereka menunggumu!

Dan ada sekitar lima puluh pesan lagi yang mengusirnya dari sekolah demi keselamatannya. Gara-gara perkara sabuk pengaman tadi, Ivy sama sekali tidak melihat ponselnya. Setelah Ivy telusuri, fotonya bersama Caden saat di teater kemarin beredar di media. Tidak hanya koran dan majalah, tapi juga media sosial. Walaupun Caden dan Ivy sama-sama sudah mengenakan topi untuk menyamarkan wajah mereka, tapi si pemilik foto mendapat sudut sehingga wajah mereka berdua terlihat dengan jelas.

Dan sekarang ada ribuan fans Caden sedang mencaci makinya di media sosial dan forum-forum penggemar The Duke. Banyak dari mereka melontarkan kata-kata yang tidak sopan dan sangat menyakitkan sehingga Ivy tak sanggup lagi untuk melihat akun media sosialnya sendiri.

ReboundWhere stories live. Discover now