2. Berantem

186 30 28
                                    

Karena kejadian di kafe kemarin, Giana jadi takut kalau Olin akan benar-benar mendiamkannya. Ia duduk di bangkunya dengan gelisah.

Ester yang duduk di sampingnya pun menepuk pelan bahunya. "Tenang aja, dia nggak bakal marah kok,"

Giana mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Ester, "tahu darimana lo?"

"Kemarin waktu gue sampe di rumah, Dilla ngechat katanya Olin udah happy lagi. Kan udah gue bilang, kalo dia bakal seneng kalo udah liat si Bella, kucingnya Dilla."

Giana mengubah tatapannya menjadi kesal kepada Ester. "Kok semalam lo nggak ngasih tahu gue? Gue udah khawatir dari malam tauuu." Rengeknya. Ester langsung tertawa terbahak-bahak.

"Gue semalam lupa ngabarin lo, ketiduran gue. Sorry."

Giana memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk dan saat itu pula Olin muncul bersama dengan Dilla. Giana melempar senyuman kepada Olin dan ternyata, Olin juga membalasnya.

"Pagi..." Sapa Olin.

"Pagi..." Sahut Giana dan Ester. Olin dan Dilla pun langsung duduk di bangku mereka yang berada di depan Giana dan Ester.

"Udah nggak marah lagi nih?" goda Ester ke Olin yang langsung dipelototi Giana. Ester hanya cengar-cengir saja.

"Udah enggak lagi dong." Sahut Olin dengan nada gembira. Ester langsung menatap Giana dengan tatapan 'bener kan?' yang langsung membuat Giana menyikutnya dan dibalasnya dengan kekehan.

✴✴✴

Kini keempatnya sudah duduk di salah satu meja kantin sambil menikmati makan siang masing-masing.

"Sebentar jadi kan? Di rumahnya Ester?" tanya Dilla memulai percakapan.

"Hm." Jawab Giana.

"Udah selesai rangkumnya?"

"Hm." Kali ini Olin yang menjawab.

"Ester nggak keberatan kan?" tanya Dilla lagi.

"Hmmmmm." Jawab Ester sedikit sewot karena dari tadi Dilla terus bertanya padahal mereka masih sibuk makan.

"Gue belum habis ngerangkumnya." Ucap Dilla pelan dan terselip nada menyesal di dalamnya. Ia juga mengerucutkan bibirnya.

"Hah?!" teriak Giana, Olin dan Ester bersamaan.

Dilla senyum-senyum sambil menatap ketiganya lalu di detik kelima tawanya pun pecah.

"Hahahaha, punya gue udah kali. Jangan tegang gitu dong, santai."

Olin langsung menoyor kepalanya karena ulah usilnya sedangkan Giana dan Ester melemparnya dengan tisu. Lalu tawa mereka pun ikut pecah. Setidaknya Dilla bisa membuat mereka bertiga tertawa di siang ini.

Giana yang sedang sibuk makan, tiba-tiba terkejut dengan suara ribut yang berasal dari kerumunan siswa kelas XII yang berjalan bergerombolan menuju ke halaman belakang sekolah.

"Kenapa tuh?" tanya Ester.

"Kok nanya kita? Kan kita lagi duduk bareng di sini." Sahut Olin sewot.

Ester tak memperdulikan nada sewot yang terselip pada kalimat Olin. Karena rasa ingin tahunya sangatlah besar.

"Kayaknya berantem deh? Tuh tuh! udah banyak yang kesana. Ikut yuk!"

GianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang