DUA BELAS

29.4K 1.3K 356
                                    

Saat ayahnya memberitahunya bahwa ia akan menikahi putri tunggal Adrian Djojodiningrat, Ernaldi bukan main kesalnya. Dari kecil dia tidak mau diatur. Dia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan dengan kegigihannya. Ayahnya menjelaskan perincian mengenai pernikahan itu. Dan Ernaldi sangat merasa tersinggung.

Ia seorang petarung. Ia pergi dari rumah untuk kuliah di MIT dengan predikat lulusan terbaik. Dia sudah menjadi engineer di perusahaan mobil di luar negeri. Tujuannya hanya satu; pergi dari rumah dan tidak pernah kembali. Bukan tanpa alasan ia melakukannya. Semasa kecil ayah dan ibunya selalu mewanti-wantinya bahwa ia akan menjadi penerus Prawidjaja Group karena ia anak sulung dan yang terpenting, ia anak laki-laki. Pasangan Prawidjaja hanya memiliki dua anak, yaitu ia dan Guido. Ketika ia pergi sekolah di MIT, ia berharap Guido-lah yang akan meneruskan usaha keluarga mereka. Nyatanya Guido masuk sekolah kedokteran dan tidak ada tanda-tanda ia ingin berbisnis.

Ernaldi yang dulu ingin sekali membuktikan pada orangtuanya bahwa ia bisa survived tanpa bantuan mereka. Ia ingin menunjukkan pada dunia dia bisa berhasil tanpa embel-embel Prawidjaja di belakang namanya.

Awalnya ayah dan ibunya hanya menyarankannya untuk bertemu dengan Savarina Djojodiningrat di sebuah restoran di hotel mewah. Pada awalnya pula ayahnya hanya berkata, "Jika tidak cocok, tidak usah dipaksakan. Papa juga tidak ingin kamu sengsara dalam pernikahan yang tidak kamu hendaki."

Karena itu Ernaldi yang sedang berlibur dari pekerjaannya, mau saja melakukan apa yang diinginkan orangtuanya.

Pertemuan itu terasa lama padahal hanya satu setengah jam saja ia bertatap muka dengan Savarina. Kesan pertama tentang perempuan itu adalah ia sangat cantik. Rambutnya yang hitam panjang terurai. Kulitnya kuning langsat. Dan tubuhnya indah. Perempuan itu sama saja dengan teman-teman perempuannya. Ia tidak pernah berhenti tersenyum ketika Ernaldi memandangnya. Namun meskipun parasnya manis, perempuan itu membosankan. Tidak ada topik yang menarik yang bisa mereka bicarakan.

Ernaldi masih ingat apa saja yang mereka bicarakan. Savarina terus membicarakan keinginannya untuk membantu anak-anak yang terlantar, sementara Ernaldi hanya tersenyum sesekali dan terus memandang ponselnya. Ia tidak betah bersama perempuan itu. Bukan karena ia tidak suka, ia hanya sudah tahu bahwa Savarina ini gadis kaya yang dipilihkan orangtuanya.

Perempuan kaya yang menjadikan keluarganya lebih kaya.

Ernaldi tidak mengerti mengapa orantuanya ingin menambah kekayaan mereka dengan mengorbankan kebebasan putra mereka. Orangtuanya tidak mengerti bahwa Ernaldi tidak mau berurusan dengan perusahaan keluarga. Ia ingin suatu hari membangun perusahaannya sendiri. Sayangnya, Papa tidak mengerti.

"Gadis itu tidak hanya cantik, Ernaldi, dia juga kaya. Pak Adrian sudah menelepon Papa, dia sudah bilang setuju jika kamu menikahi anaknya."

Tentu saja itu menghina harga diri Ernaldi. Dia memang suka uang, hidupnya memang untuk memperoleh uang, tapi tidak dengan cara seperti itu!

Ernaldi mengamuk, membanting apa saja yang ada di sekelilingnya, melempar semua gucci kesayangan ibunya. Ia bahkan menyembah di lutut ayahnya. "Pinta apa saja dari saya, Pa. Tapi tidak menikahi perempuan itu hanya demi harta!"

"Percuma kamu melakukan ini, Ernaldi. Adrian Djojodiningrat bukan hanya menawarkan saham kepada kita, dia juga akan memberikan tanah kakekmu! Tinggalkanlah pekerjaanmu dan menetap di sini! Adrian tidak mau anaknya tinggal jauh-jauh darinya."

Tanah itu berupa sawah yang menjadi tempat masa kecil kakeknya. Kakek Ernaldi berjuang dari nol. Saat berbisnis puluhan tahun lalu, Kakek harus menerima kekalahan yang menyebabkannya kehilangan sawah itu untuk bayar utang-utangnya di bank. Pemilik bank itu adalah kakek Savarina.

Semenjak saat itu memang usaha Prawidjaja meningkat, namun berapa pun Kakek menawarkan keluarga Djojodinginrat untuk membeli kembali tanah itu, mereka selalu menolak.

Dan Ernaldi sangat menyayangi kakeknya.

"Kakekmu stroke, Ernaldi. Kamu pasti ingin kan, di sisa akhir hidupnya, Kakek bahagia dengan memiliki sawah itu kembali?"

Tapi....

Ernaldi tahu betapa tempat itu memiliki kenangan tersendiri bagi kakeknya. Setiap Ernaldi juara kelas, kakeknya lebih dulu lah yang ia beritahu. Ia selalu meluncur ke rumah kakeknya dengan tropi di tangannya. Dan setelah itu, Kakek akan menceritakan masa kecil Kakek di sawah itu. Saat itu Ernaldi selalu terkesima dengan kisah yang menginspirasi itu. Kakek bukan berawal dari keluarga kaya. Ayah dan ibunya adalah petani di sawah mereka sendiri. Kakeknya saat kecil selalu menghabiskan waktu di sawah. Ia belajar di sawah sampai hari senja, menunggu orangtuanya selesai bekerja. Sedari kecil Kakek sudah bercita-cita untuk jadi insinyur. Karena tidak kaya, kakek-nenek buyut Ernaldi harus bekerja keras di sawah itu, dan terkadang meminjam uang tetangga untuk menyekolahkan kakek Ernaldi.

Karena itu Kakek ingin sekali tempat yang menjadi saksi kesuksesannya dimiliki kembali oleh keluarga Prawidjaja.

"Saya mau menikahi perempuan itu," kata Ernaldi, melawan prinsipnya. "Katakan saja kapan. Setelah saham dan tanah itu didapatkan, saya akan ceraikan dia."

"Tidak semudah itu. Menurutmu Adrian Djojodiningrat itu pria bodoh? Selain menikahi Savarina, kamu harus menyodorkan cucu laki-laki padanya. Setelah itu Papa tidak minta apa-apa lagi darimu, Ernaldi."

Jangan Lukai Hatiku Lagi (COMPLETED)Where stories live. Discover now