BAB 38 Saksi Mata

2.7K 177 22
                                    

  Saat Satrio menelepon dan mengabari kalau teman-temannya datang, Netra pikir yang Satrio maksud adalah 3 manusia berjenis kelamin perempuan. Dia sama sekali tidak menyangka kalau akan ada satu manusia berjenis kelamin lelaki yang ikut dalam daftar teman-temannya. Ngapain juga orang itu nyasar di rumah Netra?

  “Pulung? Ngapain lo malem-malem gini ke rumah gue?" Netra berhenti di tengah ruangan. Setelah dia membuka pintu rumahnya dan berjalan masuk ke dalam, dia mendapati 3 sobatnya plus Pulung sedang bergosip ria di sofa kesayangannya.

  “Oh hai, Netra! Sini-sini yuk ikut nonton.” Bukannya menjawab, Pulung malah mengajak Netra untuk duduk di dekatnya. Netra menyatukan kedua alisnya. Sikap Pulung seperti si pemilik rumah. Yang punya rumah di sini sebenarnya siapa sih?

  Pulung pun sepertinya tidak menggubris sindiran Netra. 

  Apa sih yang sedang mereka berempat tonton sampai-sampai mereka asik banget ngomentarinnya? Netra yang penasaran akhirnya melirik ke layar televisinya.

  Ya ampuuuun, empat makhluk ini sedang menonton sinetron ternyata. Buset sampai serius banget kayak lagi nonton sidang DPR aja.

  “Ih, tuh nenek jahat amat sama cucunya!” komentar Merlin dengan berapi-api. Dia terbawa emosi. Kata-katanya kemudian ditimpali oleh ketiga penikmat sinetron yang lainnya. Netra jadi pusing sendiri mendengarkan sahut-sahutan keempat makhluk di dekatnya.

  “Nonton sinetron aja sampai kebawa emosi sih?” Netra menyempil di antara orang-orang itu lalu dia mengeluarkan satu plastik kebab yang dibelinya sepulang dari acara pensi. Kebab tersebut diletakkan di meja samping sofa. Dengan gerakan cepat, Pulung berhasil merebut bungkusan itu.

  “Wah, kebab nih. Beli berapa lo, Net?” tanya Pulung sambil membuka plastik lalu membaui aroma yang menguar dari makanan tersebut.

  “Dua,” jawab Netra singkat.

  “Pas dong.”

  Netra langsung merampas kebabnya kembali, sebelum tangan Pulung terulur untuk mengambil bagiannya. “Iya pas. Buat gue ama abang gue.”

  Netra menjulurkan lidahnya. Enak saja kalau kebab kesukaannya hasil mengantri harus diambil Pulung begitu saja. Dia tadi sudah tergoda oleh antrian yang lumayan panjang di penjual kebab depan komplek rumah sehingga perutnya ikutan tergoda.

  Pulung memberenggutkan bibirnya. “Nggak pengertian banget sih lo, Net. Lo tahu kan kalau temen-temen lo dateng ke rumah? Kok cuma beli kebab dua biji. Tipis banget pertemanan lo,” protes Pulung panjang lebar. 

  Netra dengan senang hati menoyor kepala Pulung. “Mulut tuh diparkir yang bener, gara-gara kebab aja lo bilang pertemanan gue tipis? Kalian udah habisin stok makanan gue hellow!” ujar Netra, sewot.

  Pulung hanya cengar-cengir sembari mengelus puncak kepalanya yang kena toyoran Netra.

  “Gimana ceritanya sih, si Pulung bisa nyasar ke sini? Ah, beneran deh, besok gue mau kasih usul ke ketua RT. Kalau depan itu harus ditulis bahwa pemulung dilarang masuk,” tanya Netra pada Ayu, Merlin dan Indah. Netra memberi penekanan pada kata pemulung. Dia menyindir Pulung. Nama Pulung kalau dikasih sisipan 'em' kan jadi pemulung. No Offenseyah. Ini hanya berlaku untuk Pulung temannya Netra kok.

  Namun ketiga temannya itu malah sibuk senyum-senyum sendiri ketika muncul artis pendatang baru yang bertampang tampan di layar televisi. Handsome syndrome itu lagi. Sindrom yang diciptakan oleh Netra sendiri untuk memberi sebutan bagi para kaum hawa yang tidak tahan jika melihat cowok-cowok berwajah tampan.

NetraOnde histórias criam vida. Descubra agora