"GUE, UDAH SUKA SAMA BELING DARI LAMA! Dan ELO?! Lo dengan SOK BANGET NOLAK BELING! SIAPA LO EMANGNYA DI SINI, HAH?! RATU?! DEWI?!" teriakan Varra kencang sanggup membuat Teresa sadar sesadar-sadarnya bahwa Varra di depannya ini bukan lagi sahabatnya. Tetapi musuh.
Musuh di dalam selimut.
"Gue sama Beling udah mau jadian dan LO! Berani-beraninya lo gangguin Beling lagi sampe gue sama dia nggak jadi jalan!"
"JIJIK GUE SAMA LO SA! JI-JIK!" Varra terus menjambak rambut Teresa yang tidak bisa mengelak dari tempatnya karena terhimpit. "DIBAYAR BERAPA LO SAMA BELING HAH SAMPE LO MAU TIDUR SAMA DIA?! 100 ribu? 200? 300?!"
Teresa marah. Kedua tangannya terkepal. Rahangnya mengeras—merasa harga dirinya sebagai perempuan benar-benar rendah dan murah. Sumpah, kejadian itu memang kejadian yang sangat ia sesali seumur hidupnya.
Perempuan itu ingin melawan namun Varra sudah lebih dulu mematikan serangan Teresa dengan tenaganya.
"EMANG YA! Dari dulu otak lo cuman uang! Berhasil lo bikin Beling puas ya makanya dia ngejar-ngejar lo terus?!"
"LO KALAU NGOMONG DIJAGA YA!" Teresa mendorong badan Varra hingga Teresa bebas dari kukungan tubuhnya. Dengan gemas perempuan itu mencekik leher Varra hingga jari-jarinya memutih. Wajahnya merah. Seperti orang kerasukan.
Kali ini Varra tidak akan pernah bisa menindasnya seperti ini. Masa bodo mereka dulu pernah berteman dengan sangat baik.
Menyesal Teresa mempercayai perempuan ini dulu. Benar kata orang. Tidak ada teman yang abadi.
"Gue nggak pernah dibayar sama Beling! Sok tau! CUIH!" kini Teresa membalas. "Dari dulu emang lo dendam kan sama gue?! Iyuh banget sih lo jadi cewek? Suka sama cowok yang malah ngejar-ngejar cewek lain. Sahabat sendiri lagi."
"Gue bukan sahabat lo!"
"Lo juga buka sahabat gue," balas Teresa dengan nada seperti Varra itu adalah kuman. "Lo jijik sama gue? Gue juga lebih jijik sama lo Var!"
Teresa mendekati Varra. Perempuan itu sedang lengah. Teresa mendorong tubuhnya dengan kuat ke belakang membuat punggung dan kepala Varra terbentur dinding. Benturan itu cukup membuat Varra tidak berkutik. Melakukan ini membuat Teresa benar-benar seperti peran antagonis.
"DASAR KACANG LUPA KULITNYA!" ucap Teresa. "Lo bukan temen gue lagi, Var! Besok gue tunggu semua uang barang yang pernah gue beliin buat lo balik ke gue lagi. Semua hutang-hutang lo. Semua baju sama koleksi sepatu gue yang udah gue kasi cuma-cuma ke lo."
"Kalau sampe lo nggak ngembaliin itu semua besok. Gue bakalan laporin lo ke guru-guru. Foto-foto lo ngerokok masih ada di gue banyak." Teresa tersenyum sinis. Varra ingin melawan namun ia tidak berdaya saat Teresa mengancamnya seperti itu.
"Good bye. Cewek udik."
Teresa malah mengibaskan-ngibaskan tangannya di udara. Tanda perpisahan pada Vara.
"Sampah."
Belum puas dengan apa yang tadi Teresa lakukan. Teresa menendang kakinya. Varra tidak melakukan perlawanan lagi. Dia sudah susah mengenali tempat karena sakitnya benturan di punggungnya. Begitu keras hingga pengelihatannya juga meremang.
Teresa dengan sombong melangkahkan kakinya keluar. Perempuan itu keluar dari dalam toilet dengan perasaan benci. Benci pada dirinya sendiri dan juga orang-orang yang pernah ia percaya tapi mengkhianatinya sedalam ini. Saat keluar dari sana. Beling ada di hadapannya. Menatap Teresa dengan pandangan penuh amarah.
"Lo emang murah, Sa. Murah."
****
AN: WIYYY, MAAF YA TEMEN-TEMEN BARU BISA UPDATE! JANGAN LUPA SPAM NEXT DI SINI BUAT LANJUT!
Ini Beling sama Teresa. Tetep team mana? Kalsa atau Lingsa?
Follow instagram:
PoppiPertiwi
WattpadpiMakin seru ya?
Loveee, Poppi Pertiwi💛💚
YOU ARE READING
180 Derajat
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate. Follow dulu baru bisa baca] Semenjak mengenal Teresa lebih dalam, Raskal tahu dan sadar betul kalau dia sudah mulai mencari-cari tahu tentang Teresa. Mulanya memang biasa saja. Mulanya memang t...
CHAPTER 44 | Musuh Dalam Selimut
Start from the beginning