[02] Semu

91 30 63
                                    

Amala’s POV

LAGI. Dan untuk kedua kalinya, dia tersenyum, kepadaku.

Ah, siapa yang tidak bahagia jika kau menjadi alasan doi untuk tersenyum? Padahal, itu hanya sebuah gerakan sederhana, cukup dengan menarik kedua sudut bibirmu ke atas, dan ... Tadaaa! Kau sudah tersenyum.

Tapi mengertilah, kali ini keadaannya berbeda. Dia Dhanu, cowok yang saat ini nampak sangat manis dengan setitik lesung pipi yang baru aku sadari tercetak samar di pipi kanannya. Coba saja, dia seperti ini setiap hari. Dan—apa yang telah dia lakukan kepadaku?

Dia berkali-kali hampir membuat jantungku berhenti berdetak! Dengan gayanya menopang dagu di hadapanku sambil menatapku intens.

Siapapun, bantu aku! Aku butuh tongkat!

Sepertinya, aku tidak bisa pulang sekarang karena lututku yang tiba-tiba diserang penyakit lumpuh ringan hanya dengan menatap sepasang mata hazelnya.

Ice cream-nya dimakan dong. Nggak suka ya?” Dhanu berhasil membuyarkan lamunanku. Aku menunduk, menatap ice cream cup di meja yang belum ku sentuh sejak tadi. Aku terlalu kaget dengan sikap Dhanu hari ini, sehingga membuatku melupakan ice cream itu.

“S-suka kok,” jawabku terbata. Dhanu tertawa geli. Ia lalu meraih ice cream itu dan membuka bungkusnya untukku. Sejurus kemudian, ia menyendoknya lalu berniat ingin menyuapiku.

“Ayo, buka mulutnya!” perintah Dhanu sembari tersenyum lebar. Ia menaik-turunkan alisnya.

Aku menatap tidak percaya pada sesendok ice cream yang berada tepat di depan wajahku. Berkali-kali, aku menelan ludah dengan susah payah.

Ini beneran Dhanu? Kok unyu, ya?

Tanpa sadar, aku membuka mulutku. Senyum di wajah Dhanu semakin lebar—terlalu lebar. Sampai-sampai aku membayangkan bagaimana jadinya jika bibirnya sampai robek dan ... STOP! Aku menggeleng pelan, menyadari kerja otakku yang mulai melantur disaat-saat seperti ini.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah—Dhanu menyuapi ku! Dengan sangat hati-hati. Oh baiklah, kenapa ice cream ini terasa sangat manis dari yang ku bayangkan? Ataukah ini efek dari senyum Dhanu?

Siapapun, tolong bawakan aku tabung oksigen!

Berada di dekat Dhanu dengan senyum manis dan tatapan intens-nya membuatku susah bernapas.

“Kamu gemesin ya, kalo mukanya merah gitu,” Dhanu terkekeh geli.

Oh tidak, jantungku!

Dhanu bahkan memanggilku dengan sebutan ‘kamu! Dan dia bilang apa tadi? Ah, sepertinya sejak tadi wajahku sudah seperti kepiting berjemur. Merah dan panas!

Dhanu berniat ingin menyuapi ku lagi, tapi segera ku balas dengan gelengan kecil. Dia terlihat sedikit kecewa. Oh, aku jadi tidak tega, tapi keselamatan jantungku jauh lebih penting.

“A-aku bisa sendiri kok, Dhan,” Aku hanya tersenyum kaku, dan mengambil alih cup ice cream itu dari genggamannya. Sebenarnya aku sudah tidak selera memakan ice cream itu, entahlah, rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik perutku. Dan itu sangat mengganggu.

“Mal,” panggil Dhanu.

Aku menoleh. “Iya?”

Cowok itu tersenyum canggung. Ia menatapku intens. “Aku suka kamu,” jelasnya singkat.

Aku membeku. Sesaat, napasku tercekat. Aku mengerjap dua kali. Apakah aku salah dengar? Apakah ini jebakan? Atau Dhanu ternyata mengerjaiku dan akan meneriakiku ‘April Mop’? Tapi ini bukan bulan April! Ah, aku tahu, mungkin Dhanu—

MavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang