[01] Gara-Gara Cilok

116 33 65
                                    

SORE, ganteng!”

Cowok itu menoleh. Refleks ia memutar bola matanya malas setelah melihat siapa yang mengatakan itu.

Amala mendengus. “Sapa balik, kek! Bilang ‘Sore juga, incess’, gitu,” gerutunya kesal.

“Gue bukan kakek lo,” cowok itu melanjutkan aktivitas menyiram kebunnya dengan wajah datar.

Amala berdecak. Untung ia kuat lahir-bathin menghadapi sikap tetangganya yang satu itu. Cowok kurang piknik. Beda banget sama ...

Hey, yo! What's up, guys! Jadi akhir-akhir ini gue emang lagi ngidam banget sama cilok asli Bogor—”

“Dentaa!” Amala berseru girang, sementara cowok yang baru saja keluar dari dalam rumah itu menoleh dan melambai sekilas pada Amala. Denta tampak casual dengan topi putih dan kaos polo berwarna senada dengan topinya. Ia tersenyum cerah ke arah kamera handphonenya.

Sementara cowok yang berwajah mirip dengan Denta—hanya saja lebih kurus, segera mengarahkan selang yang dipegangnya ke arah Amala. Gadis itu memekik kala cipratan air membasahi pakaiannya.

“Akh! Astaga, Dhanuu!!” Amala menepuk-nepuk bajunya dengan jengkel. Walaupun tidak terlalu basah, tapi tetap saja, bagi Amala itu sangat amat tidak sopan. Padahal ia baru saja selesai mandi.

“Woaah, sore-sore udah lihat adegan romantis nih, gengs!” Denta mendekati Amala dan Dhanu–kembarannya– dengan mata yang masih fokus pada layar handphone. Denta sengaja mengarahkan kamera handphonenya pada kedua sejoli itu. Sebelah tangannya masih memegang bungkus cilok yang tadi sempat Denta rekam.

“Denta, diem nggak!” Amala menangkup wajahnya saat Denta mendekatkan kameranya tepat di wajah gadis itu. Persis seperti seorang tersangka yang ketahuan menjadi bandar narkoba.

Denta terbahak. Sangat berbeda dengan ekspresi Dhanu yang kalem—bahkan terlalu kalem bagi Amala.

'Aduh, kok ada gembel sih, Den?', 'Plis deh, yang cewek tolong jauh-jauh dari bebeb Dhanu!'.” Denta membaca satu per satu komentar yang membanjiri video live-nya dengan nada sok imut. Ia tertawa cekikikan sambil sesekali melirik Amala yang sudah berkacak pinggang dengan wajah merah padam. Kalau di film kartun yang sering Denta tonton, pasti kepala si tokoh sudah mengeluarkan tanduk.

“Lo live lagi, Den?” tanya Dhanu yang sedang menggulung selangnya.

Denta mengangguk semangat. “Yoi, mumpung lima ratus lebih yang nonton.”

Mata Amala yang awalnya menyipit, seketika membulat nyaris meloncat keluar. “Lo bilang apa? Lima ratus?” tanyanya, membeo.

Denta mengalihkan pandangannya pada Amala, lalu mengangguk sambil tersenyum lebar. “Maklumlah. Orang hits kaya gu—ehh! Cilok gue, Mala!”

Dengan cepat Amala menyambar cilok yang masih terbungkus rapi dari tangan cowok itu. Amala segera melesat pergi sebelum puisi ‘kebun binatang’ karya Denta melantun indah tanpa dapat dihentikan.

««»»

BERKALI-KALI Amala berdeham. Ia risih sendiri karena sejak tadi tenggorokannya terasa gatal. Mungkin beginilah akibatnya karena dia sudah merebut sebungkus cilok milik Denta kemarin sore. Ia tahu betul jika dirinya memang alergi dengan saus kacang. Tapi aromanya benar-benar menggoyahkan iman. Belum lagi Denta yang sudah mempermalukannya di depan lima ratus orang lebih. Catat itu, Lima Ratus Orang.

Hancur sudah citra Amala. Bahkan, ada yang menyebutnya ‘gembel’.

Heh! Memang dia siapa?! Tampang unyu gini dibilang gembel!

Amala meringis. Jujur, ini sangat mengganggu! Andai saja ia bisa menggaruk tenggorokan dengan tangannya sendiri.

“Papahhh!” rengek Amala sambil memegang tenggorokannya. Matanya yang memerah menandakan jika ia benar-benar sudah tidak tahan.

“Tunggu bentar, sayang!” jawab Papanya setengah berteriak dari dapur. Amala meringis dan meraih sebotol air mineral di meja, lalu meneguk isinya. Berharap agar air yang mengalir di kerongkongan bisa meredakan gatalnya.

Detik berikutnya, telinga Amala menangkap suara keributan dari arah dapur, disusul suara dentingan kencang yang beradu dengan permukaan keramik.

Ia mendengus. Tak lama kemudian, kepala Papanya menyembul dari bingkai pintu dapur.

“Tenang, Papa baik-baik aja. Gelasnya juga gapapa,” ucap Papa sambil meringis pelan dan kembali melanjutkan perangnya di dapur.

Sesaat kemudian, Papa keluar dari dapur dengan segelas ramuan di tangannya. Amala bisa melihat uap panas mengepul dari ramuan itu.

Papa berjalan menuju sofa, menghampiri Amala yang sedang bersandar di sana.

“Nih, diminum. Rasanya manis, kaya yang buat,” Papa menyodorkan gelas itu sambil tersenyum. Senyum yang Amala sukai. Senyum yang membuat hatinya hangat sekaligus lega. Lega karena Papa baik-baik saja. Meskipun Amala sendiri tahu jika Papanya pandai bersandiwara.

Amala mengambil gelas itu sambil tersenyum. “Makasih, Pa,” senyumnya melebar kala kepulan uap menyapa lembut wajahnya. Refleks, ia memejamkan mata, merasakan kehangatan itu menjalar dalam setiap sarafnya. Bahkan, ia sampai lupa jika tenggorokannya masih sakit.

Kelopak matanya terbuka ketika menyadari Papa yang sudah duduk di sampingnya. Saat Amala ingin menyesap ramuan itu, ia sempat melirik Papa sekilas. Memastikan jika Papa tidak sedang mengerjainya. Siapa tahu rasa ramuan itu ternyata pahit. Terkadang, Papa bisa jadi orang yang jahil sejahil-jahilnya.

Setelah mencicipi dan mengecap ramuan itu berkali-kali, barulah Amala berani menenggaknya sampai habis.

Ternyata cuma teh yang dicampur madu, toh.

Amala mendesah riang saat ramuan itu mengalir ke kerongkongannya, lalu turun menghangatkan dadanya. Gatal di tenggorokannya perlahan mereda.

“Lagi, Pah!” Amala menguncang-guncang bahu Papanya, membuat Papa yang asyik menonton berita, mau tidak mau harus melirik malas ke arah putri semata wayangnya.

“Nggak boleh, nanti kamu overdosis,” ucap Papa lalu kembali fokus pada televisi.

Amala mendengus sebal. Kemudian ia menjilati gelasnya yang sudah kosong. Papanya yang sadar dengan tingkah Amala, seketika menoleh dan memasang tampang jijik berkelasnya. Yah, walaupun sudah berumur, tapi Papa masuk dalam kategori ‘Papa Terganteng Yang Amala Miliki’. Waktu masih zaman SMA, Papanya sangat populer. Berbeda dengan Amala yang cupu, kuper, dan cengeng. Pantas saja, Dhanu tidak tertarik dengannya sedikit pun.

Ngomong-ngomong soal Dhanu, sekarang dia lagi apa ya?

««Mavin»»

🌻 TBC 🌻

MavinWhere stories live. Discover now