Chap.28

5.8K 413 8
                                    

"Kalau bukan karena udah terlanjut tanda tangan kontrak dan ngehargain fans ogah benget gue!"

"Yaudah siii, jangan ngomel mulu. Lagian juga apanya yang salah ketimbang shooting doang!"

"Elo sih enak bilang gitu, gue yang ngerasain!"

"Udah-udah! Kalian ini ribut aja dari tadi, mami sampe pusing dengarnya. Ayo keluar?" Lerai Alya mengajak Prilly dan Rara keluar dari mobil yang membawa mereka. Sejak Alya tahu bahwa ada lelaki yang sedang mendekati putri semata wayangnya, Alya jadi lebih possesif dan rutin mengikuti kemanapun Prilly pergi, entah kelokasi shooting atau hanya sekedar jalan bareng dengan Axel. Katanya sih tidak percaya membiarkan putrinya jalan dengan orang yang baru dikenal.

"Mami juga ngapain sih ikut-ikut terus? Aku kan mau shooting mi bakan mau sekolah paud!" Protes Prilly tidak senang.

"Ya biarin, mami gak mau ya kamu jalan berdua sama si mr.Ax itu."

"Ih mami, mr.Ax siapa coba?"

"Mr.Ax yang berusaha merebut hati kamu dari mantun. Udahlah mami pokoknya mau ikut kedalam."

"Terserah mami!"

"Tante gak usah parno gitu tan, kan kita hari ini mau shooting bareng calon mantu idaman tante." Ucap Rara terkekeh kecil dalam kalimatnya.

"Calon-calon, mantan kali!" Sahut Prilly tak suka.

"Tante tau ra, tapi tante tetap aja takut si mr.Ax nyamperin, kan bahaya kalau calon mantu ketemu dia. Lagian tante juga kangen sama caman udah lama gak ketemu." Balas Alya panjang lebar.

"Heuhh dasar duo lemes! Kapan keluarnya kalau kalian ngerumpi terus gini? Ishh...!" Ucap Prilly kesal kemudian bergegas keluar dari mobil.

"Hehe, ayo tan kita keluar. Keburu si incess ngamuk." Ajak Rara pada Alya lalu segera mensejajarkan langkahnya dengan Prilly dan di ikuti maminya dibelakang mereka.

**

"Hai mi, apa kabar?" Sapa seseorang yang baru saja keluar mencium punggung tangan Alya sopan.

"Eh mantu, alhamdulillah mami baik. Cuma yang disamping mami aja nih marah-marah mulu dari tadi." Balas Alya tersenyum hangat.

"Hai pril, ra?" Sapanya ramah pada Prilly dan Rara yang berada disamping Alya.

"Hai li, apa kabar lo? Makin brewokan aja. Hehe...," balas Rara dengan kata-kata nyeplosnya seperti biasa. Ya, orang yang Alya sebut-sebut mantu tidak lain dan tidak bukan adalah Ali, yang kata Prilly mah mantan. Kali ini penampilan Ali memang jauh berbeda setelah cukup lama mereka tidak bertemu. Ali yang berpenampilan brewok dengan jenggot dan kumis tipisnya terkesan tidak terawat, serta jerawat yang lumayan banyak pada wajahnya.

"Maklum ra gak ada yang ngerawat, hehe..." balas Ali nyengir.

"Ya dirawat sendirilah, masa ngandelin dirawat sama orang!" Sindir Prilly.

"Maunya sih gitu, cuma aku gak ada waktu buat perawatan. Sibuk kerja."

"Perwatan buat sendiri aja gak ada waktu, giliran party bareng cewek-cewek selalu ada!" Lagi-lagi Prilly menyindir. Dan setelah mengatakan itu Prilly pun berlalu meninggalkan mereka semua.

"Li jangan diambil hati ya, dia lagi pms makanya marah-marah mulu dari tadi." Ucap Alya tak enak hati, takut Ali tersinggung. Putrinya itu memang kelewat jutek, entahlah sekarang bisa menjelma menjadi putri jutek begitu semenjak berpisah dengan Ali.

"Gak apa-apa mi, Ali udah kebal sama juteknya dia. Ali malah kangen liat mukanya kalau lagi jutek gitu." Ali terkekeh kecil menanggapinya. Dalam lubuk hati terdalamnya ada perasaan senang saat Prilly mengomentari penampilannya, karena itu artinya dia masih memperhatikannya.

"Li, kita siap-siap dulu untuk take pertama." Saat sedang asyik mengobrol tiba-tiba seorang kru menghampiri Ali memberitahu.

"Oh iya bang siap,"

"Mi, ra, Ali kesana duluan ya?" Pamit Ali pada Alya dan juga Rara, lalu dibalas anggukan oleh mereka. Kemudian ia pun langsung menghampiri Prilly yang sudah stay disana.

Shooting untuk yang pertama kalinya setelah mereka berpisah. Shooting film kali ini memang sudah ditanda tangani kontraknya saat Ali dan Prilly menjalin hubungan yang pertama sebelum mereka putus dan akhirnya balikan lagi, namun ternyata baru sekarang shootingnya terlaksana setelah mereka putus lagi? Film yang penuh perjuangan untuk bisa menggaet seorang aktor dan artis terpopular seperti Ali Prilly memang tidaklah mudah. Untuk bisa menggandeng mereka sampai melewatkan dua periode, sampai akhirnya film yang digadang-gadang akan meledak dipasaran ini shooting juga. Pasalnya ini project pertama mereka setelah sekian lama tidak dipersatukan di TV.

**

"Aku lebih baik mati dari pada harus kehilangan kamu!"

"Kamu pikir aku bisa hidup tanpa kamu?"

"Kalau begitu jangan pernah berpikir untuk ninggalin aku! Aku cinta sama kamu."

"Aku gak bisa. Takdir kita memang bukan untuk berdampingan, kita dipertemukan namun bukan untuk dipersatukan!"

Cut.

"Chamistry nya mana?" Protes sang sutradara menghampiri Ali dan Prilly.

"Ma'af oom,"

"Kalian ini dari tadi ma'af-ma'af terus, tolong dong masalah pribadi jangan dibawa-bawa kesini." Sudah yang ketiga kalinya namun lagi-lagi gagal karena sang sutradara tidak puas dengan chamistry keduanya, entahlah biasanya sangat mudah mereka membangun chamistry namun kali ini benar-benar terasa hambar.

"Iya oom, kita minta waktunya sebentar buat ngobrol berdua." Balas Ali angkat bicara.

"Ikut aku yuk sebentar." Ajak Ali menarik lembut lengan Prilly. Membawanya keluar mencari tempat yang nyaman untuk mereka berbicara empat mata.

"Aku tau shooting dengan keadaan kita yang sekarang ini gak gampang, tapi please! Demi fans pril.

"Demi fans? Jadi kamu mau kita gimik gitu didepan mereka seolah-olah kita ini baik-baik aja?"

"Enggak gitu pril, gini deh anggap aja kita profesional. Lagian juga sebenarnya kita gak ada masalah apa-apa kan?"

"Whatever! Aku taunya kita disini kerja. Bukan buat gimik!" Setelah mengataka itu Prilly bangkit meninggalkan Ali. Ali hanya mampu menghela napas melihat kelakuan mantannya itu, kenapa sekarang keras kepalanya makin menjadi-jadi sih? Padahal dulu saat bersamanya Prilly tidak begini. Batin Ali lirih.

"Li, kenapa?" Tanya Alya menghampiri Ali. Tadi Alya sempat melihat Ali membawa Prilly alhasil membuatnya kepo, maka dari itu ia mengintip dari jauh.

"Gak apa-apa mi, biasalah kita cuma lagi diskusi soal chamistry." Elak Ali .

"Beneran kalian gak apa-apa? Kalian gak berantem lagi kan?"

"Gak kok mi, kalau gitu Ali tinggal dulu ya mau take lagi."

"Yaudah, tapi kalau ada apa-apa bilang sama mami ya? Kalau misalnya ily aneh-aneh lagi kamu laporin mami aja." Pesan Alya halus. Ia sangat tahu betul tabiat jelek putrinya itu, keras kepala dan egois. Maklumlah anak bontot, sering dimanja dan selalu dituruti kemauannya. Tapi jika ada yang menuntun untuk berubah, Alya yakin Prilly adalah tipe anak yang cerdas dan mau mendengar jika itu benar, buktinya saat bersama-sama Ali dulu Prilly mengalami sedikit perubahan kearah yang lebih baik. Maka dari itu Alya senang jika Prilly bersama Ali karena Ali membawa dampak positif untuk putri manjanya tersebut.

"Semoga pertemuan mereka kali ini adalah petunjuk dari Allah bahwa mereka memang berjodoh, aaamiiinn...!" Do'a Alya dalam hati. Bukan berniat menjodohkan atau memaksakan kehendak, hanya berdo'a, mengamini do'a yang baik kan tidak ada salahnya apa lagi larangannya. Sah-sah saja selagi keduanya belum ada yang mengeSAHkan.

**

Permisi...! Punten? Adakah yang kangen dengan duo labil ini? Haha cerita ala-ala comback nih gengsss 😀 ma'af banget baru dilanjut seperti yang aku bilang kemarin-kemarin lagi sibuk banget dengan urusan real life 😁😁

Okelah cusss difollow akunnya supaya kalau tiba-tiba aku privat story nya kalian masih bisa baca 😉 terimaksih yang masih mau menunggu 😊😙

MANTANWhere stories live. Discover now