Chap.15

6.4K 686 3
                                    

"Astaghfirullah hal adziimm!! Handphone gue mana ya?" Prilly sibuk merogoh tas selempangnya mencari keberadaan ponselnya.

"Kenapa pril?" Tanya Rey.

"Handphone gue gak ada,"

"Kok bisa?"

"Gue juga gak tau, ya ampun! Handphonenya kan gue titipin ke si Rara." Ucap Prilly menepuk jidatnya keras mengingat kalau handphonenya ia titipkan pada Rara saat ia akan menjalani shooting tadi siang.

"Oh yaudah sih, palingan udah dianterin sama Rara." Balas Rey menoleh sebentar pada Prilly lalu kembali fokus mengendalikan stir. Saat ini Rey memang sedang menyetir untuk mengantar Prilly pulang.

"Iya sih, tapi..."

"Tapi apa? Keliatannya lo gelisah gitu?" Tanya Rey penasaran. Pasalnya Rey melihat wajah Prilly seperti gelisah tak tenang, padahalkan cuma ponsel, lagian ponselnya juga ada sama Rara asistennya sendiri.

"Eng-enggak ada, gue cuma takut mami khawatir karena gue gak ngasih kabar." Balas Prilly bohong. Tidak mungkin Prilly jujur bahwa ia sedang khawatir Ali akan menghubunginya tapi tak bisa. Prilly tidak ingin hubungannya dengan Ali diketahui orang lain selain keluarganya sebelum mereka benar-benar SAH menjadi sepasang suami istri, yaa minimal nanti lah saat mendekati hari bahagia itu baru ia akan mengumumkannya pada publik.

Tepat pukul 9 malam Prilly akhirnya sampai rumah, Rey tadi langsung pulang karena memang sudah malam juga, tidak mungkin bertamu malam-malam begini.

"Assalmu'alaikum" Prilly mengucapkan salam setelah mba jen membukakan pintu untuknya.

"Wa'alaikumsalam" balas Alya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Mami berdiri dengan tatapan sulit diartikan.

"Dari mana ii jam segini baru pulang?" Tanyanya

"Emang tadi Rara gak ngasih tau mami?" Bukannya menjawab Prilly malah balik bertanya.

"Mami nanyanya ke kamu, bukan Rara."

"Tadi ii abis kerumah Rey mi, maminya Rey kangen sama ii katanya." Balas Prilly menjelaskan

"Terus kenapa gak minta izin sama mami dulu?"

"Tadinya ii mau izin, cuma tadi buru-buru jadi gak sempet, terus handphone ii juga ketinggalan di Rara."

"Kamu ini kenapa sih i, selalu ceroboh. Ii tau gak? saking khawatirnya karena kamu susah dihubungin Ali sampe datang kesini loh tadi." Ucap Alya kesal. Putrinya itu tidak pernah berubah, ceroboh.

"Hah Ali kesini? Terus dianya mana mi?" Tanya Prilly terkejut

"Udah pulang lah," sahut Aldo yang baru saja menuruni anak tangga.

"Pulang? Kok gak nungguin ii sih."

"Emangnya dia Rey, yang gak punya kerjaan nyamperin calon istri orang kelokasi, nungguin istri orang shooting, nempelin mulu!"

"Ih ka al gak boleh gitu, dia kan kebetulan aja lagi ada disini, nanti juga dia balik ke London." Balas Prilly terkesan membela Rey.

"Terserah kamu deh ncil, kakak cuma nyaranin kalau udah ada yang ngiket itu jaga hati jangan gampangan mau diajak jalan sama cowok lain." Saran Aldo kemudian berlalu dari Prilly dan mami.

"Mi?"

"Yang dibilang kakak kamu itu benar sayang, jangan mau-mau aja diajak jalan sama orang kalau sampe bikin sakit hati seseorang yang udah ngejaga hati nya buat ii." Ucap Alya membenarkan.

"Ii kan cuma pengen silaturahmi, lagian ii juga gak enak sama tante Mara mami." Balas Prilly dengan wajah meyesal. Niatnya sih baik silaturahmi, tapi tidak tahu yang disilaturahmiin nya menganggap apa?

MANTANWhere stories live. Discover now