Menghadap Maut

4.7K 519 34
                                    


Spesial Part buat  @Azizahna05  semoga betah di ponpesnya dan semangat belajar

"Aku bisa jelaskan,Ali"

Hening

"Aku akan menjelaskan. Semua.. Nya, agar kamu mengerti " 

" Jelaskan saja. Aku akan mendengarkan, " Ali mengambil jaketnya yang tergeletak di aspal, "Berteduh dulu," Sambungnya, ia menunjuk sebuah halte berada 50 meter dari mereka berdiri. Mereka berlari ke halte yang sepi, catat hanya mereka berdua.

"Kamu mau menikah dengannya?" Ali menghela nafas panjang lalu bertanya.

"Iya" Prilly menjawab.

"Serius? "

" Iya "

" Kamu mantap? "

" Iya "

" Cinta? "

" Tidak "

" Sayang "

" Sama sekali tidak "

" Lalu kenapa menikah? " ia bertanya.

" Wasiat "

" Wasiat? " Ali mengernyitkan dahi nya bingung. " Wasiat ibu sebelum meninggal, " Dan Prilly menjawab segala kebingungannya.

" Pernikahan wasiat, " Ali tersenyum miring, senyum yang mengundang banyak tanya dibalik tanya,senyum yang menggambarkan sedih, bingung dan meremehkan. Jaman sekarang masih ada pernikahan wasiat? Rasanya itu aneh dan rasanya ia ingin tertawa mendengar nya.

" kenapa? "

" Gak, itu lucu "

" Lucu? "

" Iya lucu. Setau aku orang tua ingin melihat anaknya bahagia dengan pilihannya, boleh aku lihat surat itu? " Ali bertanya,ia menengadahkan tangan ke Prilly. Prilly menggeleng, " Suratnya aku buang," Jawabnya.

" kamu masih mau berjuang? " Prilly bertanya hati-hati,ia ingin mendengar apa jawaban Ali.

" tergantung kamu "

" Aku? " Prilly menunjuk dirinya.

" Tergantung kamu. Menyuruh aku untuk berjuang atau tidak? Kalau berjuang, mungkin aku akan membantu kamu kabur" Jawab Ali. Mungkin kemarin ia berfikir akan menyerah, tapi semenjak ciuman itu ia jadi ingin memperjuangkan Prilly. Memperjuangkan hak yang seharusnya ia dapatkan, sudah cukup ia mengalah untuk Fathir dan kini Fathir yang harus mengalah.

"Bagaimana? Mau gak? "

" Jangan!!! "

Ali menoleh ke Prilly. " Kenapa jangan? " Ia bertanya.

" Terlalu rumit. Kita mau kabur kemana emang? Pekerjaan kamu disini? Keluarga kamu disini? Gak mungkin, " Prilly memikirkan itu semua, hidup dan kehidupannya berada di Jakarta. Berada disini, dilingkungan yang tidak pernah mendukung keberadaannya. Ali mengangguk,Kabur? Adalah hak konyol yang ia rencanakan, kalau mereka kabur ia hanya akan menyusahkan Prilly.

"Kabur adalah hal terkonyol dalam hidupku. Dan aku rela menjadi konyol demi cinta"

"Kamu jangan berbuat apa-apa! Cukup diam - "

" Diam dan melihat kamu menikah dengannya" Ali memotong ucapan Prilly, Ali menyandarkan bahunya di tiang penyangga halte sambil menatap jalanan yang basah karena hujan dan sesekali kendaraan lewat di hadapannya.  "Kamu Tahu. Melihat kamu dengannya saat aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya membuat Aku sakit"  Ali menyentuh dada kanannya, sesak sekali terasa dan kali ini egonya sebagai lelaki luntur dalam aliran bening air mata.

Potret Menembus Awan Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin