Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

PDH-4. Ketika 'Rasa' Mulai Berpaling

65.8K 4K 87
                                    

"Hidup ini adalah perjuangan, saat kamu sudah mencapai di puncak sebuah gunung. Maka akan ada gunung yang lebih tinggi untuk kamu kalahkan."

-Pelabuhan Dua Hati-

"Dan gue bilang sekarang juga, lo jangan sampai punya perasaan sama adek gue karena gue gak bakal setuju itu. Lo udah nyakitin adek gue," kata Teguh sebelum benar-benar pergi dari hadapan Fauzan yang tercekat. Hatinya bergemuruh, jantungnya berdetak lebih kencang. Perkataan Teguh seolah-olah adalah hal yang saat ini dia rasakan.

"Kenapa gue begini?" racau Fauzan sambil meremas surat izin itu tanpa sadar.

"Hei, Bro! Ngapain lo di sini?" tanya Dani yang hendak ke sekre sambil membawa beberapa tumpukan map yang Fauzan yakini itu adalah biodata diri maba.

"Tumben gak ngawas?" tanya Dani lagi yang berhenti tepat di depan Fauzan, melirik kertas yang telah diremas Fauzan menjadi bulat.

"Iya, gue mau ke sana," kata Fauzan yang mulai berjalan menuju tempat acara, Dani yang melihat Fauzan hendak menjauh segera meletakkan tumpukkan map itu ke dalam sekre lalu mengikuti langkah Fauzan dari belakang.

"Nanti malam lo ikut?" tanya Dani, berusaha mengambil perhatian Fauzan yang sesekali melihat ke arah kertas yang telah remuk itu.

"Kayaknya gak deh, gue ada urusan," jawaban Fauzan di luar dugaan.

"Tumben lo nolak, urusan apa yang bisa membuat kegiatan malam kita jadi nomor dua?" tanya Dani dengan ke-kepoan-nya. Tidak biasanya Fauzan menolak menghadiri acara malam mereka, sesibuk apa pun Fauzan, lelaki itu pasti akan menyempatkan diri untuk datang walau sebentar.

"Bukan urusan lo," Fauzan menjawab malas.

"Ya gue pun juga tau, kan lo sendiri yang bilang itu urusan lo?" sahut Dani terkekeh pelan.

"Jangan ikut campur," kata Fauzan lagi lagi berusaha membungkam mulut Dani agar tidak mengeluarkan pertanyaan lagi.

"Wah, gue makin penasaran, nih. Kalau lo gak mau ngasih tau, biar gue yang cari tau," kata Dani yang berjalan mendahului Fauzan, menoleh sekilas ke arah Fauzan yang terdiam dengan senyum misteriusnya.

"Lo!" geram Fauzan.

Ini bahaya, Dani adalah orang ter-kepo yang bisa mencari segala sesuatu jawaban atas ke-kepoan-nya dengan akurat. Fauzan dan Dani telah berteman selama tiga tahun, sedikit banyaknya Fauzan dan Dani telah tau keadaan masing-masing. Fauzan tidak ingin rencananya nanti malam diketahui oleh Dani. Bisa runyam jika rencananya diketahui oleh teman-temannya yang lain.

"Lo boleh cari tau kehidupan orang lain tapi jangan kehidupan gue yang sekarang ini," kata Fauzan berkata cukup keras agar Dani yang telah menjauh dapat mendengar.

Dani mengangkat alisnya bingung, berbalik menghadap Fauzan.

"Lo kenapa?" heran Dani.

"Ah!" Fauzan menjambak rambutnya kesal dengan sikap polos Dani. Ini bego apa polos? Dani adalah orang bego plus polos yang sering membuat dirinya kesal menghadapi tingkah Dani.

"Surat izin tidak ikut acara Ospek? Faiza Zahra Ataya?" kata Dani sambil membaca surat yang tidak sengaja Fauzan lepaskan ketika di hendak menjambak rambutnya tadi. Fauzan membelalakan matanya kaget. Kenapa itu surat bisa terjatuh?

Fauzan membulatkan matanya.

"Jadi ini alasannya?" tanya Dani tersenyum kemenangan. Wajah Fauzan berubah masam, kesal dengan ke-kepoan Dani.

"Jangan ikut campur," kata Fauzan sambil merampas surat yang sedang dibaca Dani, lalu pergi menjauh dari sumber kekesalannya pagi ini.

"Sepertinya udah ada yang move on, nih, kabar terbaru," kata Dani sambil mengeluarkan ponselnya, mengabarkan masing-masing temannya atas move on nya seorang Fauzan Alghifari. Lelaki yang susah move on atas pengkhianatan yang telah dilakukan seorang gadis yang berhasil membuat Fauzan Alghifari merasakan indahnya jatuh cinta.

Pelabuhan Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang