Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi

PDH-2. Fauzan Alghifari (1)

73.9K 4.3K 76
                                    

"Jangan takut menghadapi kehidupan. Yakini bahwa hidup ini berharga untuk dijalani dan keyakinan Anda akan membantu menciptakan sesuatu."

-Pelabuhan Dua Hati-

Hari pertama masa orientasi, Faiza telah siap dengan segala perlengkapannya. Teguh yang masih belum bisa menerima kenyataan kalau adiknya akan ikut Ospek tersebut, terus menanyakan kesiapan adiknya itu, padahal dirinya mau saja untuk mengurus surat izin Faiza agar tidak ikut acara awal kampus itu.

"Yakin nih kamu tetap mau ikut?" pertanyaan yang kesekian kalinya ditanyakan Teguh pada Faiza.

"Yakin Bang, InsyaAllah" jawab Faiza yakin.

Teguh menghela nafasnya gusar, tidak tega untuk melepaskan adiknya itu untuk mengikuti masa-masa yang sudah bisa dipastikan bagaimana kerasnya para senior, karena dia telah mengalami masa-masa tersebut.

"Kalau ada apa-apa telfon abang, ya," kata Teguh ketika mereka telah tiba di parkiran kampus.

Faiza mengangguk, lalu membuka pintu mobil itu.

"Pergi dulu Bang, Assalamualaikum," kata Faiza lalu pergi menjauh dari mobil Teguh, berjalan memasuki gedung fakultas itu. Teguh yang memandang adiknya dari jauh merasa tida tega untuk melepaskan Faiza pergi. Baru saja Faiza menginjakkan kaki di gedung Fakultas, hawa tidak enak langsung melingkupi dirinya. Sebisa mungkin dia berusaha untuk tetap tenang. Melewati senior yang terus memperhatikan dirinya.

"Dek! Maba?" tanya seseorang yang berjalan mendekati Faiza.

"Iya kak," kata Faiza sambil terus menatap gadis yang memakai pakaian seragam yang sudah dipastikan panitian acara Ospek kali ini.

"Kenapa terlambat?" tanya senior itu.

'Terlambat?' Faiza segera melirik jam dipergelangan tangannya. Masih pukul 6.45 pagi. Apanya yang terlambat? Faiza menatap gadis didepannya bingung. "Bukannya acara pembukaan pukul setengah delapan, Kak?" tanya Faiza memandang gadis didepannya itu.

"Pembukaannya yang setengah delapan, tapi kaliannya harus datang pukul 6.15. Dan sekarang pukul berapa?" tanya gadis itu lagi, menatap Faiza denganpandangan tajam. Pandangan itu seolah menusuk dirinya.

"Tujuh kurang lima belas menit, kak," jawab Faiza pasrah. Sejak kapan ada peraturan Maba datang pukul 6.15? Di buku pedoman tidak ada yang menuliskan kedatangan maba pukul 6.15, hanya kedatangan acara pembukaan yang dimulai pukul 7.30 pagi.

"Sekarang masuk, dan selesai acara pembukaan temui Saya lagi di sini," kata gadis itu menunjuk lantai yang sedang diinjaknya, membuat Faiza mengangguk patuh. Wajar jika Teguh mengkhawatirkan dirinya, hari pertama saja sudah begini apalagi hari-hari selanjutnya? Apalagi yang akan terjadi? Apa setiap masa Ospek selalu begini?

Ya Allah, kuatkan hamba.

---

"Jadi ini yang terlambat tadi?" tanya senior lelaki yang entah siapa namanyaFaiza tidak tahu, lelaki yang memiliki tubuh tinggi tepat dihadapan Faiza. Faiza hanya bisa menundukkan wajahnya, ketika dirinya yang di tarik paksa oleh gadis yang ditemuinya tadi pagi keluar dari barisan teman-temannya. Teman-temannya hanya saling berbisik bingung dengan keadaan yang terjadi didepannya.

"Karena lo melanggar, lo dapat hukuman keliling lapangan fakultas lima kali!" Faiza menggigit bibir bawahnya, dirinya tidak bakal sanggup untuk melakukan hukuman itu.

"Maaf Kak, tapi apa hukumannya bisa di ganti?" tawar Faiza dengan keberanian yang masih tersisa didalam dirinya. Walaupun kemungkinan hukuman diganti dengan yang lebih ringan itu nol persen.

"Kalau begitu 50 kali squat jump." Faiza membulatkan matanya tidak percaya, itu mustahil untuk dia lakukan.

"Kenapa? Mau di ganti lagi?" tanyanya sinis dengan tatapan tajam. Ingin sekali Faiza menganggukkan kepalanya namun gelenganlah yang dia lakukan.

"Ya sudah, Lakukan!" Faiza hanya bisa pasrah, dirinya mulai berlari menuju lapangan yang ada didepannya.

Ya Allah, Apa aku bisa melakukan ini? Berikan aku kekuatan. 

Seluruh Maba memperhatikan Faiza yang mendapatkan hukuman itu, masing-masing kepala masih bingung dengan alasan gadis itu mendapat hukuman di hari pertama ini.

"Ayo Fokus!" teriak sang senior lelaki itu yang mengembalikan ke fokusan mereka dengan hal yang disampaikan oleh senior lain. Baru mengelilingi dua keliling lapangan, Faizapun jatuh terduduk ketika kepalanya mendadak pusing. Salah satu maba yang memperhatikan Faiza secara diam-diam sontak berlari mendekat kearah Faiza tanpa mempedulikan teriakan marah sang senior.

Senior lelaki yang telah memberi hukuman pada Faiza itupun ikut mendekat.

"Minggir!" perintah senior itu yang berhasil membuat gadis yang ingin membantu Faiza menjauh seketika.

Maba yang sedang berbaris rapi tadi telah meninggalkan barisannya, merapat melihat kejadian yang baru saja terjadi, tanpa mempedulikan kemarahan sang senior yang telah berapi-api karena barisan yang tadi rapi telah berubah menjadi kacau.

"Gak usah akting, basi tau gak! Kalau dikasih hukuman pura-pura sakit biar dapat istirahat di klinik dan bebas dari hukuman, Cepat bangkit!" perintahnya lagi. Faiza terdiam, dirinya terus menunduk menghadap rumput, tidak berani menghadap wajah garang itu.

"Berdiri lo!" kata sang senior sambil menyentuh bahu Faiza yang langsung di tepis Faiza.

Senior itu memandang heran atas sikap junior didepannya. "Lo?!" 

"Cepat berdiri!" perintah senior itu sambil mengadahkan wajah Faiza untuk menghadap dirinya dengan salah satu tangannya.

Faiza mengadahkan wajahnya dengan terpaksa, sungguh kepalanya terasa sangat berat dan sakit, aliran darah dihidungnya terus mengalir. Senior itu terdiam ketika melihat wajah Faiza, ada darah yang terus mengalir dari hidung gadis itu. Faiza memfokuskan pandangannya menatap sang senior, namun itu tak bertahan lama karena sepersekian detik kemudian Faiza telah ambruk tepat didepan senior itu.

Sebagian maba yang melihat kejadian itu memekik histeris melihat gadis didepan mereka yang tiba-tiba pingsan dengan darah yang terus mengalir dari hidung gadis itu. Senior itu melebarkan matanya tak kalah panik, perasaan takut langsung menyerang dirinya.

"Hei, lo kenapa?" tanyanya sambil menggoyangkan tubuh Faiza. Entah kenapa dirinya mendadak cemas. Baju putih seragam kepanitiaan Ospek lelaki itu telah terkena bercak darah dari hidung Faiza. Dengan cepat dia memangku Faiza melewati kerumunan menuju klinik fakultas, entah kenapa dirinya merasa bersalah dengan hukuman yang telah diberikannya pada gadis itu.

Seorang dokter yang berada dalam klinik itu langsung menangani Faiza, membersihkan darah pada hidung Faiza lalu memasang infus pada lengan Faiza.

Dua jam menunggu terasa lama, Senior itu masih setia menunggu di ruang tunggu sampai gadis itu sadar, kecemasan masih menghantui akan rasa bersalah.

"Pasien sudah sadar," kata dokter yang baru saja keluar dari ruangan Faiza.

Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya lalu masuk kedalam ruangan Faiza. Disana dia melihat Faiza yang berusaha melepaskan infus yang terpasang di lengannya.

"Kenapa lo buka?" tanya senior itu yang berusaha menahan tangan Faiza agar tidak melepaskan infus itu.

Tanpa menjawab pertanyaan, Faiza langsung menjauhkan tangannya dari tangan lelaki itu.

Bingung, hanya itu yang bisa diungkapkan lelaki itu untuk saat ini ketika melihat kelakuan aneh gadis didepannya. Dirinya tidak tau mengapa sikap gadis didepannya ini begitu sensitif.

"Gue minta maaf." Faiza mendongakkan wajahnya menatap sang senior heran.

"Maaf kalo hukuman yang gue kasih terlalu berat buat lo, gue gak tau kalo lo lagi sakit, jadi_" senior itu menggaruk kepalanya.

"Yaa, intinya gue minta maaf." Lelaki itu lalu mengayunkan tangan kanannya dihadapan Faiza.

"Kenalin, gue Fauzan."

---
TBC

Pelabuhan Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang