Chapter 71

3K 184 4
                                    

Setelah beberapa hari lalu mendapatkan saran dan masukan dari paman, bibi dan omanya hari ini Risa membulatkan tekadnya untuk menemui Zara dan suaminya untuk membicarakan masalah ta'aruf yang diajukan oleh adik ipar Zara kepadanya. Jawaban yang akan Risa berikan bukan hanya atas saran kekuarganya saja tetapi diperkuat dengan jawaban dari shalat istikhoroh yang telah Risa lakukan selama tiga hari berturut - turut. Sebetulnya hati Risa masih diliputi kegamangan mengenai kebenaran ta'aruf yang diajukan adik ipar Zara, dia masih membuanyai segudang pertanyaan besar dalam otaknya, pasalnya Risa tahu betul seperti apa latar belakang keluarga Fa'iz disurabaya, ayahnya seorang tentara begitu juga adik Fa'iz lebih trpatnya laki - laki yang mengajaknya ta'aruf juga seorang tentara, memiliki pesantren hal itu menandakan mereka berasal dari kelurga yang alim, sedangkan Risa dia merasa bukanlah siapa - siapa, dia hanya seorang gadis dari keluarga kaya namun tidak memiliki kebahagiaan.

Risa duduk disebuah sofa yang ada diruang tamu, selain ada Zara dan Fa'iz serta pimpinan pesantren ada juga sesosok laki - laki yang Risa sendiri baru pertama kali melihatnya hari ini. Tiba - tiba ingatan Risa jatuh pada sosok laki - laki yang mengajaknya ta'aruf, Risa berpikir bahwa mungkin laki - laki asing dihadapannya adalah adik Fa'iz, laki - laki yang mengajaknya ta'aruf. Karena setelah Risa mengirimkan biodatanya pertemuan keduanya jatuh pada hari ini.

"Dia Gibran adik kakak Risa"

Fa'iz tiba - tiba bersuara menyebutkan nama adiknya seakan Fa'iz tahu mengenai kebingungan Risa tentabg laki laki yang memang duduk disamping Fa'iz.

"Nama saya Gibran Ahmad As'ary, saya bekerja sebagai TNI - Angkatan Darat pertama kali di tugaskan ke Kalimantan sedangkan saya asli dari Surabaya"

"Kamu tenang aja Sa, walaupun adik kakak ini seorang abdi negara kamu gak akan kesepian soalnya mana mungkin dia rela ninggalin pacar halalnya sendirian"

Celetukan Fa'iz berhasil membuat tundukan kepala Risa dan Gibran semakin dalam karena menahan malu, hal itu tentu membuat semua orang yang ada disekitar mereka tertawa melihat tingkah malu - malu Risa dan Gibran.

"Gibran ngikutin jejek ayah kami Sa, ayah kami juga seorang TNI dan setelah resmi menjadi TNI ayah kami mendirikan sebuah pondok pesantren di Surabaya bersama ibu. Sejak kecil kakak dan Gibran sudah di kenalkan dengan hal - hal berbau kemiliteran oleh ayah, mungkin didikan ayah itulah yang menjadi salah satu faktor alasan Gibran milih profesi menjadi TNI, berbeda dengan kakak yang lebih memilih mengembangkan hobi menggambar kakak menjadi Arsitek walaupun ya belum jadi Arsitek sukses"

Fa'iz memang belum sukses menurut dirinya sendiri karena bagi Fa'iz sukses adalah ketika dia berhasil membangun perusahaanya sendiri, sedangkan sekarang dia masih bekerja disalah satu perusahaan multinasional yang cukup besar meskipun kini dia juga sedang merintis membangun perusahaannya sendiri, bekum terlalu besar masih berada dalam standar biasa namun Fa'iz selalu yakin setiap hal yang dia lakukan dengan penuh kesungguhan pasti akan memberimakan hasil yang maksimal.

"Belum jadi Arsitek sukses gimana, orang sibuk begitu setiap hari ngurusin projeck"

Fa'iz hanya tertawa saat mendengar ucapan sang adik.

"Oke sekarang giliran kamu adik ipar, apa yang ingin kamu tahu dari Risa ?"

"Jelaskanlah apa yang sewajarnya saat ini saya ketahui tentang kamu"

"Saya masih kuliah jurusan kedokteran, jika kamu memilih saya menjadi calon istri kamu karena kamu menganggap saya perempuan baik dan shalehah kamu salah, nyatanya saya hanya perempuan yang pernah mengalami depresi, saya ikhlas jika kamu tidak ingin melanjutkan ta'aruf ini, karena saya sadar kamu berhak mendapat yang lebih baik dari saya"

"Masa lalu ada bukan untuk di sesali tapi untuk di jadikan pelajaran menjadi lebih baik di masa depan, saya tidak akan tanya alasan apa yang membuat kamu depresi tapi saran saya, selalu ingatlah ada Allah yang selalu ada bersamamu"

CAHAYA CINTA Where stories live. Discover now